BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. United Nation Development Programme (UNDP) telah mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di perguruan tinggi. Selama duduk dibangku perkuliahan, mahasiswa seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lembaga Pendidikan merupakan wadah untuk generasi muda agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era globalisasi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif. Hal ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. nonformal (Pikiran Rakyat, 12 November 1998). Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi remaja untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. ukuran kecukupan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan positif di berbagai bidang kehidupan baik dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi ini seiring perkembangan zaman juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, tingkat pengetahuan keuangan atau financial knowledge dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. semua untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai hasilhasil

A B S T R A K Solomon & Rothblum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...

Universitas Kristen Maranatha. Lampiran 1. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas. Kuesioner Self-efficacy

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ke arah globalisasi yang pesat, telah menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai kebutuhanpun semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, apalagi pada saat individu memasuki bangku perkuliahan.

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN. Workshop Tracer Study 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentunya tidak lepas

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut berdampak pada rendahnya angka partisipasi pendidikan (APK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini, teknologi dan informasi semakin berkembang sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para mahasiswa telah merencanakan pendidikannya sedini mungkin, sehingga banyak lulusan dari negara-negara maju bergelar minimal S2 (Master Degree). Berbeda halnya dengan para mahasiswa di negara berkembang, kebanyakan dari mahasiswa kurang merencanakan pendidikannya, sehingga penetapan waktu kelulusan dan apa saja yang akan dilakukan di kampus tidak termanajemen dengan baik. Hal ini mengakibatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia kurang memiliki daya saing di dunia yang semakin kompetitif ini (Rustam, 2007). Berdasarkan Human Development Index Ranking, pada tahun 2002 Indonesia menempati urutan ke 111 di bawah negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Tahun 2004, mutu SDM Indonesia turun menjadi 112 dari 175 negara. Fakta ini menunjukkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia masih berada di bawah dan terus mengalami penurunan. Salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM adalah mendorong generasi muda Indonesia untuk meningkatkan keahlian mereka dengan cara menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Universitas X Bandung sebagai salah satu universitas swasta terbesar di Bandung menyediakan fakultas-fakultas sesuai 1

2 dengan bidang keahlian, salah satunya adalah jurusan Teknik Elektro. Sesuai dengan visi Teknik Elektro Universitas X Bandung yaitu mampu berkiprah dan mengembangkan teknologi elektro, serta mampu memenuhi kebutuhan tuntutan masyarakat industri di tingkat nasional dan internasional, jurusan Teknik Elektro mengembangkan kurikulum yang memampukan lulusannya menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi dalam tiga konsentrasi utama, yaitu Teknik Komputer, Teknik Telekomunikasi, dan Teknik Kontrol. Jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung memeroleh akreditasi A (sangat baik) dari Badan Akreditasi Nasional dan berhasil mempertahankan nilai ini selama periode 2008 2011. Jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung memiliki dosen-dosen pengajar yang kompeten, dari seluruh dosen pengajar terdapat 8 orang dosen yang bergelar doktoral dan 2 orang dosen bergelar profesor. Jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung memiliki reputasi yang baik sehingga banyak lulusannya diterima di berbagai perusahaan nasional dan multinasional dalam waktu yang relatif singkat sejak mereka lulus. Oleh karena itu, jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung merupakan salah satu jurusan yang diminati oleh caloncalon mahasiswa. Data yang diperoleh dari Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas X Bandung diketahui bahwa tahun 2002 tercatat mahasiswa jurusan Teknik Elektro sejumlah 152 orang mahasiswa, tahun 2003 sebanyak 146 orang, tahun 2004 sebanyak 134 orang, tahun 2005 sebanyak 104 orang, tahun 2006 sebanyak 107 orang, tahun 2007 sebanyak 108 orang, tahun 2008 sebanyak 99 orang, tahun 2009 sebanyak 81 orang, dan tahun 2010 sebanyak 69 orang. Rata-rata jumlah

3 mahasiswa yang lulus dalam jangka waktu 4 tahun adalah 20%. Saat ini mahasiswa yang masih aktif kuliah dari angkatan 2003 2006 sebanyak 115 orang. Data ini menunjukkan bahwa peminat jurusan Teknik Elektro mengalami penurunan setiap tahunnya dan kelulusan mahasiswa jurusan Teknik Elektro setiap tahunnya hanya sebagian kecil dari total jumlah mahasiswa. Peminat jurusan Teknik Elektro mengalami penurunan setiap tahunnya. Peneliti melakukan wawancara terhadap 5 orang mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung, diperoleh informasi bahwa mereka kurang merekomendasikan jurusan Teknik Elektro pada teman atau saudara yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena mereka tidak ingin teman atau saudara mengalami kesulitan-kesulitan dalam perkuliahan seperti yang mereka alami. Berdasarkan informasi yang diperoleh, peneliti melakukan wawancara dengan Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung dan diperoleh informasi bahwa sebagian besar mahasiswa jurusan Teknik Elektro yang mengalami hambatan dalam perkuliahan cenderung pasif. Mereka jarang bertanya pada dosen, sehingga para dosen menduga mahasiswa sudah memahami materi perkuliahan yang disampaikan. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu dosen jurusan Teknik Elektro bahwa mahasiswa jurusan Teknik Elektro yang mengalami hambatan dalam perkuliahan cenderung pasif di kelas, bahkan beberapa dari mereka jarang masuk kuliah. Dosen berupaya untuk membantu para mahasiswa yang mengalami kesulitan, akan tetapi mahasiswa tersebut kurang

4 berpastisipasi secara aktif dalam mengatasi hambatan yang mereka alami di perkuliahan. Peneliti mendapatkan izin dari Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung untuk menganilis lebih lanjut hambatan-hambatan yang dialami mahasiswa dalam perkuliahan. Peneliti menghubungi tata usaha Teknik Elektro Universitas X Bandung untuk mendapatkan data-data mahasiswa dan mengatur pertemuan dengan 50 orang mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung yang terdiri dari angkatan 2003 2009. Dari hasil survei peneliti memeroleh informasi bahwa 40% (20 orang) jarang meminta feedback pada dosen mengenai materi kuliah yang kurang mereka pahami. Hal ini membuat mereka kesulitan dalam mengerjakan soal-soal hitungan, sehingga mereka gagal dan mengulang mata kuliah yang sama di semester berikutnya. Mereka kurang memanfaatkan pengalaman kegagalan tersebut sebagai proses belajar, sehingga beberapa dari mahasiswa mengulang mata kuliah yang sama sebanyak 3 4 x. Mereka juga menilai mahasiswa jurusan Teknik Elektro kurang kompak dan kurang bersedia membantu teman-teman yang sulit memahami materi kuliah atau tugas yang diberikan dosen. Ini meenunjukkan bahwa mahasiswa belum mengembangkan kompetensi mereka secara optimal. Mahasiswa perlu mengembangkan kompetensi, mengelola emosi, mengembangkan diri dari autonomy menjadi interdependen, dan mengembangkan relasi yang matang untuk menetapkan identitas diri (Chickering, 1993). Identitas diri berkaitan dengan self-acceptance dan self-esteem. Ketika mahasiswa memiliki

5 indentitas diri yang kuat, ia akan mampu menetapkan tujuan dan bertahan meskipun ada hambatan, serta mengembangkan integritas diri. Ketika mahasiswa jurusan Teknik Elektro belum mengembangkan kompetensi mereka secara optimal, mereka akan kesulitan dalam mengelola perasaan-perasaan mereka secara efektif, kurang mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri karena masih membutuhkan persetujuan dari orang lain dalam mengambil keputusan, dan sulit mengembangkan toleransi dan menghargai perbedaan dalam komunitas mahasiswa jurusan Teknik Elektro. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada pengembangan kompetensi sebagai salaj satu vektor penting yang perlu dikembangkan oleh mahasiswa dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi secara efektif. Peneliti melakukan pengukuran kembali pada 20 mahasiswa jurusan Teknik Elektro yang terdiri dari 2 orang angkatan 2003, 1 angkatan 2004, 6 orang angkatan 2005, 2 orang angkatan 2006, 6 orang angkatan 2007, dan 3 orang angkatan 2008. Peneliti memberikan kuesioner kompetensi yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori kompetensi dari Chickering (1993), yang terdiri dari kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpersonal. Peneliti memeroleh informasi bahwa 20 % (5 orang) memiliki level & sense of intellectual, physical manual, & interpersonal competence yang tergolong rendah. Ini berarti mereka menghayati bahwa mereka kurang memiliki kemampuan intelektual, fisik manual, dan interpersonal, serta merasa kurang puas dengan kemampuan yang mereka miliki saat ini.

6 Dalam hal intelektual, mereka menilai bahwa mereka kesulitan dalam memahami materi kuliah yang disampaikan dosen, jarang meminta feedback pada dosen sehingga mereka gagal dan harus mengulang mata kuliah yang sama di semester berikutnya. Tiga orang dari mereka mengaku mengulang mata kuliah yang sama sebanyak 4 5 x. Hal tersebut membuat mereka kurang puas dengan kemampuan intelektual yang mereka miliki saat ini. Dalam hal fisik manual, mereka menilai bahwa mereka kurang menjaga pola makan teratur. Mereka kurang memperhatikan kandungan gizi dari makanan yang mereka konsumsi. Disamping itu, mereka juga kurang memiliki pola tidur yang teratur. Mereka sulit tidur dan mengisi waktu dengan bermain komputer. Mereka seringkali lupa waktu dan mulai tidur di atas pukul 01.00 dini hari. Hal ini membuat mereka sulit bangun dan beberapa kali tidak hadir pada mata kuliah yang dijadwalkan pagi hari. Mereka merasa kurang puas dengan kemampuan fisik manual yang mereka miliki saat ini karena pola makan dan tidur yang kurang teratur membuat mereka sulit berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan perkuliahan di kelas. Dalam hal interpersonal, mereka menilai teman-teman di jurusan Teknik Elektro kurang kompak dan individualis. Mereka jarang menanyakan tugas pada teman karena beberapa teman tidak bersedia untuk membantu mereka. Mereka sulit mengontrol emosi ketika berelasi dengan teman dan cenderung mudah tersinggung. Mereka merasa kurang puas dengan kemampuan interpersonal yang mereka miliki saat ini. Peneliti menghubungi lima mahasiswa tersebut untuk

7 membantu mereka mengatasi kesulitannya, namun hanya tiga orang yang bersedia dibantu dan mengikuti program yang dirancang peneliti dari awal hingga akhir. Pengembangan kompetensi pada mahasiswa jurusan Teknik Elektro dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: institusi, kurikulum, metode pengajaran dosen, komunitas mahasiswa, dan program pengembangan mahasiswa. Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 20 mahasiswa jurusan Teknik Elektro tersebut diperoleh informasi bahwa 95% mahasiswa jarang melakukan komunikasi dengan dosen karena mereka menilai dosen-dosen jurusan Teknik Elektro kurang bersahabat. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemampuan interpersonal antara mahasiswa dengan dosen. Disamping itu, 45% mahasiswa menilai metode pengajaran yang diterapkan oleh dosen bersifat satu arah dan kurang memberikan feedback pada mahasiswa, dan 55% mahasiswa menyatakan bahwa dosen kurang menggunakan metode diskusi dalam pengajaran. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemampuan intelektual dan interpersonal mereka. Selain berinteraksi dengan dosen, mahasiswa jurusan Teknik Elektro juga terlibat dalam komunitas sesama mahasiswa jurusan Teknik Elektro. Dari 20 orang mahasiswa jurusan Teknik Elektro tersebut, peneliti memeroleh informasi bahwa 45% dari mereka menilai mahasiswa-mahasiswa jurusan Teknik Elektro tidak kompak dan 55% mahasiswa menilai tidak ada kegiatan yang bertujuan untuk mengakrabkan mahasiswa jurusan Teknik Elektro. Ketidakmampuan mahasiswa jurusan Teknik Elektro dalam menjalin komunikasi dan kerja sama

8 dengan sesama mahasiswa jurusan Teknik Elektro dapat menghambat perkembangan kemampuan interpersonal mereka. Dalam rangka membantu mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, Universitas X membentuk suatu lembaga pengembangan dan pelayanan mahasiswa yang disebut MSCC (Maranatha Student Career & Consulting). Lembaga ini bertujuan untuk mengembangkan dan membantu mahasiswa yang mengalami permasalahan dalam perkuliahannya. Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 20 orang mahasiswa jurusan Teknik Elektro tersebut diperoleh informasi bahwa sebanyak 55% mahasiswa menyatakan mereka tidak tahu MSCC dan 95% mahasiswa merasa lembaga pengembangan mahasiswa tidak bermanfaat bagi mereka dan mereka tidak pernah melakukan konsultasi mengenai pendidikan mereka ke lembaga tersebut. Ketika mahasiswa jurusan Teknik Elektro tidak mencoba untuk mengkonsultasikan masalah-masalah perkuliahannya ke lembaga pengembangan mahasiswa, mereka kurang mendapatkan alternatif-alternatif solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Akibatnya, mahasiswa terus-menerus berada dalam permasalahan yang sama selama tahun-tahun perkuliahannya yang dapat menghambat perkembangan kemampuan intelektual, fisik manual, dan interpersonal mereka. Dalam hal ini, mahasiswa jurusan Teknik Elektro perlu mengembangkan kompetensi agar mereka mampu mengikuti kondisi belajar di jurusan Teknik Elektro. Perkembangan kompetensi mahasiswa Teknik Elektro akan sejalan dengan pertumbuhan keyakinan diri terhadap kompetensi yang mereka miliki,

9 sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kondisi belajar di perkuliahan secara efektif. Seberapa yakin seseorang akan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dapat berkontribusi terhadap sense of competence. Sense of competence berasal dari bagaimana mahasiswa jurusan Teknik Elektro mengenali nilai pencapaian mereka, seberapa besar keyakinan mereka akan kemampuannya dalam memecahkan masalah, dan setabah apa mereka mempertahankan keseimbangan mereka dalam pengalaman perkuliahan mereka yang pasang surut. Berbagai program dapat dirancang untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membantu mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung dalam mengatasi masalah perkuliahannya adalah dengan pemberian konseling individual sebagai bentuk intervensi yang dapat diberikan kepada mereka. Intervensi konseling individual diperkenalkan untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi mereka (Evans, Forney, Guido, Patton, and Renn, 2010). Konseling individual merupakan proses membantu seseorang untuk berkembang menuju tujuan-tujuannya secara pribadi dan memperkuat kapasitasnya dalam mengatasi permasalahannya sendiri (Brammer & MacDonald, 2003). Konseling individual telah banyak dilakukan sebagai bentuk intervensi di beberapa penelitian lain, di antaranya: penelitian yang dilakukan oleh Mutaqin (2010) dengan topik Konseling Individual pada Siswa yang Tidak Lulus UN di SMK Muhammadiyah 1 Moyu dan Sleman diperoleh hasil bahwa metode konseling individual cukup efektif dalam meningkatkan motivasi dan rasa percaya

10 diri siswa yang mengalami kegagalan dalam mengikuti UN. Disamping itu, penelitian yang dilakukan oleh Afandi (2010) dengan topik Efektifitas Konseling Individu Terhadap Perilaku Disiplin Siswa SMA Negeri 1 Pangkah Kabupaten Tegal (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI Tahun Pelajaran 2009/2010) diperoleh hasil bahwa metode konseling individual cukup efektif dan jumlah pelanggaran siswa mengalami penurunan. Penelitian dengan metode konseling individual juga dilakukan oleh Mulatsih (2006) dengan topik Layanan Konseling Perorangan dalam Memberikan Bantuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Mataram dan hasilnya siswa menilai konseling perorangan memberikan kesan yang menyenangkan bagi mereka dan cukup efektif dalam membantu permasalahan mereka. Hal inilah yang mendasari peneliti menggunakan metode konseling individual untuk membantu mahasiswa jurusan Teknik Elektro mengatasi permasalahannya di perkuliahan. Alasan-alasan peneliti memilih metode konseling individual sebagai bentuk intervensi bagi mahasiswa jurusan Teknik Elektro adalah penanganan permasalahan dapat dilakukan secara mendalam dan jumlah responden hanya tiga orang, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan metode intervensi training. Disamping itu, ketiga responden kurang bersedia untuk membicarakan masalah perkuliahannya kepada orang lain karena hal tersebut menyangkut privacy bagi mereka, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan metode intervensi konseling kelompok. Melalui konseling individual ini, mahasiswa jurusan Teknik Elektro diharapkan dapat berkembang ke arah yang sudah ia pilih, mengatasi

11 permasalahan-permasalahan, dan berani menghadapi krisis. Melalui konseling individual ini, mahasiswa Teknik Elektro diharapkan dapat mengolah pemikirannya dan menganalisis masalah perkuliahan yang mereka hadapi menjadi lebih objektif (problem solving). Selanjutnya, mereka diharapkan dapat membuat keputusan (decision making) dan menyusun perencanaan (planning) berdasarkan keputusan yang telah diambil untuk mengatasi masalah-masalah di perkuliahan (Helping Skills for Positive Action and Behavior Change, Brammer & MacDonald (2003)). Setelah melewati proses konseling individual, mahasiswa Teknik Elektro diharapkan dapat melanjutkan dan melakukannya setiap waktu ketika mereka menghadapi masalah yang baru. Program konseling individual ini secara spesifik akan dikaitkan dengan variabel penelitian yaitu kompetensi mahasiswa. Dalam konseling individual ini, mahasiswa jurusan Teknik Elektro diberikan kesempatan untuk menggali kelemahan dan kelebihan mereka yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, fisik manual, dan interpersonal (level of competence) mereka serta penghayatan diri terhadap kemampuan yang mereka miliki (sense of competence) dalam menjalani dan menyelesaikan pendidikan mereka di jurusan Teknik Elektro. Berdasarkan fakta yang ada maka peneliti berkeinginan untuk meneliti apakah konseling individual dapat berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpesonal pada mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung.

12 1.2. Identifikasi Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan konseling individual dapat berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpesonal pada mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpersonal pada mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung sesudah mengikuti konseling individual. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kompetensi mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung yang diukur dari aspek-aspeknya, yaitu: intelektual, fisik manual, dan interpersonal setelah menjalani konseling individual. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi: Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Klinis & Pendidikan untuk memperdalam pemahaman dan memperkaya pengetahuan psikologi mengenai pengembangan kompetensi pada mahasiswa.

13 Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai vektor pengembangan kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpersonal pada mahasiswa ataupun topik lain yang serupa. 1.4.2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi: Para mahasiswa jurusan Teknik Elektro universitas X Bandung mengenai kompetensi mereka, agar dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan diri sehingga dapat menyesuaikan diri dengan sistem dan kurikulum pendidikan di jurusan Teknik Elektro meskipun mereka berada dalam situasi-situasi yang sulit. Jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung, khususnya pada Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung dan para dosen jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung mengenai kompetensi mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan dapat membantu para mahasiswa jurusan Teknik Elektro dalam mengembangkan kompetensi mereka, sehingga mereka dapat menjalani pendidikan mereka di jurusan Teknik Elektro dengan baik. 1.5. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian pretest-posttest design. Hasil pengukuran pre-test dan post-test akan dibandingkan, untuk melihat apakah terjadi peningkatan kompetensi setelah diberikan konseling individual. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung yang memiliki kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpersonal

14 yang rendah. Pengukuran kompetensi mahasiswa dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan teori kompetensi Chickering, 1969 dalam Chickering & Reisser, 1993. Data kompetensi mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas X Bandung diperoleh melalui kuesioner kompetensi sebelum dan sesudah konseling individual. Skor kompetensi sebelum dan sesudah konseling indvidual akan dianalisis untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kompetensi sesudah diberikan konseling individual. Hasil wawancara dan observasi yang diperoleh melalui konseling individual akan dianalisis secara kualitatif, yaitu menggunakan metode coding. Hasil wawancara dan observasi dibuat dalam bentuk deskriptif (fenomena), kemudian memberikan penamaan (label) pada fenomena, dan mengelompokkan label menjadi kategori-kategori. Pengkategorian fenomena didasarkan pada aspek-aspek yang tercakup di dalam kompetensi intelektual, fisik manual, dan interpersonal.