TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB VI PENUTUP. 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum. a. Pemeriksaan korban hidup. b. Pemeriksaan korban mati

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG)

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan, maka dapat dirumuskan

Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

SURAT KETERANGAN MEDIS

BAB III PENUTUP. Dari pembahasan yang telah diuraikan mengenai peranan Visum Et Repertum

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

PRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A.

KEWENANGAN PENYIDIK POLISI TERHADAP PEMERIKSAAN HASIL VISUM ET REPERTUM MENURUT KUHAP 1. Oleh : Yosy Ardhyan 2

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

KEDUDUKAN PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

ABSTRAK MELIYANTI YUSUF

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang

DASAR PERTIMBANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DI DALAM MENENTUKAN BERAT RINGANNYA TUNTUTAN PADA TERDAKWA TINDAK PIDANA PERKOSAAN

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

DAFTAR PUSTAKA. Abdulsyani, Sosiologi Kriminalitas, Remadya Karya, CV Bandung, 1987

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

VISUM ET REPERTUM PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAMMENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN. Sujadi

Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016. FUNGSI OTOPSI FORENSIK DANKEWENANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN KUHAP 1 Oleh: Indra Makie 2


BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan

TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK HUKUM KESEHATAN DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

DAFTAR PUSTAKA. Andi Hamzah, Asas - Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB II. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP. yang dibuat tertulis dengan mengingat sumpah jabatan atau dikuatkan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelepasan Informasi medis visum et repertum

BAB III PENUTUP. tindak pidana perkosaan Laboratorium Forensik sudah berperan optimal

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti yang ada, dikenal

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

KEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1. Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Abstrack

BAB III PENUTUP. a. Faktor kemandirian kekuasaan kehakiman atau kebebasan yang. pengancaman pidana di dalam undang-undang.

PEMBERIAN SURAT TANDA PENERIMAAN LAPORAN OLEH PIHAK KEPOLISIAN KEPADA PIHAK PELAPOR. (Studi di Polres Kota Batu) PENULISAN HUKUM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA

PERANAN VISUM ET REPERTUM DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

jahat tersebut tentunya berusaha untuk menghindar dari hukuman pidana, yaitu dengan cara

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

ALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN, DAN KETERTERIMAAN Budi Sampurna 1

PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A PADANG

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya

Transkripsi:

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010 Suyanti 1, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Latar Belakang: Visum Et merupakan suatu keterangan tertulis yang dibuat atas permintaan pihak kepolisian pengadilan dan dilaksanakan oleh dokter berdasarkan sumpah mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada pasien atau benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya untuk kepentingan pengadilan dengan mengamati secara langsung terhadap alur prosedur pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Instrumen penelitian adalah wawancara dan observasi. Populasi dan sampel penelitian adalah semua permintaan Visum Et sejumlah 24 kasus. Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sudah mempunyai prosedur tetap alur prosedur pembuatan Visum Et, hal ini akan mempermudah proses pembuatan Visum Et. Jenis kasus dalam Visum Et yang diminta antara lain kasus penganiayaan 10 (41,67), kasus perkosaan 0 (0), kasus kecelakaan 14 (58,33), dan kasus otopsi 0 (0). Petugas yang membuat Visum Et dilakukan oleh tiga orang yaitu Petugas Rekam Medis, Dokter dan Direktur. Dokter yang melaksanakan pemeriksaan Visum Et meliputi dokter umum, dokter bedah syaraf, dokter bedah orthopedi dan dokter bedah umum. Lama proses pembuatan Visum Et berkisar antara 1-27 hari. Pencabutan atau Visum Et ada 5 kasus antara lain kasus penganiayaan 1 (20) dan kasus kecelakaan 4 (80). Simpulan dan Saran: Rumah Sakit Panti Waluyo belum mempunyai prosedur tetap dalam pengambilan Visum Et. Dalam pengambilan Visum Et selama ini dilakukan dengan cara menandatangani dan menuliskan nama terang pada buku pengambilan Visum Et sebagai bukti bahwa hasil Visum Et telah diambil. Sehingga dapat menjamin kerahasiaan informasi medis. LATAR BELAKANG Visum Et (V et R) adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat atas permintaan pihak kepolisian pengadilan dan dilaksanakan oleh dokter berdasarkan sumpah mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada pasien atau benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan yang sebaik- baiknya untuk kepentingan pengadilan. Dalam pasal 184 menyatakan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bahkan memberikan perhatian utama terhadap perlindungan jiwa dan badan dengan memberikan ancaman hukuman yang lebih tinggi dibanding dengan tindak pidana lainnya. Maka dalam hal ini kedudukan seorang penegak hukum sangat diperlukan Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 35

dalam penanganan kasus tindak pidana, dimana dalam hal ini adalah bantuan profesi dokter akan sangat mendukung kebenaran faktual yang berhubungan dengan kejahatan. Salah satu tugas pokok dokter dalam membantu pengusutan tindak pidana terhadap kesehatan dan nyawa manusia ialah pembuatan Visum Et dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada dan kemudian diambil kesimpulan, oleh karena itu pada waktu pembuatan Visum Et itu harus sesuai dengan keadaan yang ada pada waktu pemeriksaan. Dalam hal ini Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagai penyelenggara kegiatan rekam medis dan pemilik berkas rekam medis harus mempunyai ketentuan yang mengatur tentang pelaksanaan alur prosedur pembuatan Visum Et. Berkas Visum Et mempunyai nilai hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan hukum. Berdasarkan survei pendahuluan dapat diketahui bahwa Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta melayani pembuatan Visum Et untuk kasus kecelakaan dan penganiaayaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati secara langsung terhadap alur prosedur pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Pendekatan yang digunakan adalah retrospektif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua permintaan Visum Et yang dibuat di Rumah Sakit Panti Waluyo Kabupaten Surakarta. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :pedoman wawancara untuk mengetahuiinformasi tentang Visum Et danpedoman observasi antara lain meliputi prosedur pembuatan Visum Et, Buku agenda Visum Et, Arsip Visum Et, Surat permintaan Visum Et dan Kebijakan tentang Visum Et.Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan hasil penelitian sesuai keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan metode survey dengan cara melakukan wawancara terhadap responden serta melakukan pendekatan cross sectional yang bersifat sewaktu yang menggambarkan pelaksanaan prosedur tetap pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Kabupaten Surakarta. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Pembuatan Visum Et Tabel 1. Alur PembuatanVisum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta 36 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42

Bagian Proses Pembuatan Visum et (Petugas Rekam Medis) No Uraian Kegiatan Direktur Pihak Petugas Korban Dokter Arsip RS Kepolisian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Menerima surat Visum Et dari pihak kepolisian 2 Pasien mati langsung dikirim ke UNS 3 Pasien hidup langsung dilayani 4 Petugas Visum Et memintakan disposisi dari Direktur 5 Petugas Visum Et mencari nomor dan berkas rekam medis pasien 6 Dibuatkan draft atau konsep Visum Et 7 Pemeriksaan korban dilakukan oleh dokter yang bersangkutan 8 Proses pembuatan Visum Et dilakukan oleh dokter yang bersangkutan 9 Setelah dokter selesai memeriksakan dokter mencatat hasil pemeriksaan pada konsep dokter 10 Petugas membuat Visum Et sesuai konsep yang telah dibuat dokter dalam bentuk ketikan 11 Visum Et diketik rangkap 2 yaitu arsip (disimpan pada bagian arsip) dan pihak Kepolisian (diambil pihak Kepolisian) 12 Menyerahkan hasil pengetikan VisumEt untuk diteliti dan dilakukan perbaikan bila terjadi kesalahan ke dokter yang bertanggung jawab Visum Et 13 Dokter menandatangani Visum Et (jika Visum Et sudah benar) 14 Proses selanjutnya memintakan pengesahan kepada Direktur Rumah Sakit 15 Hasil Visum Et m dicatat pada buku pengambilan Visum Et 16 Pihak kepolisian menandatangani buku pengambilan Visum Et Sumber : Hasil wawancara Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 37

Dalam proses pelaksanaan pembuatan Visum Et, melibatkan beberapa bagian penting di rumah sakit meliputi direktur, dokter, petugas rekam medis, pihak kepolisian, korban. 2. Jenis Kasus dalam Visum Et Tabel2. Jenis Kasus dalam Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 No Jenis Kasus n Visum Et 1 Penganiayaan 10 41,67 2 Perkosaan 0 0 3 Kecelakaan 14 58,33 4 Otopsi 0 0 Di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta bahwa selama tahun 2010 terdapat 24 kasus permintaan Visum Et dengan perincian, 10 (41,67) kasus penganiayaan, 0 (0) kasus perkosaan dan 14 (58,33) kasus kecelakaan, 0 (0) kasus otopsi. Dari keempat macam kasus tersebut untuk kasus otopsi di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tidak melakukan otopsi dan apabila otopsi perlu dilakukan, maka akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dengan membawa surat rujukan dan menyediakan pelayanan otopsi karena pemeriksaan jenazah atau mayat akan dilakukan apabila ada gugatan atas kematian mayat yang tidak wajar dengan pemeriksaan oleh kedokteran forensik UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta). 3. Bentuk Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo sesuai dengan kondisi tubuh dan kesehatan si korban, maka Visum Et diberikan menurut keadaannya masing-masing sehingga timbullah berbagai macam Visum Et, antara lain Visum Et definitif karena banyak kasus penganiayaan ringan dan Visum Et sementara hal ini dibutuhkan sehubungan dengan jika akan melakukan penahanan terhadap pelaku tindak pidana maka sesuai dengan pasal 62 HIR, bahwa penahanan sementara hanya dapat dilakukan antara lain bila tindak pidana yang bersangkutan diancam dengan hukuman 5 tahun atau lebih. 4. Petugas yang Membuat Visum Et Petugas yang menangani pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dilayani oleh 3 orang yaitu Dokter, Petugas Rekam Medis, dan Direktur, hal ini sudah memenuhi syarat bahwa untuk mengisi formulir Visum Et hanya boleh dilakukan oleh petugas yang sudah melakukan sumpah jabatan dikarenakan untuk terjaga kerahasiaan Visum Et. (LN No. 350 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran). 5. Dokter yang Melaksanakan Pemeriksaan Visum Et Tabel 3. Daftar Dokter yang Melaksanakan Pemeriksaan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 Kasus Dokter Kecel akaan Pengani ayaan n 1 dr. Umum 11 6 17 70,8 3 2 dr. Bedah Syaraf 3-3 38 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42

3 dr. Bedah Orthope di 4 dr. Bedah Umum 1-1 - 3 3 Tabel 3 Daftar Dokter yang Melaksanakan Pemeriksaan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010, dapat dilihat bahwa dari 17 kasus (83,33) dibuat oleh dokter Umum, 3 kasus (12,5) dibuat oleh dokterbedah Syaraf, 1 kasus (4,17) dibuat oleh dokter Orthopedi dan 3 kasus (12,5) dibuat oleh dokter Bedah Umum. 6. Lama Waktu Proses Pembuatan Visum Et Tabel 4. Lama Waktu Proses Pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 Kasus Lama proses Jumlah Pengania Kecela pembuatan n yaan kaan (Lama waktu s/d selesai) Visum Et 2-1 hari 2 8,33 1 1 2 hari 2 8,33-8 3 hari 8 33,33-1 4 hari 1 4,17-1 5 hari 1 4,17 1 1 7 hari 2 8,33 1-9 hari 1 4,17 1-10 hari 1 4,17 1-13 hari 2 8,33 1-14 hari 1 4,17 1-19 hari 1 4,17 2-27 hari 2 8,33 Berdasarkan tabel 4 tersebut 16 kasus permintaan Visum Et dapat diselesaikan tepat waktu sebesar (66,7) tetapi masih ada 8 kasus yang mengalami keterlambatan sebesar (33,3), hal ini disebabkan oleh faktor dokter yang merawat pasien tidak sedang bertugas di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta atau dinas luar. Untuk menghindari keterlambatan tersebut diperlukan koordinasi yang baik antara petugas pelayanan Visum Et dengan dokter yang merawat/melakukan Visum Et dalam waktu 24 jam harus sudah diperiksa yaitu dengan cara petugas bagian Visum Et harus segera menghubungi dokter yang merawat, untuk dilakukan pemeriksaan apabila ada kasus permintaan Visum Et yang melibatkan dokter tersebut sehingga terjalin komunikasi yang baik dan menghindari keterlambatan proses pelayanan pembuatan Visum Et. 7. Prosedur Pengambilan Visum Et Pengambilan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo belum ada. Selama ini pengambilan hasil Visum Et hanya dilakukan dengan cara petugas kepolisian menandatangani dan menuliskan nama terang pada buku pengambilan Visum Et sebagai tanda bukti bahwa Visum Et tersebut diambil oleh pihak yang berwenang. Dalam hal pengambilan hasil Visum Et ada beberapa syarat yang harus Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 39

dipenuhi oleh pihak kepolisian, yaitu: membawa surat pengantar pengambilan Visum Et, fotocopy kartu keanggotaan dari petugas kepolisian dan surat kuasa dari pihak peminta Visum Et (penyidik) apabila pengambilan diwakilkan oleh orang lain. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi untuk menjamin kerahasiaan informasi medis yang terdapat dalam Visum Et. Maka demi kelancaran proses pengambilan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, harus dibuat prosedur pengambilan Visum Et yang memuat tentang syarat-syarat pengambilan Visum Et. Dengan adanya prosedur tetap yang jelas dan lengkap diharapkan petugas dapat melayani pengambilan Visum Et dengan tertib dan benar. 8. Pencabutan/Pembatalan Visum Et Tabel 5. Daftar Pencabutan/Pembatalan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 Jenis Kasus n 1 Penganiayaan 1 20 2 Kecelakaan 4 80 3 Pemerkosaan 0 0 4 Otopsi 0 0 Pada dasarnya pencabutan/pembatalan Visum Et dilakukan secara tertulis dengan mengisi formulir pencabutan, yang dibuat secara seragam dan ditujukan kepada peminta Visum Et. Pihak kepolisian membawa surat pencabutan/pembatalan Visum Et, kemudian diserahkan kepada direktur rumah sakit setelah itu direktur rumah sakit mengadakan rapat komite medis, setelah mendapatkan disposisi dari direktur rumah sakit diserahkan kepada petugas khusus yaitu petugas Visum Et, kemudian pihak polisi menandatangani buku pembatalan Visum Et yang berisi tanggal Visum Et, nomor surat permintaan Visum Et, nama korban, alamat korban, nama terang petugas polisi, keterangan. SIMPULAN DAN SARAN Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sudah mempunyai prosedur tetap dalam pelaksanaan Visum Et. Jenis kasus Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tahun 2010 yaitu kasus penganiayaan 10 (41,17), kasus perkosaan 0 (0), kasus kecelaksaan 14 (58,33) dan kasus otopsi 0 (0). Petugas yang membuat Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta ditetapkan 3 orang yaitu Direktur, Dokter, dan Petugas Rekam Medis bagian pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tahun 2010. Dokter yang membuat Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yaitu dokter umum, dokter orthopedic, dokter bedah umum, dan dokter bedah syaraf. Pembuatan Visum Et mengalami keterlambatan penyelesaian disebabkan karena dokter yang sedang tidak bertugas di Rumah Sakit Panti Waluyo 40 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42

Surakarta (dinas luar). Prosedur pengambilan Visum Et Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta belum ada, selama ini dilakukan dengan cara menandatangani dan menuliskan nama terang (pangkat) pada buku pengambilan Visum Et sebagai bukti bahwa hasil Visum Et telah diambil. Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tahun 2010 sudah terdapat 5 kasus pencabutan/pembatalan Visum Et diantaranya kasus penganiayaan 1 (20) dan kasus pembatalan 4 (80). Saran yang diberikan sebaiknya perlu dibuat prosedur pengambilan Visum Et dan jika terjadi pembatalan/pencabutan sebaiknya pihak kepolisian sebagai pihak yang meminta Visum Et harus memberitahukan hal tersebut secara tertulis (melalui surat) kepada Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. KEPUSTAKAAN Abdul Mun im Idries, Agung Legowo Tjiptomartono, 1982. Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Karya Unipres. Adami Chazawi, 2002. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Biro Konsultasi & Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Andi Hamzah, 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: CV. Sapta Artha Jaya. Djoko Prakoso dan I Ketut Martika, 1987. Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Bina Aksara. Harun M. Husein, 1991. Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Http://id.wikipedia.org/wiki/visumetrepertum. Indries, A.M, 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Kepolisian Negara RI, 2001. Himpunan Bujuklak, Bujuklap, dan Bujukmin Proses Penyidikan Tindak Pidana. Jakarta. Leden Marpaung, S.H., 1996. Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya. Cetakan I. Jakarta: Sinar Grafika. Lembaga Kriminologi UI (LKUI), 1980. Lokakarya Tata Laksana Visum Et di DKI Jakarta 1980 V et R Kejahatan Kesusilaan V et R Jenasah, LKUI, Jakarta. M. Yahya Harahap, 1988. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Pustaka Kartini. Masruchin Ruba i, 1999. Hukum Pidana I, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Moch. Anwar, 1986. Hukum Pidana Khusus (KUHP Buku II) Jilid II. Bandung: Alumni. Moeljatno, 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 41

Njowito Hamdani, 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama. Notoadmojo, Soekidja. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ranoemihardja A, 1980. Ilmu Kedokteran Kehakiman (Bagian II). Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Soegandhi, dr, 1999. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada, Yogyakarta. Soeparmono R. 1989. Keterangan Ahli dan Visum Et dalam Aspek Hukum Acara Pidana. 42 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42