4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk menjamin kepastian hukum mengenai status kawasan hutan, letak batas dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah di tunjuk sebagai kawasan hutan menjadi hutan tetap. Kawasan hutan juga di tunjuk untuk menjaga dan mengamankan keberadaan dan keutuhan kawasan hutan kehidupan lokal, regional, nasional dan global (Departemen Kehutanan, 2011). Kemampuan hutan tanaman dalam menyimpan karbon lebih rendah dibandingkan hutan alam. Pada hutan tanaman didominasi oleh tanaman yang cenderung monokultur dan tanaman berumur muda. Apabila dilihat dari produktivitasnya menyimpan karbon (persatuan luas dan persatuan waktu) maka ada kemungkinan hutan tanaman akan memiliki kemampuan menyimpan karbon pada tegakan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan di hutan alam karena daurnya lebih pendek (Hairiah et al, 2001). Hutan merupakan penyerap karbon terbesar dan berperan penting dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga menghasilkan emisi karbon. Hutan dapat menyimpan karbon sekurang-kurangnya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan tipe vegetasi lain seperti padang rumput, tanaman semusim, dan tundra. Hutan alam menyimpan karbon terbesar, yaitu berkisar antara 7,5-264,70 ton C/ha. Keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam mengurangi gas karbon dioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan (Indriyanto,2006).
5 Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri. Karet (Hevea brasiliensis Arg) berasal dari benua amerika dan saat ini menyebar ke seluruh dunia. Karet di kenal di indonesia dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian indonesia, sumatera dan kalimantan adalah penghasil terbesar di indonesia dengan sentral produksi terbesar di Sumatera Selatan 668.000 ha, Sumatera Utara 465.000 ha, Jambi 444.000 ha, dan Kalimantan Barat 388.000 ha (ICRAF, 2013). Di perkirakan ada lebih 3,4 jt Ha perkebuna karet di indonesia, 85% di antaranya 2,9jt Ha merupakan perkebunan karet yang di kelola oleh rakyat atau petani sekala kecil dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik swasta atau negara. Perkebunan karert rakyat biasanya dikelola dengan teknik budidaya sederhana berupa pemupukan sesuai kemampuan petani (Hadi,2007) pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Diperkirakan ada lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% diantaranya (2,9 juta hektar) merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani skala kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta (Prahmono, 2013).
6 Jika lahan di konversi dan dan di kelola dengan benar,maka kapasitas resapan karbon nya dapat meningkat. Dengan demikian ketika hutan di konversi menjadi bentuk penggunaan lain dan mengalami gangguan akan berubah menjadi sumber emisi. Sejumlah hutan tropika mengalami degradasi hebat di antaranya di sebabkan konversi hutan. Pencemaran udara di sertai dengan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO 2 ) di udara akan mengakibatkan lingkungan yang kurang sehat dan dapat mengakibatkan penyakit bagi manusia, oleh karena itu konsentrasi gas CO 2 di udara harus terus di upayakan tidak bertambah naik. Berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas hutan yang luasnya semakin menurun sehingga tetap mampu mempertahankan fungsi ekologi hutan sebagai penyangga sistem kehidupan (Hadi, 2007). Pada tahun 1968, luas areal karet hanya 2,208 juta ha dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 3,309 juta ha atau meningkat sekitar 50%. Dari luasan 3,309 juta ha, produksi yang dihasilkan mencapai sebesar 2,637 juta ton. Status pengusahaan umumnya dikelola melalui Perkebunan Rakyat/PR (85%) dengan melibatkan sekitar 2,1 juta KK petani. Selebihnya diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 8% dan Perkebunan. Besar Negara (PBN) sebesar 7% (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007). Jumlah karbon dalam tegakan dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan respirasi dari tegakan yang akan mempengaruhi jumlah CO 2 bebas di atmosfer. Hubungan timbal balik ini merupakan proses pengikatan dan pelepasan karbon bebas di atmosfer menjadi karbon terikat oleh tegakan. Proses fotosintesis ini dipengaruhi oleh kadar CO 2 dan suhu global di atmosfer. Tegakan menggunakan
7 energi cahaya dan menggunakannya untuk memecah molekul air dan melepaskan karbondioksida untuk dijadikan karbohidrat (Muhdi, 2008). Syarat Tumbuh Tanaman Karet Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 Ha/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25 0 C sampai 35 0 C (Suheriyanto, D 2010). Adapun Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya, berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, dan aerasi, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah (Anwar, 2006).
8 Karet merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Komoditas ini di budidayakan relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah men-capai 3.262.291 hektar. Dari total area perkebunan di Indonesia tersebut 84,5% milik perkebunan rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% merupakan milik negara (Heru dan Andoko, 2008). Pengertian Biomassa Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau volume tertentu Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas. Dalam suatu penelitian biomassa terdapat banyak istilah yang terkait dengan penelitian tersebut. Beberapa istilah tersebut diantaranya disebutkan dalam sebagai berikut: Biomassa hutan (Forest biomass ) adalah keseluruhan volume makhluk hidup dari semua species pada suatu waktu tertentu dan dapat dibagi ke dalam 3 kelompok utama yaitu pohon, semak dan vegetasi yang lain. Pohon secara lengkap (Complete tree) berisikan keseluruhan komponen dari suatu pohon termasuk akar, tunggul /tunggak, batang, cabang dan daun-daun. Tunggul dan akar (Stump and roots) mengacu kepada tunggul, dengan ketinggian tertentu yang ditetapkan oleh praktek-praktek setempat dan keseluruhan akar. Batang di atas tunggul (Tree above stump) merupakan seluruh komponen pohon kecuali akar dan tunggul. Pada kegiatan forest biomass inventories, pengukuran sering dikatakan bahwa biomassa di atas tunggul/tunggak ditetapkan sebagai biomassa pohon secara lengkap. Batang adalah komponan pohon mulai di
9 atas tunggul hingga ke pucuk dengan mengecualikan cabang dan daun. Batang komersial adalah komponen pohon di atas tunggul dengen diameter minimal tertentu (Sutaryo, 2009). Menurut Brown (1997), hampir 50% dari biomasa suatu vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Oleh karena itu, perlu diketahui teknik pendugaan biomasa. Salah satu upaya pengurangan gas rumah kaca adalah adanya pohon atau tanaman penyerap karbon. Di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai memiliki potensi yang sangat besar terutama perkebunan karet.