BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap Kantor Akuntan Publik menginginkan untuk memiliki auditor yang dapat bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang diperiksa, membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan. Perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Pelaksanaan prosedur audit secara cermat dan seksama sebagaimana digariskan dalam program audit membantu auditor untuk dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas. Akan tetapi hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan terdapat ancaman atas penurunan kualitas audit sebagai tindakan audit disfungsional yang kadang-kadang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas audit (pierce dan sweeney, 2004). Pada tahun 2001 ditemukan adanya praktek penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Arthur Anderson yang merupakan salah satu kantor akuntan publik terbesar di dunia. Praktek penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Arthur Anderson adalah dengan cara melaporkan hasil audit yang tidak sesuai dengan temuan audit di lapangan kepada publik. Opini audit terhadap 1
2 perusahaan Enron menyatakan bahwa perusahaan telah melaporkan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan tidak ditemukan adanya manipulasi laporan keuangan. Faktanya, Enron telah mengalami kerugian yang sangat besar akan tetapi tidak dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Kasus tersebut berimbas pada ditutupnya KAP Arthur Anderson karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesional auditor. Sejak saat itu banyak aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh pihak yang terkait dalam rangka melakukan pencegahan terhadap kasus serupa. Dunia penelitian pun terus melakukan riset tentang faktor-faktor yang diindikasikan dapat menurunkan kualitas audit, salah satunya adalah penelitian mengenai perilaku audit disfungsional. Di Indonesia terjadi kasus mengenai perilaku disfungsional, menkeu bekukan izin KAP Tahrir Hidayat & AP Dody Hapsoro (2008) Menteri Keuangan Sri Mulyani membekukan izin kantor akuntan publik (KAP) Drs Tahrir Hidayat dan Akuntan Publik (AP) Drs Dody Hapsoro. Pembekuan izin KAP Tahrir berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 397/KM 1/2008, terhitung mulai tanggal 11 Juni 2008. Sementara AP Drs Dody Hapsoro, melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 409/KM.1/2008, terhitung mulai 20 Juni 2008. Menurut Kepala Biro Humas Depkeu Samsuar Said, pembekuan atas izin usaha KAP Tahrir, merupakan tindak lanjut setelah izin AP Tahrir Hidayat dibekukan oleh Menkeu. KAP Tahrir dibekukan selama 24 bulan. Sedangkan
3 AP Dody Hapsoro, dikenakan sanksi pembekuan selama enam bulan. Pembekuan ini karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT. Pupuk Sriwidjaya (Persero) dan anak perusahaan tahun buku 2005. "Selama masa pembekuan izin, KAP Drs Tahrir Hidayat dan AP Drs Dody Hapsoro, dilarang memberikan jasa akuntan publik, meliputi jasa atestasi yang termasuk audit umum atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, serta jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP", papar Samsuar dalam keterangan tertulisnya. Keduanya juga dilarang memberikan jasa audit lainnya serta jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi AP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.sementara, Menkeu mewajibkan KAP Drs Tahrir Hidayat untuk memelihara Laporan Auditor Independen, atas kerja pemeriksaan dan dokumen lainnya. AP Dody Hapsoro juga dilarang menjadi pemimpin dim atau pemimpin rekan dan atau pemimpin cabang KAP, serta wajib mengikuti Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL). Apabila dalam jangka waktu paling lama enam bulan sejak berakhirnya masa pembekuan izin tidak melakukan pengajuan kembali permohonan persetujuan untuk memberikan jasa, AP dan KAP maka izin tidak melakukan pengajuan kembali permohonan persetujuan untuk memberikan jasa, sanksi dikenakan pencabutan izin. Kasus diatas mencerminkan bahwa para auditor
4 tidak profesional dalam melaksanakan tugasnya sehingga dengan mudahnya melakukan perilaku disfungsional audit, bahkan Dewan Standar Profesi Akuntan Publik ( SPAP tahun 2011 ) menyatakan bahwa. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunannya audit wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun sebab sebagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit. Perilaku disfungsional yang dimaksud di sini adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang auditor dalam bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas audit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi ini menyebabkan auditor pada tahun berikutnya melakukan perilaku disfungsional audit karena desakan anggaran waktu yang ditetapkan dalam program audit tidak realistis. Untuk mendapatkan kualitas hasil audit yang baik agar seorang auditor tidak melakukan tindakan penyimpangan diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kepemimpinan autentik. Kepemimpinan autentik menurut (Walumba et.al, 2008) adalah merupakan pola perilaku pimpinan yang mengacu pada kapasitas psikologis yang positif dan iklim etika yang positif untuk mendorong kesadaran diri perspektif moral yang diinternalisasi, pengolahan informasi seimbang, dan
5 transparansi relasional bagian dari pemimpin dalam bekerja dan pengikut sebagai pendorong dalam pengembangan diri. Kepemimpinan Autentik memiliki empat komponen yaitu: Pemahaman Diri (Self Awareness), merujuk kepada pemikiran pribadi tentang pemimpin. Perspektif Moral yang digunakan (Ethical/Moral Conduct), merujuk pada proses pengaturan diri dimana individu menggunakan standar dan nilai moral internal mereka. Pengolahan yang Seimbang (Balance Processing), merujuk pada perilaku yang mengatur diri.transparansi hubungan (Transparency), merujuk pada sikap terbuka dan jujur dalam menampilkan diri sendiri kepada orang lain. Dimana kepemimpinan autentik sangat berperan penting untuk meningkatkan suatu kualitas audit untuk meminimalisir terjadinya suatu penyimpangan auditor. Karena ketika seorang pemimpin auditor memiliki sikap pemahaman diri yang baik dimana seorang pemimpin mengetahui apa kelebihan serta kelemahan yang dia miliki untuk dapat mereka implementasikan didalam suatu organisasi dengan cara yang tepat maka kecenderungan melakukan perilaku disfungsional audit akan semakin rendah begitupun sebaliknya. Pemimpin yang memiliki perspektif moral yang positif dengan menggunakan standar nilai moral yang berlaku pada KAP untuk memandu pola perilaku yang ada pada organisasinya, maka seorang auditor cenderung tidak akan melakukan praktik perilaku disfungsional audit yang akan mempengaruhi kualitas dari auditnya. Pemimpin dengan pengolahan yang seimbang untuk lebih objektif memahami pedapat orang lain yang dijadikan landasan dalam sebuah
6 pengambilan keputusan untuk organisasinya maka kesempatan untuk melakukan disfungsional audit akan semakin rendah atau bahkan tidak ada sama sekali dan ini akan sangat berpengaruh baik bagi pelaporan audit. Pemimpin yang bertransparansi akan menjalankan semua tugasnya dengan kejujuran tanpa adanya manipulasi dengan begitu kecenderungan perilaku disfungsional audit akan semakin rendah. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ketika transparasi ini tidak diimplementasikan kedalam suatu kegiatan KAP maka tindakan penyimpangan akan semakin meningkat untuk dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa seorang auditor dengan kepemimpinan autentik yang tinggi tidak akan mudah melakukan disfungsional audit dibandingkan dengan kepemimpinan autentik yang rendah, karena hal tersebut akan mengurangi kualitas audit itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kelley dan Margheim (1990) menemukan auditor junior cenderung menghindari perilaku audit disfungsional ketika auditor senior memberikan uraian tugas yang rinci dan terstruktur. Pierce dan Sweeney (2004) justru menemukan hasil penelitian yang berlawanan, mereka mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku audit disfungsional. Tekanan anggaran waktu yang diteliti oleh Malone dan robert (1996) membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu tidak signifikan dengan perilaku audit disfungsional sedangkan pada penelitian serupa yang dilakukan oleh Otley dan Pierce (1996) justru menemukan hasil yang berbeda bahwa tekanan anggaran waktu berhubungan linier dengan perilaku audit disfungsional.
7 Bahwa suatu penyimpangan dapat terjadi tergantung dari perilaku pemimpinnya. Penelitian ini menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku audit disfungsional yang dapat menurunkan kualitas audit. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu literatur dalam perilaku audit disfungsional sehingga dapat dilakukan pendeteksian dan pencegahan dini terhadap aktifitas penurunan kualitas audit yang dicerminkan melalui aktifitas perilaku audit disfungsional. Melihat beberapa kasus yang terjadi selama ini baik sebelum atau sesudah munculnya kasus tersebut di atas berdampak kepada timbulnya krisis kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik. Akuntan publik banyak mendapat sorotan dari masyarakat yang menganggap para akuntan telah bersekongkol melakukan tindak manipulasi informasi untuk kepentingan sekelompok masyarakat, dengan mengorbankan kepentingan masyarakat banyak. Informasi keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen merupakan tanggung jawab pihak manajemen sepenuhnya. Oleh karena itu diperlukan jasa professional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Jasa profesi inilah yang dilakukan oleh auditor independent, disinilah letak peran penting profesi akuntan publik, profesi ini hadir untuk memberikan penilaian atas keandalan (reliability) informasi akuntansi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan.
8 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah waktu dan tempat penelitinya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kegiatan disfungsional audit dilihat dari pemahaman diri, perspektif moral, pengolahan seimbang dan transparasi hubungan dengan objek penelitian yang ada pada KAP. Peneliti memilih KAP Jakarta Barat untuk penelitiannya karena ingin membandingkan KAP yang ada pada wilayah tersebut. Selain itu untuk melihat perkembangan yang ada pada KAP dalam kepeduliannya terhadap tindakan disfungsional audit yang dimana tindakan tersebut dapat merugikan bagi pihak auditor itu sendiri maupun kliennya. Oleh karena itu peneliti mengambil judul Analisis Pengaruh Kepemimpinan Autentik Terhadap Perilaku Disfungsional Audit. B. Rumusan Masalah Untuk menemukan jawaban yang tepat atas suatu masalah-masalah yang diteliti harus dirumuskan dengan cepat. Perumusan masalah adalah pernyataan dari pernyataan yang jelas, tepat dan ringkas atau persoalan yang diinvestigasi untuk menemukan jawaban, atau solusi (Sekaran, 2006). Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian terdahulu, dimana penelitian ini bermaksud menguji pengaruh Kepemimpinan Autentik Terhadap Disfungsional Audit. Masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
9 1. Apakah pemahaman diri berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit? 2. Apakah perspektif moral berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit? 3. Apakah pengolahan seimbang berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit? 4. Apakah transparasi hubungan berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah,maka secara rinci tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis: 1) Pengaruh pemahaman diri kepemimipinan autentik berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. 2) Pengaruh perspektif moral kepemimipinan autentik berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. 3) Pengaruh pengolahan seimbang kepemimipinan autentik berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. 4) Pengaruh transparasi hubungan kepemimipinan autentik berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit.
10 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat membersihkan kegunaan bagi semua kalangan sebagai berikut: 1) Bagi Praktisi Untuk meningkatkan kesadaran oleh badan-badan professional dinegara berkembang khususnya di Indonesia tentang isu penurunan kualitas audit dan perilaku disfungsional audit. Selain itu, membantu mengaudit perusahaan-perusahaan di negara berkembang untuk lebih memahami bahaya dari dampak perilaku mereka dan untuk mengidentifikasi kemungkinan cara yang lebih baik mengelola masalah perilaku disfungsional audit. 2) Bagi Akademisi Memberikan kontribusi untuk literatur audit dan literatur perilaku sehubungan dengan aspek organisasi. Berdasarkan dengan studi yang ada tentang perilaku penurunan kualitas audit, penelitian ini mengembangkan studi sebelumnya dengan memeriksa faktor-faktor khusus yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan dengan perilaku disfungsional audit.
11 3) Bagi peneliti Memberikan solusi dalam pemecahan suatu masalah empiris yang didukung dengan teori yang mendukung sehingga dapat memberikan pola pikir yang terstruktur dalam memecahkan suatu permasalahan.