BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di tingkat individu maupun menjadi isu nasional.

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada awal kehamilan (trimester pertama), seperti berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

ABORSI DISUSUN OLEH: NOVIYANTI PUTRI AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDARLAMPUNG

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan merasa berbeda

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 03Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BAB I PENDAHULUAN. dan pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Menurut Susilo ( 2007 ) dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu. Setiap pasangan menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

PETUN JUK PENGERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan kearah modernitas menjadi semakin terasa. Kondisi seperti ini menyebabkan timbulnya tekanan pada masyarakat yang kurang siap dengan perubahan yang ada. Selain itu, kota Surabaya merupakan kota dengan urbanisasi terbanyak setelah kota Jakarta yang menjadi ibu kota. Tempat tinggal warga Surabaya yang sudah terlihat padat menjadi semakin padat dengan bertambahnya rantauan dari beberapa daerah yang ingin memperbaiki nasib di kota Surabaya. Menurut Sensus Penduduk Tahun 2010, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.765.908 jiwa. Dengan wilayah seluas 333,063 km², maka kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.304 jiwa per km². Oleh karena itu berbagai usaha di upayakan pemerintah dalam mengatasi lonjakan penduduk yang ada di Surabaya, mulai dari penyuluhan KB hingga batas umur di perbolehkannya menikah. Namun dalam upaya ini masih banyak menemui hambatan yang terjadi akibat kurangnya kerjasama dari anggota keluarga itu sendiri. Sebuah keluarga terkadang tidak dapat melakukan suatu perencanaan dalam keluarganya. Tidak dapat dipungkiri saat seseorang membentuk suatu keluarga maka akan banyak 1

2 kebutuhan-kebutuhan yang harus mereka penuhi. Oleh karena itu suatu keluarga harus benar-benar sadar bahwa saat tuntutan semakin tinggi mereka harus pintar mengatur dan mengelola kebutuhan itu. pada kenyataannya, masih banyak keluarga yang kurang memiliki perencanaan matang untuk kehidupannya sehingga terkadang terjadi kejadian insidentil diluar perkiraan. Seperti terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan karena tuntutan yang sudah terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan keluarga tersebut memiliki pemikiran untuk melakukan aborsi. Tindakan aborsi ini menjadi solusi utama bagi para wanita yang dalam hal ini adalah ibu rumah tangga, saat kehamilan yang tidak diinginkan itu terjadi. Diketahui bahwa ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi yang cukup serius atau kematian karena ditangani oleh orang yang tidak berkompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar (Hanifah 2007 dalam Tinceuli Sinaga, 2007). Heald & Adriansz (2000), mengemukakan hasil meta analisis tentang kelompok risiko tinggi terhadap kecenderungan terjadinya abortus antara lain kelompok kehamilan yang tidak diinginkan, karena belum menginginkan kehadiran anak dan atau mereka yang mempunyai frekuensi kehamilan dan melahirkan terlalu rapat dan terlalu sering, kegagalan kontrasepsi, kelompok

3 umur yang masih remaja (>20 tahun), kelompok praktisi dan seks komersial (dalam Nurjaya, dkk. 2005). Hasil penelitian oleh Pusat Kesehatan UI dan Yayasan Kesehatan Perempuan tahun 2003, ditemukan bahwa 87% mereka yang melakukan aborsi adalah ibu rumah tangga yang memiliki suami dan 12% lainnya adalah remaja putri. Fakta yang mengejutkan tersebut menunjukkan bahwa hasil riset ini jauh berbeda dengan anggapan bahwa aborsi merupakan identik dengan seks bebas yang mengakibatkan KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan). Senada dengan hasil penelitian YKP (Yayasan Kesehatan Perempuan) yang dilakukan di 8 klinik dan 2 rumah sakit dengan melibatkan 1446 klien (dalam artikel aborsi : kebijakan dan kenyataan : hasil penelitian YKP, Juni- Desember 2002), diperoleh data sebagai yaitu, 58% subjek berusia diatas 30 tahun hanya 3% yang berusia di bawah 20 tahun, 87% subjek berstatus menikah, hampir separuhnya telah memiliki sekurangnya 2 orang anak, 54% subjek lulusan Sekolah Menengah Umum dan 21% lulusan akademi/ universitas, 47% profesi subjek adalah ibu rumah tangga sedangkan 47% adalah karyawan swasta dan 23% pegawai negeri termasuk anggota TNI/ Polri, sekitar 21% subjek telah melakukan aborsi berulang dengan jumlah maksimal 4 kali, Sebagian besar subjek sebanyak 57.5% beralasan mengenai psikososial untuk menghentikan kehamilannya. Sekitar 36% mengeluh mengalami kegagalan KB. Hanya 4% subjek mengemukakan alasan kondisi fisik.

4 Dengan demikian subyek yang terpilih dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang bersuami dan sedang mengalami KTD serta berupaya untuk melakukan tindakan aborsi. Dengan beberapa kriteria terkait alasan subyek dalam mengambil keputusan aborsi. Seperti faktor usia yang terlalu tua untuk hamil sehingga secara medis dinyatakan sangat beresiko dengan kehamilannya tersebut, atau karena alasan kesehatan yang mana subyek memiliki riwayat penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan janin dan dirinya sendiri, juga apabila subyek pernah mengalami proses kelahiran caesar beberapa kali. Beberapa alasan yang lain adalah karena subyek telah memiliki banyak anak, jarak anak satu sama lain berdekatan, kegagalan alat kontrasepsi, ikatan dinas dan status sosial ekonomi. Ketika ibu berada dalam kondisi tersebut maka kehamilan yang dirasakan menjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan demikian jika dilihat dari sudut pandang psikologi, ketika seorang ibu tidak menginginkan kehamilannya maka secara emosional ibu telah menggugurkan kehamilannya dan apabila kehamilan diteruskan maka akan berakibat buruk pada perkembangan anak ketika lahir, karena ibu merasa kehadiran anaknya adalah sebuah beban. Sehingga aborsi menjadi pilihan dalam penyelesaian permasalahan tersebut. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram kapita selekta kedokteran (edisi III jilid I, 1999). Meski aborsi merupakan hal yang tabu untuk diungkapkan-karena terbentur dengan nilai-nilai dan norma sosial yang ada disekitar kita- namun

5 hal tersebut ternyata marak terjadi. Padahal kehamilan dan kedatangan seorang anak merupakan hal yang seharusnya dapat memberikan rasa kebahagiaan dan pelengkap dalam suatu keluarga. Bahkan seorang ibu dapat disebut sebagai wanita seutuhnya ketika dapat melahirkan seorang anak untuk keluarganya. Karena anak merupakan harta berharga dan kebanggaan bagi orangtua maka idealnya ketika kabar kehamilan diterima seorang ibu, seluruh anggota keluarga merasa bahagia dan akan menjaga serta membesarkan anak yang sedang dikandungnya tersebut hingga dewasa, dengan memiliki berbagai harapan besar yang digantungkan pada anaknya agar dapat menjadi seorang yang jauh melebihi orangtuanya. Namun hal ini akan berbeda ketika kehamilan yang dirasakan ibu rumah tangga tersebut ternyata tidak dikehendaki. Padahal yang kita ketahui kehamilan yang dirasakan seorang ibu rumah tangga merupakan kehamilan dalam ikatan perkawinan yang sah, bukan sesuatu yang memalukan dan terlepas dari beban kehamilan diluar nikah. Namun nyatanya kehamilan yang tidak diinginkan tidak hanya dirasakan oleh para wanita yang hamil diluar nikah saja tapi anehnya KTD juga dialami oleh para ibu rumah tangga. Sehingga dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar pelaku aborsi adalah ibu rumah tangga. Pada salah satu penelitian disebutkan bahwa (jurnal Guttmacher Institute, seri 2008 No : 2) ditemukan proporsi yang lebih tinggi, sekitar sepertiga dari klien melaporkan mengalami kegagalan kontrasepsi. Walaupun demikian, hampir seluruh subjek yang melakukan aborsi mengalami unmet

6 need dari kontrasepsi, karena mereka tidak ingin segera mempunyai anak lagi atau mereka tidak menginginkan tambahan anak sama sekali sedangkan mereka tidak memakai alat kontrasepsi apapun. Persoalannya, dengan adanya tekanan gaya hidup yang begitu kuat dan kondisi psikologis ibu rumah tangga yang berniat untuk menggugurkan kandungannya dengan alasan ekonomi dan lain-lain, maka gangguan stres pun tidak dapat dihindari dan kondisi ini akan berlanjut pada pasca aborsi atau post abortus. Karena meski aborsi pada akhirnya dilakukan dengan tanpa keraguan, namun terkadang wanita sering mengalami stres berkepanjangan sebelum dan sesudah aborsi, timbul perasaan bersalah, marah, menyesal dan sedih dan pasangannya pun dapat mengalami perasaan yang sama (Shostak dalam K. Ahmad, 2007). Sebelum dilakukannya abortus, kondisi kejiwaan subyek atau pasien yang dalam hal ini adalah terspesifikasi pada ibu rumah tangga sedang mengalami tekanan, disamping itu dengan bertolak belakangnya dengan norma atau adat yang ada, gangguan psikis ini pasti dialami oleh pasien sehingga timbul keraguan untuk mempertahankan atau bahkan menghilangkan nyawa dalam janin yang dikandungnya. Apalagi bagi seorang ibu yang pernah melalui dan merasakan masa-masa kehamilan serta kelahiran dengan lancar sehingga hal tersebut dapat pula menjadi stressor saat akan menjalani proses aborsi. Stress dapat berlanjut pada pasca absorsi, karena masa-masa pasca aborsi merupakan masa-masa yang rentan timbulnya efek psikologis. Dimana

7 pasien dirundung rasa bersalah dan kehilangan yang mendalam, marah dan menyesal, sehingga kondisi ini biasanya akan mengganggu aktivitas dan rutinitas ibu. Menurut Frater & Wright (dalam K. Ahmad 2007) salah satu faktor yang menimbulkan stres pada masa pra aborsi adalah jika seorang wanita merasa bahwa keputusan aborsi tersebut tidak berasal dari dirinya, melainkan paksaan dari orang lain seperti pasangan, teman, atau keluarga atau bisa juga paksaan dari suatu keadaan (situasi) yang bersifat normatif seperti perasaan malu terhadap lingkungan bila tetap melanjutkan kehamilannya. Pada masamasa pra aborsi ini, subyek juga merasa tertekan karena adanya persepsipersepsi negatif yang muncul dalam pikirannya terkait proses aborsi yang akan dijalani, seperti rasa khawatir atau takut jika nantinya proses aborsi akan terasa menyakitkan atau proses aborsi tersebut tidak akan berjalan lancar, dan kekhawatiran-kekhawatiran yang lainnya yang dapat mempengaruhi aspek psikologis subyek. Persepsi-persepsi negatif yang muncul tersebut diasumsikan tidak hanya terjadi sebelum subyek menjalani pelayanan aborsi, akan tetapi dapat pula muncul setelah subyek menjalani pelayanan aborsi terkait dengan efekefek yang kemungkinan besar dapat ditimbulkan pasca aborsi, juga terkait dengan timbulnya rasa bersalah, merasa berdosa, menyesal, sedih dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Yudhie mengenai Stres pada Wanita yang Melakukan Aborsi Akibat Kehamilan Pranikah, hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subyek merasakan

8 adanya gejala stres pada saat sebelum maupun sesudah aborsi. Kedua subyek juga merasakan kecemasan dan ketakutan akan efek yang bisa ditimbulkan oleh aborsi. Menurut Handoko (2001), stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi fisik dan psikis seseorang dan merupakan reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Kondisi stres memang tidak dapat dengan mudah dihindari oleh masing-masing individu, karena kondisi stres bisa menyerang siapa saja. Berat ringannya kondisi stres pun tergantung dari tekanan-tekanan yang muncul dalam diri individu. Oleh karena itu untuk mengetahui gambaran berat dan ringannya kondisi stres yang dialami ibu rumah tangga saat akan menghadapi aborsi dan sesudahnya maka peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan stres subyek antara sebelum tindakan aborsi dan sesudahnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, yang maka rumusan masalahnya adalah, bagaimana gambaran tingkat stress pre dan post abortus pada ibu rumah tangga. C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stress pre dan post abortus pada ibu rumah

9 D. Manfaat Penelitian Apabila penelitian ini dilaksanakan, maka hasil penelitian akan bermanfaat sebagai : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperkaya ilmu Psikologi khususnya dalam Psikologi Klinis. 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran kepada para psikolog, psikiater, dokter maupun bidan terkait kondisi stres yang dialami pasien dengan harapan dapat memberikan solusi seoptimal mungkin dalam upaya meminimalisir kondisi tersebut. E. Sistematika Pembahasan Supaya pembahasan penulisan skripsi ini sistematis dan terstruktur, maka peneliti menyajikan sistematika pembahasan berupa bab yang terbagi dalam lima bab, antara lain: Bab I (Pendahuluan), Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II (Kajian Pustaka), terdiri dari teori yang dikaji yaitu definisi stres, macam-macam dan sumber stres, definisi aborsi, definisi

10 penyuluhan, kerangka teoritik, penelitian terdahulu yang relevan, dan hipotesis. Bab III (Metode Penelitian), terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, subyek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan), terdiri dari deskripsi proses pelaksanaan penelitian, deskripsi kegiatan penelitian, penguji hipotesis dan analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V (Penutup), pada bab ini terdiri dari simpulan dan saran.