BAB II DESKRIPSI TOKOH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Victorious Living #3 - Hidup Berkemenangan #3 MAKING A CHANGE IN YOUR LIFE MENGUBAH HIDUP ANDA

Prosa Tradisional (Merah Silu)

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SANGGAR BUDAYA KI DJAROT SARWINTO DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV KESIMPULAN. Di era yang kini semakin banyak seniman-seniman tari yang semakin kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti mengenal penari-penari wayang topeng di Malang, Jawa Timur sejak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

Tarjo merupakan ayah dari Kusno. Ia lahir di Purbalingga pada 16 juli Namun

ASAL MULA DESA TALAKBROTO

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BENDARA KLIWON KACANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya serta merupakan sarana untuk

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

lingkungan gambar 3.1 dani bermain di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

Sikap Kepahlawanan dan

Soli Deo Gloria, Penulis IBADAH KELUARGA

Keluarga Saya. Kisah-Kisah yang Mempersatukan Kami

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan

BAB I PENDAHULUAN. baik seni rupa, seni musik, teater atau tarian, baik yang bersifat tradisional

Proses Terbentuknya dan Proses Garapan Karya Group Maliq Ghodong di Surakarta Oleh Galih Febri Hastiyanto

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB II. BIOGRAFI KANG ASEP PERMATA BUNDA DALAM KONTEKS BUDAYA SUNDA DI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Terlebih bila, sudah dihadapkan oleh beberapa orang ahli.

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 5. Produser : Putut Widjanarko, Avesina Soebil, Nadjmi Zen. 6. Penulis Naskah : Oka Aurora dan Ahmad Al Habsyi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Politik juga melekat dalam lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu potensi bagi sebuah negara dimana

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #2 MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #2 LIVE TO PLEASE GOD HIDUP UNTUK MENYENANGKAN TUHAN

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

MENGAPA DIA HARUS MATI?

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

Bima MSV. Mimpi Haristo. Penerbit MSVdream

Pedoman Wawancara Siswi Sebagai Informan Tambahan Nama : Kelas : Pertanyaan 1. Menurut Adik penting tidak rasa percaya diri saat berpidato? Alasannya?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

It s a long story Part I

Transkripsi:

18 BAB II DESKRIPSI TOKOH A. SEJARAH HIDUP 1. Masa Lalu Bagong Dari berbagai sumber literatur dan juga dari penuturan keluarga menejelaskan bahwa Bagong Kussudiardja adalah seorang maestro tari yang lahir dan meninggal di Yogyakarta. Beliau lahir pada tanggal 9 Oktober 1928 di keluarga yang miskin dan susah. Bapaknya, RB Tjondro Sentono merupakan pelukis wayang, dan penulis aksara Jawa. Ibunya, Siti Aminah merupakan ibu rumah tangga yang mengurus empat anak. Bagong Kussudiardja merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang lahir dari hasil perkawinan antara RB Tjondro Sentono, dan Siti Aminah. Bagong memiliki satu kakak bernama Kus Sumarbirah, dan memiliki dua adik, di antaranya: Handung Kussudyarsana, dan Lilut Kussudyarto. Bapak dari Bagong Kussudiardja, RB Tjondro Sentono kurang mampu untuk menopang kehidupan keluarganya, dikarenakan pekerjaannya sebagai pelukis wayang, dan penulis aksara Jawa. Belum lagi ditambah kebiasaan berjudi yang membuat harta benda yang dimiliki keluarga pada saat itu sering dijual hingga nyaris tidak memiliki apa-apa lagi. Itu

19 membuat Bagong Kussudiardja memiliki masa kecil yang sulit bahkan hingga dewasa. Bagong harus melakoni berbagai jenis pekerjaan pada saat itu, di antaranya menjadi supir andong, dan tukang tambal ban. 2. Cucu dari Calon Putra Mahkota Bagong Kussudiardja merupakan cucu dari GPH Djoeminah, putra mahkota yang akan menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwana VII, Gusti Raden Mas Murtejo. Namun karena konspirasi berbasis politik yang dilakukan oleh Belanda bersama pihak Keraton pada saat itu, Gusti Djoeminah digilakan dan akhirnya dihukum kurantil, yang maksudnya adalah diasingkan atau dibuang, dan segala harta benda yang dimiliki oleh dia dan keluarganya direbut oleh pihak Keraton. Jadi pada saat itu Gusti Djoeminah dan keluarga tidak memiliki apa-apa, dan hidup dalam kemiskinan yang amat parah. Berdasarkan cerita keluarga, Belanda dan pihak Keraton melakukan konspirasi untuk menggulingkan GPH Djoeminah, karena kondisi Kerajaan Keraton pada waktu itu terkenal selalu menentang aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah Batavia. Dengan kondisi Sri Sultan Hamengkubuwana VII yang sudah tua tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwana memutuskan untuk turun takhta, yang di mana itu cukup aneh mengingat biasanya penurunan takhta dilakukan ketika Sri Sultan sudah meninggal. Putra mahkota pertama pada saat itu, GRM Akhaddiyat, bergelar KGP Adipati Anom Hamengkunegara I, yang

20 seharusnya menggantikan ayahnya, tiba-tiba meninggal dunia dengan penyebab kematian yang belum jelas. Lalu penggantinya GRM Putro, bergelar KGP Adipati Anom Hamengkunegara II, kemudian berganti menjadi bergelar KGP Adipati Djoeminah, kakek Bagong Kussudiardja. Beliau diberhentikan karena konspirasi pihak Batavia yang merasa terancam jika Gusti Djoeminah yang memimpin Keraton, maka Belanda akan keluar dari Yogyakarta pada saat itu, karena sifatnya yang juga sama seperti ayahnya yang menentang Belanda. Maka, pihak Belanda berkonspirasi dengan pihak Keraton dengan cara menggilakan GPH Djoeminah. Maksud dari menggilakan adalah membuat seolah-olah GPH Djoeminah itu gila di mata masyarakat. GPH Djoeminah pada waktu itu dikenal sakti, yang oleh pihak Belanda itu dijadikan alasan untuk menggulingkan beliau, karena sakti mandraguna menurut pihak Belanda adalah omong kosong. Akhirnya GPH Djoeminah dihukum kurantil, dan hidup miskin bersama keluarganya. Hidup mereka sangat susah, bahkan sampai ke anak cucunya. Dan ketika Bagong lahir pun, kemiskinan masih lekat dengan mereka.

21 3. Bagong dan Seni Tari Sedari kecil Bagong menyukai kesenian tari, tetapi Bagong tidak pernah belajar tari semasa kecilnya. Barulah ketika di akhir 40-an, beliau menapakkan kaki ke dalam seni tari dan memulai karirnya di sana, setelah belajar seni tari di Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo yang dipimpin olen GPH Tedjokusumo, seniman tari klasik ternama yang merupakan Pangeran dan juga adik dari kakeknya GPH Djoeminah. Keseriusan Bagong dalam berkesenian tari tidak main-main, beliau belajar seni tari lain demi memperbanyak referensinya dalam berkesenian. Selain GPH Tedjokusumo, Bagong juga pernah belajar tari Bali, di antaranya berguru kepada Ni Ketut Reneng. Ketika tahun 50-an, Bagong dikenal secara luas oleh masyarakat Jogja, dengan Tari Keranya, karena pembawaan Bagong dalam menarikan tarian itu sangat enerjik, dan meledak-ledak. Maka ketika beliau menari kera, orang-orang Jogja heboh. Pada 5 Maret 1958, Bagong Kussudiardja mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT), supaya dia bisa menyebarkan ajaran kreasi gaya barunya dan menumbuhkan minat berkesenian di kalangan masyarakat. Lalu kemudian pada 2 Oktober 1978 beliau mendirikan Padepokan Bagong Kussudiardja. 4. Tari Kreasi Gaya Baru Karena tekadnya menjadi yang terbaik dalam seni tari demi membalas dendam atas perlakuan yang diterima leluhurnya, membuat Bagong

22 menjadi penari tarian klasik yang dikenal, dan juga membuat gurunya GPH Tedjokusumo memberikan dorongan khusus ke Bagong Kussudiardja, agar dia terus melakukan inovasi-inovasi di dalam seni tari. Sampai akhirnya lahirlah apa yang disebut Tari Layang-layang pada tahun 50-an. Pada saat itu, jagad tari heboh karena Tari Layang-layang tersebut. Seniman pada waktu itu kaget melihat ada orang yang melakukan hal di luar tradisi yang sudah ada, karena pada saat itu tidak ada orang yang berani berkesenian dan keluar dari tradisi. Tarian itu kemudian dijuluki bergenre Tari Kreasi Gaya Baru dan membuat nama Bagong makin dikenal. Tidak berhenti sampai di situ saja, Bagong kemudian menciptakan ratusan tari lain dengan gayanya yang kontemporer tersebut seumur hidupnya. Beberapa karyanya menjadi bahan omongan karena sangat luar biasa dan terlalu berani, salah satunya seperti: Bedhaya Gendeng, dan Kelahiran Yesus Kristus. Saking berani dan bedanya Bagong dalam berkesenian, bahkan sampai ada satu label yang diberikan oleh masyarakat kepada penari yang menari tidak biasa, yaitu Bagongisme. Dikarenakan impresi yang ditinggalkan Bagong Kussudiardja ketika berkesenian menempel sangat kuat di benak masyarakat.

23 5. Bagong dan Lukisan Selain menari, Bagong Kussudiardja juga merupakan seorang pelukis. Seperti gaya dia menari, ketika dia melukis pun dia tidak segan-segan berekspresi secara liar. Pada suatu ketika Bagong melukiskan sosok Yesus berupa Wayang, untuk dihadiahkan kepada Vatican, yang akhirnya membuat dia mendapatkan penghargaan dari Vatican langsung dari Paus Paulus VII pada tahun 1972. Itu pun membuat Indonesia heboh. Nama Bagong sempat jadi bahan pembicaraan di kalangan Gereja Katolik pada saat itu. B. BAGONG DAN KERATON 1. Dendam Sosial Ketika kakek Bagong, GPH Djoeminah diusir dari Keraton, hidupnya penuh dengan kesengsaraan, bahkan ketika kakeknya meninggal pun, kakeknya tetap tidak dihargai. Hal itu membuat Bagong Kussudiardja memendam dendam yang teramat sangat kepada pihak keraton. Dendam tersebut yang membuat Bagong bisa berkreasi dengan kreatif. 2. Diakui Keraton Pada tahun 1985 ketika selesai melakukan pagelaran acara PON di Jerman, rombongan Padepokan Bagong Kussudiardja bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Sri Sultan yang mengetahui kalau ada rombongan Padepokan Bagong Kussudiardja di tempat yang sama pada

24 waktu itu mengajak rombongan padepokan untuk sarapan bersama, padahal di hari mereka akan sarapan, Sri Sultan sudah harus kembali ke Indonesia, tetapi karena itu Sri Sultan mengundurkan waktu sehari. Di saat sarapan bersama itu, Sri Sultan mengatakan Ojo kepaten obor yang artinya jangan sampai mati api obor ini. Yang maksudnya adalah permintaan Sri Sultan agar tali persaudaraan mereka jangan sampai hilang. Setelah itu Sri Sultan meminta Bagong Kussudiardja untuk mengurus kembali Surat Kekancingan. Surat Kekancingan Keratoon adalah surat yang menyatakan keturunan kerajaan. Di dalam Keraton ada yang namanya pohon hayat, yang menjelaskan keturunan-keturunan kerajaan Keraton. Dari GPH Djoeminah turun ke keturunannya tidak ada sama sekali. Namun semenjak Sri Sultan Hamengkubuwana IX meminta untuk mengurusnya, baru keluar hayat dari keturunan GPH Djoeminah. Namun dendam Bagong tidak hilang. Beliau menghargai perlakuan Sri Sultan tersebut, dan berterimakasih atas itu. Namun Bagong selalu mengingatkan kepada anak cucunya bahwa jangan ikut campur urusan di pusat kekuasan Keraton, jangan sekalipun memberikan saran atau apa pun ke dalamnya. Bagong mewasiatkan hal tersebut dan mengajak keturunannya untuk membuktikan kalau mereka bisa berjalan sendiri di bidang kebudayaan, dan membuktikan kalau keturunan dari kakeknya yang dianggap gila itu bisa menghasilkan sesuatu berupa karya.

25 C. PAMONG BAGONG 1. Keras Dalam Mengajar Sifat Bagong Kussudiardja dalam mengajar anak-anaknya maupun murid-muridnya terkenal sangat keras. Kedisiplinan beliau untuk urusan berkesenian tidak main-main. Masalah waktu juga beliau sangat disiplin. Itu adalah hal pertama yang diucapkan oleh mantan muridnya. Para mantan muridnya beranggapan sifat kerasnya itu dia lakukan karena menurutnya berkesenian itu membutuhkan kedisplinan yang tinggi. Jika tidak, kesenian yang dihasilkan tidak jauh dari hanya sekadar main-main saja. 2. Ki Hadjar Dewantara Bagong Kussudiardja selalu bangga menjadi lulusan Taman Siswa dan murid Ki Hadjar Dewantara. Beliau terinspirasi atas cara didik Ki Hadjar Dewantara yang mengayomi semua muridnya. Itu yang membuat Bagong dalam mengajarkan sesuatu atau membuat suatu karya yang melibatkan muridnya, dia mengajak semua murid tarinya tanpa terkecuali, dengan alasan seorang pendidik akan mengajari orang tanpa terkecuali. Pernah ada satu muridnya yang tidak bisa berbuat apa-apa namanya Tini, menarinya buruk. Lalu Bagong membuat satu tarian, dan Tini disuruh untuk menarikan tarian orang gila, akhirnya Tini berimprovisasi, dan dia melakukan improvisasi itu dengan baik. Itulah awal dia dapat

26 menari dengan bagus, bahkan menjadi murid kesayangan Bagong, dan sekarang menjadi guru di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja.