BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat., pajak merupakan salah satu dana yang akan digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran masyarakat. 2.1.2 Jenis Pajak Penggolongan pajak berdasarkan lembaga pemungutannya di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak - Kementerian keuangan. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. 6
Segala pengadministrasian yang berkaitan dengan pajak pusat, akan dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Untuk pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak derah, akan dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau Kantor sejenisnya yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah setempat. Pajak-pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi: 1) Pajak Penghasilan (PPh) 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 4) Bea Meterai 5) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Mulai 1 januari 2014, PBB pedesaan dan Perkotaan merupakan pajak daerah. Untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan masih tetap merupakan Pajak Pusat. Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: Pajak Propinsi, meliputi: 1) Pajak Kendaraan Bermotor; 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor; 7
4) Pajak Air Permukaan; 5) Pajak Rokok. i. Pajak Kabupaten/Kota, meliputi: 6) Pajak Hotel; 7) Pajak Restoran; 8) Pajak Hiburan; 9) Pajak Reklame; 10) Pajak Penerangan Jalan; 11) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; 12) Pajak Parkir; 13) Pajak Air Tanah; 14) Pajak sarang Burung Walet; 15) Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan; 16) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan. 2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Undang-undang RI no. 36 tahun 2008 atas perubahan keempat Undang-undang no.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan 8
Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya (. 2.1.4 Pengertian PPh pasal 23 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 sesuai Undang-undang RI no. 36 tahun 2008 atas perubahan keempat Undang-undang no.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. 2.1.5 Pemotong dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 Pemotong dan penerima penghasilan PPh Pasal 23 sesuai Undangundang RI no. 36 tahun 2008 atas perubahan keempat Undang-undang no.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yaitu 1) Pemotong PPh Pasal 23 : a. badan pemerintah; b. Subjek Pajak badan dalam negeri; c. penyelenggaraan kegiatan; d. bentuk usaha tetap (BUT); e. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya; f. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. 2) Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23: 9
a. WP dalam negeri; b. BUT 2.1.6 Tarif dan Objek PPh Pasal 23 Tarif PPh Pasal 23 sesuai Undang-undang RI no. 36 tahun 2008 atas perubahan keempat Undang-undang no.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yaitu : 1) 15% dari jumlah bruto atas: a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti; b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21. 2) 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan. 3) 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan. 4) 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, Untuk yang tidak ber-npwp dipotong 100% ebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23. 2.1.7 Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23 Sesuai dengan ketentuan Undang-undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan, PPh Pasal 23 terutang pada 10
akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu. PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23 bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. 11