BAB I PENDAHULUAN. yang berujung pada maslahat hidup pada hakekatnya merupakan gambaran dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidik bisa dibagi menurut perspektif kelembagaan, yang tersimpul dalam Tri

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

BAB I PENDAHULUAN. konteks pendidikan agama, kegiatan dimaksud menitik-beratkan pada peningkatan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan kitab suci dan pedoman utama ajaran Islam. Ia berisi

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB I PENDAHULUAN. tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara bertanggung jawab dan mandiri. 3

BAB I PENDAHULUAN. Belajar pada dasarnya adalah upaya peningkatan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB I PENDAHULUAN. kefitrahan menuju penunaian tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci yang berisi tuntunan dan hidayah yang

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Interaksi yang edukatif ini dikarenakan

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan yang lengkap, media dan lain sebagainya). materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Implementasinya berkait erat dengan lembaga, pendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

C022. Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi UMS 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

2. Hasil Penelitian Siklus I Penelitian yang dilaksanakan di MI Sendangkulon Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal pada siswa kelas IV ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Selatan. Sekolah Dasar Negeri Sungai Kupang 2 beralamat di Jalan

Endang Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd. SMP Negeri 2 Kota Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN. pada tingkat Sekolah Dasar, secara substansial memiliki kontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini disajikan uraian bahasan sesuai dengan hasil penelitian,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Endang Srininsih Guru SMPN 4 Mataram. menyanyi sesuka mereka tanpa memperdulikan adanya aturanaturaan

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan motivasi kepada anak untuk memahami, mencintai, mendalami dan

KONSEP PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN. Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMAN 2 Kalianda semester

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai.jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

BAB I PENDAHULUAN. dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Rancangan penelitian ini menggunakan metode Peneelitian Tindakan kelas. dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V A SD NEGERI SAMPALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIK MELALUI MODEL KOOPERATIFTEKNIKBERTUKAR PASANGAN DI SDN 26 PADANG TAE

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan dan kreativitasnya. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Menurut Dimyati Mudjiono

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Strategi Pembelajaran Peningkatan...I Nyoman Rida 96

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial dan segala kegiatan yang berujung pada maslahat hidup pada hakekatnya merupakan gambaran dari penghayatan iman yang sejati. Agama bukan hanya berisi seperangkat ajaran teologis yang memancarkan melalui serangkaian aktivitas ibadah, namun ia juga mengandung tatanan sosial yang ditandai dengan etika moralitas. 1 Iman yang sejati akan selalu diiringi dan ditandai oleh perilaku terpuji dalam segenap aspek kehidupan. Setiap muslim dituntut menjadikan pribadi Rasulullah Saw sebagai suri teladan sehingga mampu menampilkan perilaku terpuji dalam kehidupannya. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam QS al-qalam/68 : 4 ( ا لقلم 68/ ( 4 : Antara Akidah dan akhlak tak dapat dipisahkan, sebab keduanya saling berkaitan. Iman yang baik tergambar pada akhlak yang baik, begitu pula sebaliknya, akhlak yang baik senantiasa dilandasi oleh iman yang baik pula. Perilaku terpuji yang mampu dihayati dan diamalkan merupakan cerminan dari keimanan yang sejati. Menanamkannya kepada anak didik sangat penting karena salah satu ciri sumber daya manusia yang berkualitas itu ditentukan oleh budi pekertinya. h. 19. 1 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma arif, 1962), 1

Pembelajaran ke arah tumbuh kembangnya perilaku terpuji pada diri anak tentu saja memerlukan proses belajar yang terencana. Bimbingan dan pemberian pengalaman akan mudah diterima apabila anak merasa terpacu untuk mencari tahu sejauh mana pelajaran itu bermanfaat bagi dirinya. Peserta didik diajak untuk mengemas cara pembelajaran yang serius dan menyenangkan sehingga pendekatan dalam pembelajaran bukannya top down, melainkan bottom up. 2 Siswa sendiri yang menentukan proses mengkonstruksi pengetahuannya dan selanjutnya memperlihatkan kesesuaiannya dengan kriteria kebenaran pengetahuan. 3 Rendahnya kemampuan siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai keilmuan dalam suatu materi pembelajaran, disebabkan kegiatan belajar mengajar yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru. 4 Siswa tidak dibimbing melakukan dialog dengan diri sendiri, berpikir reflektif mengenai topik yang dipelajari. Ketika guru dalam proses pembelajaran tidak menempatkan dirinya sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa, maka kesan negatif yang bisa mematikan kreativitas siswa pun timbul, bahwa guru itu sumber ilmu tetapi siswa gudangnya ilmu. Guru menabung ilmu dalam bank empunya siswa, sedangkan siswa tidak memiliki ilmu itu. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang mengesankan dan memacu keingintahuan peserta didik tidak tercapai. 2 Charles C. Bonwell dan James A. Eison, Active Learning: Creating Excitement in the Classroom, http://www.gwu.edu/eriche. 3 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), h. 3 4 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV Citra Media, 1996), h. 99. 2

Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Panyipatan Kabupaten Tanah Laut, rasa keingintahuan siswa terhadap materi yang dipelajarinya masih rendah. Hal ini menyebabkan prestasi belajar dalam Mata pelajaran Akidah-Akhlak yang merujuk kepada kemampuan memahami materi pembelajaran juga rendah. Dari hasil evaluasi formatif, nilai ratarata klasikal hanya mencapai 60, di bawah KKM yang ditetapkan sebesar 70. Rendahnya hasil belajar siswa, berkorelasi pula terhadap kemampuan mengimplementasikan perilaku terpuji terhadap diri sendiri dalam kehidupannya sehari-hari.. Misalnya ketika diminta mengerjakan PR, beberapa siswa tidak mengumpulkannya dengan berbagai alasan, baik lupa maupun ketinggalan di rumah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sikap rajin dalam belajar belum dipraktekkan siswa sebagai suatu keharisan bagi seorang pembelajar (siswa). Hal ini mengisyaratkan pula bahwa guru harus melakukan refleksi terhadap cara membelajarkan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang menekankan kepada keaktifan siswa mencari, merekonstruksi dan menyampaikan konsep pengetahuannya, akan dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar anak. 5 Siswa merasakan sebagai subjek dalam belajar yang berhadapan langsung dengan sasaran pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa mudah menempatkan, merangkai dan menyusun alur logis, menguraikan dan mengobjeksi materi keilmuan dengan membentuk konsepnya sendiri sesuai kebenaran yang dituntunkan dalam materi pembelajaran. 5 Bagi anak minat memegang peranan penting sebagai sumber hasrat belajar. Abdurrahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 65. 3

Pembelajaran menggunakan metode resitasi yang memberikan kesempatan kepada siswa menemukan sendiri jawaban suatu persoalan, mengeksplorasi dan melaporkan hasil penelahaannya. Melalui langkah ini anak dilatih memiliki kemampuan berpikir, mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. 6 Pembelajaran yang memberikan keleluasaan menemukan sumber jawaban, akan menjadikan siswa merasa at home, menyenangi pelajaran, merasa membutuhkan ilmu itu serta dapat melaksanakan pesan pembelajaran. Penerapan metode resitasi yang secara intens menggerakkan potensi kognitif anak diyakini akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengingat (remembering). Dengan mengingat anak juga akan memiliki kemampuan berpikir (thinking) yang diikuti kemampuan memahami dan menjelaskan 7 Jawaban penugasan atas dasar pengalaman siswa sendiri melalui pendapat dan gagasannya akan membimbingnya mengidentifikasi kekeliruan dan membuktikan dengan memberikan sejumlah data dan fakta. Guna melihat sejauh mana efektifitas metode resitasi dalam meningkatkan prestasi belajar, penulis merasa tertarik mengkaji secara mendalam melalui penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan judul : Meningkatkan Prestasi Belajar Akidah-Akhlak Materi Perilaku Terpuji Bagi Diri Sendiri Melalui Metode Resitasi Pada Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. 6 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta; Renika Cipta, 2000), h.236. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 230-231. 4

B. Identifikasi Masalah Memperhatikan latar belakang masalah di atas, ada beberapa persoalan mendasar yang mengemuka sebagai akar masalah dalam penelitian ini : 1. Rendahnya motivasi siswa dalam mengembangkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran belum mengajak siswa untuk merekonstruksi pengalamannya terhadap nilai-nilai positif berperilaku terpuji dalam kehidupan siswa sebagai individu dan anggota komunitas sosial. 2. Guru belum mengapresiasikan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa mengalami sendiri proses belajar. Pembelajaran Akidah-Akhlak yang selama ini berlangsung melalui metode ceramah cendrung menjadikan siswa menjadi pembelajar yang fasif, hanya mendengarkan uraian guru dan tidak mengajak siswa mempelajari sendiri untuk apa dan bagaimana menilai apakah seseorang telah berperilaku terpuji atau tidak. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, penelitian ini mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan metode resitasi dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak pada materi Perilaku Terpuji Bagi Diri Sendiri? 2. Apakah metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak pada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Panyipatan Kabupaten Tanah Laut tahun pelajaran 2010/2011? D. Rencana Pemecahan Masalah 5

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi berkait dengan rendahnya hasil belajar siswa dalam materi Al-Quran, tindakan reflektif perlu dilakukan. Penulis merencanakan tindakan kelas dilakukan sebanyak 3 siklus dengan masing-masing satu kali pertemuan dalam pembelajaran 3 x (2 x 35 menit). Sebagai suatu upaya dalam memecahkan persolan yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar, tindakan kelas melalui kombinasi metode drill dan demonstrasi dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Melakukan analisis terhadap materi pembelajaran (AMP), sejauh mana tingkat pencapaian yang ditetapkan SK dan KD materi pembelajaran. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Menyampaikan metode pembelajaran yang akan dikembangkan, tahapan-tahapan belajar dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa 4. Melakukan appersepsi dan pre-test untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa terhadap bahan ajar yang akan dikembangkan dalam pembelajaran 5. Menerapkan langkah-langkah tindakan kelas dengan metode pembelajaran resitasi dalam mengelola aktivitas belajar siswa 6. Melakukan refleksi terhadap penguasaan siswa terhadap materi ajar 7. Melakukan post test untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil pembelajaran 8. Evaluasi terhadap efektivitas metode pembelajaran resitasi yang digunakan dalam meningkatkan pretasi belajar siswa pada pada materi Perilaku Terpuji Bagi Diri Sendiri. 6

Selama proses tindakan kelas, pengamatan dilakukan terhadap aktifitas guru dan keaktifan belajar siswa. Pada akhir kegiatan pembelajaran dilakukan tes secara lisan dan tertulis untuk melihat sejauh mana perubahan yang dihasilkan setelah siswa mengikuti tahapan-tahapan proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Diharapkan inovasi yang dilakukan guru dalam membimbing siswa mampu meningkatkan prestasi belajar, baik dari sisi nilai hasil belajar maupun implementasi perilaku terpuji secara optimal sesuai tujuan pembelajaran. E. Hipotesis Tindakan Sebagai upaya terarah untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, diterapkannya metode resitasi dalam rangka prestasi belajar siswa didasarkan kepada hepotesis sebagai berikut : 1. Penerapan metode resitasi akan mampu membimbing siswa merekonstruksi pengalamannya terhadap nilai-nilai positif menerapkan perilaku terpuji bagi diri sendiri. Dengan langkah ini anak akan merasakan sendiri makna materi pembelajaran sehingga memudahkan baginya untuk memahami, menjelaskan dan mempraktekkannya dalam kehidupannya sehari-hari. 2. Metode resitasi akan dapat mengajak siswa mengalami secara langsung proses belajar. Penugasan yang diberikan membimbing siswa untuk mengambil inisiatif bagaimana cara menemukan jawaban, apakah melalui membaca, bertanya maupun mempraktekkan sendiri yang kemudian dituliskannya dalam laporan perrtanggung jawaban hasil penugasan. 7

F. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kualitas proses dan pencapaian tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak. Tindakan kelas yang dilakukan terarah pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru sebagai fasilitator dan aktivitas belajar siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui proses penerapan metode pembelajaran resitasi dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak pada materi Perilaku Terpuji Bagi Diri Sendiri. 2. Mengetahui efektivitas metode pembelajaran resitasi dalam meningkatkan prestasi belajar Akidah-Akhlak bagi siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Panyipatan Kabupaten Tanah Laut tahun pelajaran 2010/2011. G. Signifikansi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaaan teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Secara teoritis a) Menjadi masukan dan informasi tentang langkah-langkah inovatif pengelolaan kegiatan belajar siswa. Metode resitasi dapat menjadi alternatif cara mengelola aktivitas belajar mengajar yang menekankan kepada pembelajaran siswa aktif (student active learning). b) Menjadi bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan kualitas, proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak, khususnya pada materi Perilaku Terpuji Bagi Diri Sendiri. 8

2. Secara praktis a) Peneliti 1) Menjadi bahan masukan langkah-langkah penelitian tindakan kelas melalui metode pembelajaran resitasi. 2) Menjadi bahan informasi dalam penelitian menggunakan metode resitasi dalam materi serupa dengan aspek yang berbeda. b) Guru 1) Menjadi masukan konstruktif dalam rangka meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Akidah-Akhlak. 2) Menjadi masukan pengelolaan proses pembelajaran agar siswa merekonstruksi sendiri pemahamannya terhadap materi pembelajaran. c) Siswa 1) Nilai-nilai keilmuan yang didasarkan kepada pengalaman langsung akan memudahkan siswa memahami, menjelaskan dan mempraktekkannya dalam kehidupannya sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas. 2) Mengalami sendiri proses belajar akan memberikan keyakinan dan penguatan penerapan perilaku terpuji yang secara positif bermanfaat bagi kehidupannya sebagai individu dan anggota komunitas sosial. 9