BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wakaf sangat dianjurkan dalam agama Islam, dimana kita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pentingnya persoalan itu bagi kehidupan manusia. Cita-cita di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 41 TAHUN 2004 TERHADAP PENERAPAN WAKAF BERJANGKA DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara manusia dengan Allah (h}abl min Alla>h) dan hubungan. ketentuan yang terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 112 :

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

BAB III PRAKTIK WAKAF BERJANGKA DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG WARU SIDOARJO

Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat. dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1966 di sebuah desa yang kecil, yang tepatnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wakaf merupakan perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

BAB I. 1. Untuk Mengetahaui Wakaf Produktif Melalui Akad Ijarah Di Masjid Al-Mukhlis Dinoyo Malang. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B.

TATA CARA DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masjid Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun masjid Nabawi

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf menurut bahasa arab berarti al-habsu ( ) dan berarti mewakafkan harta karena Allah SWT 1. Sedangkan,

ANALISIS PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NO 1 TAHUN 2009 TERHADAP IMPLEMENTASI SETORAN WAKAF YANG DI BANK SYARIAH MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

PENDAHULUAN. Belakangan ini di Indonesia muncul berita yang mengejutkan berbagai

BAB IV ANALISIS TERHADAP WAKAF BERJANGKA WAKTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. 100 bank syariah terbesar di dunia mencapai 27 persen per tahun. yang hanya mencapai 19 persen per tahun.

BAB I WAKAF HAK CIPTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima iyah (ibadah sosial). kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridho-nya.

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. dana. Hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah milik Allah. Kepemilikan dalam ajaran Islam disebut juga

BAB III METODE PENELITIAN. sangat penting dalam suatu penelitian, berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI TANAH WAKAF MUSHALLA AKIBAT LUAPAN LUMPUR LAPINDO

Oleh Mulya E. Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pendapat Imam Al-Sarkhasi (mazhab Hanafiyyah) tentang Istibdal harta

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya, namun harta yang diperoleh itu juga mempunyai fungsi sosial 1. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus:

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara memisahkan sebagian harta milik dan melembagakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. zakat sama dengan perintah sholat. Namun dalam kenyataannya rukun

PRAKTEK PERWAKAFAN UANG DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH (Studi Kasus di KJKS BMT AL-FATTAH Pati)

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa,

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN PEMANFAATAN HARTA WAKAF (Studi Kasus di Masjid Al-Ihsan Desa Ruwit Kecamatan Wedung Kabupaten Demak)

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukarmenukar. demikianlah hubungan kehidupan manusia menjadi teratur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara besar dengan mayoritas penduduknya beragama

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. manusia disebut sebagai makhluk sosial. Islam mengajarkan kita untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 215 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa wakaf

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dalam surat al-maidah ayat 2, sebagai berikut: saling tolong menolong dalam hal kebaikan sejalan dengan kenyataan itu

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan sebuah aspek yang sangat penting, dimana. keberadaannya digunakan untuk mengatur segala urusan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidak mampuan. sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian empiris atau penelitian lapangan (field

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TUGAS NADIR LANGGAR WAKAF AL QADIR DESA JEMUR NGAWINAN KECAMATAN WONOCOLO SURABAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KABUPATEN SIDOARJO. menganalisis ragam pandangan tokoh agama kecamatan Taman tentang. benda wakaf yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EFEK MULTIPLIER WAKAF UANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Firdaus, Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2007), h.43

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

MANAJEMEN WAKAF DI KOTA MALANG PASCA PENETAPAN BADAN WAKAF INDONESIA KOTA MALANG. Abdur Rozzaq ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007) h. 8

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

2 UUPA harus memberikan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan negara serta memenuhi keperluannya m

BAB I PENDAHULUAN. para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat hablum minallah wa

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan wakaf sangat dianjurkan dalam agama Islam, dimana kita disuruh untuk menyisihkan sebagian dari harta yang kita miliki untuk dibelanjakan di jalan Allah. Para ahli dan para ulama memiliki perbedaan dalam memaknai kata wakaf. Secara garis besar, makna wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah (tidak dilarang oleh syara ) serta dimaksudkan untuk mendapatkan keridlaan Allah SWT. Hal tersebut dikarenakan manfaat wakaf yang begitu besar. Wakaf tidak hanya bermanfaat bagi orang yang melakukannya (mendapatkan pahala dari Allah SWT), tetapi juga bagi orang lain. Dengan berwakaf, seseorang bisa berbagi rezeki yang didapatnya dengan orang lain. Selain itu dengan berwakaf, kita juga bisa meringankan beban orang lain, selain itu masih banyak lagi manfaat yang lain dari berwakaf. 1 Kata wakaf jamaknya: Awqa>f (wakaf) dapat di artikan sebagai sesuatu yang substansinya di pertahankan, sementara hasil/manfaatnya digunakan sesuai dengan keinginan dariwa>qif (orang yang yang berwakaf), 1 M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai, (Pancoran Jakarta Selatan: Mitra Abadi Press, 2001), 12. 1

2 dengan demikan, wakaf berarti proses legal oleh seorang yang melakukan amal nyata yang besar. 2 Wa>qaf atau wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam. Oleh karena itu, tempat parkir disebut mauqif (tempat berhenti) karena disitulah berhentinya kendaraan, demikian juga padang Ara>fah disebut juga mauqif dimana para jamaah berdiam untuk wukuf. Secara tekhnis syariah, wakaf sering kali diartikan sebagai aset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat dimana substansi atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum. Secara administratif wakaf dikelola oleh nadz{ir yang merupakan pengemban amanah wa>qif (yang memberi wakaf). 3 Sedangkan definisi Wakaf menurut Jumhur. Mereka itu adalah dua sahabat (Abu Hanifah) yang pendapat mereka ini, menjadi dasar fatwa bagi golongan Hanafiyah-, Syafi iyah dan Hanabilah: mereka bahwa Wakaf adalah menahan suatu benda yang mungkin diambil manfaatnya (hasilnya) sedang bendanya tidak terganggu. Dengan wakaf itu hak penggunaan oleh si wa>kif (yang memberi wakaf) dan orang lain menjadi terputus. Hasil benda tersebut digunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Atas dasar itu, benda tersebut lepas dari pemilikan si wa>kif (yang memberi wakaf) dan menjadi hal Allah SWT. Kewenangan wa>kif 2 Ibid., 9-10. 3 Achmad Djunaidi, Menuju Era Wakaf Produktif, (Pancoran Jakarta Selatan: Mitra Abadi Press, 2006), iii.

3 (yang memberi wakaf) atas harta itu hilang, bahkan ia wajib menyedekahkannya sesuai dengan tujuan wakaf. 4 Kondisi masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih dalam keterpurukan ekonomi yang cukup memprihatinkan, baik dibidang pendidikan, kesehatan, teknologi maupun bidang sosial lainnya. Terlebih lagi, apabila memperhatikan tentang cakupan harta benda wakaf itu sendiri, dimana bukan hanya merupakan harta benda tetap semata melainkan juga dapat berupa harta bergerak, sebagaimana hal ini juga telah ditentukan dalam KHI pada Pasal 215 ayat (4) kemudian dipertegas dalam UU Nomor 41/2004 Pasal 16 ayat (1). Dimana pelakasaan wakaf selamanya hanya terwujud pada harta benda wakaf yang memang secara fisik bersifat abadi, dan itu hanya terdapat pada harta yang berupa tanah, atau secara hukum bersifat abadi karena ketentuan hukum yang telah ditetapkan bersama seperti; saham pada suatu perusahaan, atau bangunan yang telah ditentukan tingkat kekekalannya dan telah disyaratkan perbaikan dan pembaharuan apabila rusak. 5 Bertolak pada uraian di atas, maka ketentuan wakaf temporer pada Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 41/2004, dapat diartikan bukan lagi merupakan suatu ketentuan yang berotoritas (berkadar) dan (ketentuan yang tidak mengikat), melainkan telah berotoritas qat{ i (ketentuan yang mengikat). Dikatakan demikian, karena ketentuan tersebut merupakan keputusan pemerintah yang berlegitimasi dan berkekuatan hukum kuat. Ketentuan 4 Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (darul ulum press : menara kudus, 1994). 23 5 Muzhir Qahaf, al-waqf al-islamii, Terj. Muhyiddin Mas Rida, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Khalifah, 2004), 98.

4 tersebut telah memiliki asas legalitas, yang memilki sifat: mengatur, mengikat dan digunakan serta dipertahankan masyarakat. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali-Imron ayat 92 yang berbunyi : Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. 6 Terlepas dari uraian diatas, pada dasarnya substansi yang terkandung dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 41/2004 adalah nilai manfaat dari harta benda wakaf. Sebagaimana ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 41/2004 menyatakan, bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wa>kif (orang yang berwakaf) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. 7 Praktik wakaf pada zaman dahulu identik dengan fisik bangunan atau sebidang tanah, dan umumnya diberikan oleh seseorang yang memiliki kelebihan harta. Seiring dengan perkembangan zaman dan fiqih kontemporer, munculah fatwa ulama tentang bolehnya wakaf dalam bentuk uang tunai. Dengan adanya fatwa ini, praktik wakaf tidak lagi menjadi dominasi orang 6 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 90. 7 Hadi Setya Tunggal, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, (Jakarta: Harvarindo, 2005), 2.

5 kaya saja, namun semua orang muslim yang ingin ikut berkontribusi dalam wakaf dapat melakukannya dalam bentuk uang tunai atau yang setara dengan itu, dan tidak harus dalam bentuk aset tetap yang bernilai besar. 8 Di Indonesia, Gerakan Nasional Wakaf Uang yang diadakan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada 8 Januari 2010 lalu. Legalitas mengenai wakaf sendiri baru ada sejak 2004, yaitu dengan dikeluarkannya UU Nomor 41 tahun 2004. Kemudian, dibentuklah Badan Wakaf Indonesia melalui UU tersebut dan menyusul dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006. Untuk mengoptimalkan mobilisasi wakaf uang dari masyarakat, pemerintah Indonesia melalui BWI menggandeng perbankan syariah sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) berdasarkan ketentuan yang ada dalam UU wakaf 2004. 9 Bank syariah dalam hal ini memang secara langsung tidak mengelola wakaf, tapi ia bermitra dengan naz{ir (penerima wakaf) (BWI) dalam pengelolaan aset wakaf uang. Salah satu caranya yaitu dengan menginvestasikan wakaf uang tersebut dalam produk-produk perbankan syariah. Bank Syariah Bukopin (BSB) kembali memperkenalkan layanan terbarunya yakni produk wakaf uang. Bekerja sama dengan Badan Wakaf 8 Syamsun Nahar, Wakaf Uang Lebih Mudah di Bank Syariah, file:///c:/users/pm11/downloads/wakaf-uang-lebih-mudah-di-bank-syariah.htm, diakses pada 09 April 2014. 9 Ibid.

6 Indonesia (BWI), layanan tersebut memungkinkan nasabah Bank Syariah Bukopin mewakafkan dananya yang lebih. 10 Pada dasarnya, wakaf uang yang diberikan lewat Bank Syariah terbagi menjadi dua macam, yaitu wakaf abadi dan wakaf berjangka. Wakaf abadi yaitu harta berupa uang tunai yang diwakafkan untuk dimanfaatkan selamanya. Wakaf berjangka ialah harta benda yang diwakafkan berupa uang tunai untuk dimanfaatkan dengan jangka waktu minimal lima tahun. Wa>qif (orang yang berwakaf) akan memperoleh Sertifikat Wakaf Uang jika berwakaf mulai Rp 1 juta. Pihak Bank Syariah, dalam hal ini hanya berfungsi sebagai penerima wakaf uang. Dengan kata lain, pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh naz{ir (penerima wakaf), yaitu pihak yang menerima harta benda wakaf dari wa>qif (orang yang berwakaf) untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. BWI-lah yang berfungsi sebagai naz{ir (penerima wakaf). 11 Dana yang diwakafkan, sedikitpun tidak akan berkurang jumlahnya. Justru sebaliknya, dana itu akan berkembang melalui investasi yang dijamin aman dengan pengelolaan secara amanah, profesional, dan transparan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya wakaf uang ini. Wakaf uang yang dimobilisasi melalui Bank syariah nantinya dapat dikelola untuk kemaslahatan umat, seperti untuk program pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan bentuk-bentuk kemaslahatan sosial lainnya. Hadirnya Bank Syariah sebagai LKS-PWU tentunya akan memberikan 10 Ibid. 11 Ibid.

7 kemudahan bagi pewakaf dalam menyalurkan dana wakafnya, guna mendorong pengembangan wakaf uang di Indonesia. 12 Dari uraian diatas, menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih lanjut tentang Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang No 41 Tahun 2004 Terhadap Penerapan Wakaf Berjangka Di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo. Ketetapan ini menimbulkan banyak perbedaan dikalangan para ulama serta para tokoh-tokoh Islam di Indonesia pada khususnya. Dan beberapa hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk mengkaji dan menganalisis terhadap penerapan wakaf berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Dari permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis hanya mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Latar belakang terjadinya system penerapan wakaf berjangka 2. Praktik penerapan wakaf berjangka 3. Undang-Undang No 41 Tahun 2004 terhadap penerapan wakaf berjangka 4. Analisis Hukum Islam tentang penerapan wakaf berjangka Dari identifikasi masalah tersebut, dapat penulis ambil batasan atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini supaya terfokus dan terarah. Pembahasan skripsi ini dibatasi pada persoalan: 12 Ibid.

8 1. Praktik penerapan wakaf berjangka 2. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No 41 Tahun 2004 Terhadap Penerapan Wakaf Berjangka C. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan di kaji adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana praktik wakaf berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo? 2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No 41 Tahun 2004 Terhadap Penerapan Wakaf Berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo? D. Kajian Pustaka Penelitian masalah wakaf berjangka waktu secara khusus jarang sekali ditemukan baik dalam buku maupun dalam karya-karya ilmiah, karena pada umumnya pembahasan masalah wakaf berjangka waktu digabungkan dengan pembahasan masalah wakaf itu sendiri. Dalam buku Islam wakaf berjangka secara eksplisit tidak diatur dalam bab tersendiri dalam hukum perwakafan secara umum. Sejauh penelusuran yang penulis lakukan, penelitian masalah wakaf berjangka waktu telah di lakukan oleh beberapa peneliti yang nantinya akan

9 membantu penulis dalam penyelesaian penelitian. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mochammad Taufik Hidayat (2008) menyusun skripsi dengan bahasan yang berjudul. Relevansi Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Tahun 2004 dengan pendapat imam Malik tentang wakaf berjangka waktu akan tetapi meski terkait penelitian diatas hanya terbatas mendiskripsikan ketentuan wakaf berjangka menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 dan menurut pendapat Imam Malik tentang wakaf berjangka waktu, kemudian mengkomprasikan kedua pandangan tersebut yang hasilnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Taufik Hidayat (2008), lebih menekankan pada aspek hubungan atau keterkaitan dari ketetapan pasal 1 ayat (1) Undang- Undang RI No. 41Tahun 2004 dengan pendapat imam Malik tentang wakaf berjangka waktu. Yakni persamaan dari segi tujuan wakaf yang keduanya sama-sama ditujukan untuk kepentingan umum atau ibadah dijalan Allah. sedangkan perbedaannya terletak pada jangka waktu. 13 2. Adapun dalam penelitian yang dilakukan Nur Fitriani (C0.4302003 tahun 2007) yaitu Fatwa MUI Tentang Wakaf Uang (wakaf tunai) Dalam Perspektif Imam Syafii Dan Relevansinya Dengan Perekonomian di 13 Mochamd Taufik Hidayat, Relevansi Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Tahun 2004 dengan Pendapat Imam Malik Tentang Wakaf Berjangka waktu (skripsi--, IAIN, Sunan Ampel, Surabaya, 2008), 8.

10 Indonesia yang hasilnya lebih menekankan pada suatu masalah yaitu fatwa MUI tentang wakaf uang terhadap perekonomian di Indonesia. 14 3. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Tri Sugianto (Co.1.3.93.089 tahun 2000) yaitu Konsep Perwakafan Syafiiyah Dalam Kompilasi Hukum Islam yang hasilnya lebih menekankan pada eksistensi sistem perwakafan madzhab Syafii yang diakumulasikan dalam Kompilasi Hukum Islam. 15 4. Nuzulul Ihsan (C01 303006 tahun 2009) yaitu Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perubahan Pelaksanaan Ikrar Wakaf Uang Yang Diperuntukkan Pelebaran Masjid Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Yang hasilnya lebih menekankan pada perubahan pelaksanaan ikrar wakaf uang yang diperuntukkan pelebaran masjid menurut Undang- Undang No. 41 Tahun 2004. 16 Sedangkan dalam penelitian ini, penulis tidak bermaksud mengulangi permasalahan di atas tetapi lebih fokus kepada Tinjauan Hukum Islam dan Udang-Undang No. 41 Tahun 2004 Terhadap Penerapan Wakaf Berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo. 14 Nur fitriati, Fatwa MUI Tentang Wakaf Uang (wakaf tunai) dalam Perspektif Imam Syafii dan Relevansinya dengan Perekonomian di Indonesia (skripsi-- IAIN sunan ampel, surabaya, 2007), 7. 15 Tri sugianto, Konsepsi Perwakafan Syafiiyah dalam Kompilasi Hukum Islam, (Skripsi-- IAIN, Sunan Ampel Surabaya, 2000), 3. 16 Nuzulul ihsan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perubahan Pelaksanaan Ikrar Wakaf Uang yang di Peruntukkan Pelebaran Masjid Menurut Undang-Undang nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, ( Skripsi--IAIN, Sunan Ampel, Surabaya, 2009), 12.

11 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam studi ini adalah : 1. Memahami praktik wakaf berjangka di Bank Syriah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo. 2. Menganalisa penerapan praktik wakaf berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo menurut Hukum Islam dan UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. F. Kegunaan Hasil Penelitian Adapun kegunaan dari penulisan skripsi ini diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai berikut : 1. Aspek teoritis: adalah sebagai sumbangsih untuk mengembangkan pengetahuan terhadap perkembangan khasanah hukum Islam khususnya dalam bidang hukum perwakafan di Indonsia. Disamping itu, dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengkaji, mengevaluasi, dan menganalisis kembali Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. 2. Aspek praktis: dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengelola wakaf yakni para wa>kif (orang yang memberi wakaf), naz{ir (penerima wakaf), serta pemerintah terutama dalam hal yang berkaitan dengan masalah wakaf berjangka.

12 G. Defisi Operasional Penelitian ini berjudul Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Terhadap Wakaf Berjangka Di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo. Untuk memudahkan dalam pembahasan, maka dibawah ini akan dijelaskan istilah pokok yang menjadi pokok bahasan yang terdapat dalam judul penelitian ini. Hukum Islam: ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT atau sabda Nabi yang berupa aturan dan larangan bagi umat muslim serta mengenai pekerjaan orang mukallaf baik perkataan maupun perbuatan dan tindakan lain yang berkenaan dengan masalah muamalah. Dalam hal ini hukum Islam yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan wakaf. Wakaf berjangka: adalah harta benda yang diwakafkan berupa uang tunai untuk dimanfaatkan dengan jangka waktu minimal lima tahun. 17 H. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yakni penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya terhadap penerapan wakaf berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo. Selajutnya untuk dapat memberikan deskripsi yang baik. Dibutuhkan serangkaian langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut terdiri atas : 17 Dian Indriana, Wawancara, Sidoarjo, 22 April 2014

13 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Bank Syariah Bukopi Cabang Waru Sidoarjo 2. Data yang dikumpulkan Data yang diperlukan dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah yakni data tentang Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf serta penerapan wakaf berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo yang meliputi: 1. Praktik penerapan 2. Data tentang wakaf menurut Hukum Islam dan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 3. Sumber data Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini agar mendapat data yang konkrit serta ada kaitannya dengan masalah diatas meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber data primer 1. Imam Mustain (SDM), Dian Indriana (Marketting), Fitri (CS) 2. Nasabah yang berwakaf berjangka b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber pelengkap yang penulis ambil untuk mendukung data primer berupa dokumen, buku, artikel, dan karya ilmiah yang membahas tentang wakaf.

14 4. Teknik pengumpulan data Untuk mendapatkan data-data yang akurat dalam penelitian, maka dalam hal ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Yang dimaksud dengan observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban terhadap fenomena-fenomena yang ada. 18 Teknik ini digunakan untuk mengetahui dan memahami secara langsung praktik penerapan wakaf berjangka b. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan atau responden. 19 c. Tela ah dokumen Tela ah dokumen adalah salah satu cara penggalian data melalui berkas yang ada untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan deskripsi wakaf berjangka di Bank Syariah Bukopin 5. Teknik analisa data Setelah mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, maka langkah yang ditempuh selanjutnya adalah menganalisa 18 Suprayogo Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, 167. 19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, 145.

15 yang telah diperoleh. Apabila teknik analisa data yang digunakan adalah: a. Deskriptif Analisis Deskriptif yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 20 Teknik ini digunakan untuk menggambarkan atau menguraikan praktik penerapan wakaf berjangka. b. Deduktif Deduktif adalah pola pikir yang berpijak pada teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan, kemudian dikemukakan berdasarkan fakta-akta tentang penerapan wakag berjangka di Bank Syariah Bukopin Cabang Wari Sidoarjo. 21 Ketentuan-ketentuan tersebut digunakan untuk menganalisis apakah ada kesesuaian atau benar tidaknya mengenai praktik penerapan wakaf berjangka. 6. Teknik Pengelolahan Data Setelah seluruh data dikumpulkan perlu adanya pengelolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 20 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor, Ghalia Indoneia, 2005), 63. 21 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta, Gajah Mada university, 1975), 16.

16 a. Editing Yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang meliputi kesesuaian dan keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan. 22 Teknik ini digunakan penulis untuk memeriksa kelengkapan datadata yang sudah penulis dapatkan, dan akan digunakan sebagai sumber-sumber studi dokumentasi. b. Organizing Yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah, serta mengelompokan data yang diperoleh. 23 Dengan teknik ini diharapkan penulis memperoleh gambaran tentang penerapan wakaf berjangka Di Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo c. Analyzing Yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumbersumber penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya, sehingga diperoleh kesimpulan. 24 22 Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (jakarta: Bumi Aksara, 1997), 153. 23 Ibid., 154 24 Ibid,. 194

17 I. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada skripsi ini, penulis akan mencoba menguraikan isi uraian pembahasannya. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan pembahasan sebagai berikut : Bab kesatu, adalah uraian pendahuluan yang berfungsi sebagai pengantar dalam memahami pembahasan bab berikutnya. Pada bab ini terdiri dari sub bab meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua, wakaf dalam hukum Islam dan hukum positif, memuat teori-teori tentang perwakafan dalam hukum Islam yang meliputi pengertian wakaf, sejarah wakaf, dasar hukum wakaf, syarat dan rukun wakaf dan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Bab ketiga, merupakan hasil penelitian lapangan praktik wakaf berjangka di Bank Syariah bukopin cabang waru Sidoarjo yang terbagi dalam tiga sub bab yang meliputi: penjelasan sekilas tentang profile Bank Bukopin Cabang Waru Sidoarjo, dipaparkan tentang praktik penerapan wakaf berjangka. di paparkan dasar hukum wakaf yang diterapkan oleh Bank Syariah Bukopin Cabang Waru Sidoarjo. Bab keempat, memaparkan analisa data yang ada pada bab ketiga sub bab keempat. Pada bab ini terbagi dua sub bab Pertama analisa hukum Islam

18 terhadap praktik penerapan wakaf berjangka di Bank Syariah Bukopin. Kedua tentang analisa Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian secara keseluruhan dan berdasarkan hasil penelitian, penulis menyampaikan saran yang dirasa perlu.