BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan sifatnya teori dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Disonansi Kognitif Pada dasarnya manusia bersifat konsisten dan akan cenderung

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dalam bentuk variabel-variabel yang diteliti di bawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor hars memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB II LANDASAN TEORI. variabel dependen dan variabel independennya. Dalam penelitian ini landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nantinya akan dijadikan dasar pertimbangan dan dasar pembuatan simpulan audit

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Teori Disonansi Kognitif Pada dasarnya manusia bersifat konsisten dan akan cenderung mengambil sikap-sikap yang tidak bertentangan satu sama lain, serta menghindari melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan sikapnya. Namun demikian, dalam kenyataannya manusia seringkali terpaksa harus melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya (Noviyanti, 2008). Festinger menyatakan hipotesis dasar dari teori disonansi kognitif yaitu bahwa adanya disonansi akan menimbulkan ketidaknyamanan psikologis, hal ini akan memotivasi seseorang untuk mengurangi disonansi tersebut dan mencapai konsonansi (Agung, 2007). Arti disonansi adalah adanya suatu inkonsistensi dan perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur (Sabrina dan Januarti, 2012). Disonansi terjadi apabila terdapat hubungan yang bertolak belakang akibat penyangkalan dari satu elemen kognitif terhadap elemen lain, antara elemenelemen kognitif dalam diri inidividu. Disonansi kognitif mengacu pada inkonsistensi dari dua atau lebih sikap-sikap individu, atau inkonsistensi antara perilaku dan sikap. Dalam teori ini, unsur kognitif adalah setiap pengetahuan, opini, atau apa saja yang dipercayai orang mengenai lingkungan, diri sendiri atau perilakunya (Sabrina dan Januarti, 2012). 9

10 Menurut Noviyanti (2008), teori ini mampu membantu untuk memprediksi kecenderungan individu dalam merubah sikap dan perilaku dalam rangka untuk mengurangi disonansi yang terjadi. Teori disonansi kognitif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh interaksi antara Skeptisme profesional auditor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Persyaratan profesional auditor memiliki sikap Skeptisme profesional, sehingga dapat mengumpulkan bukti audit yang memadai dan tidak dengan mudah menerima penjelasan dari klien sebagai dasar untuk memberi opini audit yang tepat dalam laporan keuangan (Sabrina dan Januarti, 2012). 2.1.2. Theory of Planned Behavior (TPB) Menurut Ajzen, (1991) Theory Planned of Behavior ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya akan berperilaku pantas (behave in a sensible manner). Tujuan dan manfaat dari teori ini adalah untuk meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasi perilaku, baik kemauan individu itu sendiri maupun bukan kemauan dari individu tersebut (Sabrina dan Januarti, 2012). Pada dasarnya teori ini merupakan fungsi dari tiga dasar determinan. Pertama, terkait dengan sikap dasar seseorang (person in nature) disebut dengan attitude toward the behavior (sikap seorang terhadap perilaku). Contohnya adalah sikap seorang terhadap intuisi, terhadap orang lain, atau terhadap suatu objek. Dalam hal ini, sikap auditor terhadap lingkungan dimana ia bekerja (kantor),

11 terhadap atasannya atau terhadap penjelasan dari kliennya, dan tentunya terhadap pemberian opininya atas laporan keuangan (Sabrina dan Januarti, 2012). Fungsi dasar determinan yang kedua menggambarkan pengaruh sosial (sosial influence) yang disebut norma subjektif (subjective norm). Persepsi seseorang terhadap perilaku yang bersifat normatif (sesuai dengan norma yang dapat diterima orang lain) akan membentuk suatu norma subyektif dalam diri seseorang. Ketiga yang berkaitan dengan isu kontrol (issues of control) yang disebut dengan perceived behavioral control (persepsi mengenai kontrol perilaku). Faktor ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu dan persepsi seseorang mengenai seberapa sulit untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Achmat, dalam Sabrina dan Januarti, 2012). 2.1.3. Definisi dan Konsep Auditing 2.1.3.1. Pengertian Auditing Terdapat beberapa pengertian auditing yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi, antara lain: Menurut Whittington, O. Ray, & Kurt Panny (2012:4): Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit lain, auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode yang diaudit.

12 Menurut Agoes (2012:4): Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Sedangkan menurut Arens, Mark dan Elder (2014:1): Suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian hubungan antara informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari beberapa definisi di atas, auditing merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan oleh pihak yang independen yang bertujuan menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif dan terukur serta menyampaikan hasilhasilnya kepada para stakeholders yang berupa pernyataan atau opini atas laporan keuangan. 2.1.3.2. Standar Audit Standar auditing adalah panduan umum bagi para auditor guna memenuhi tanggung jawab profesinya dalam melakukan audit atas laporan keuangan. Standar auditing terdiri didalamnya pertimbangan atas kualitas profesional seperti kompetensi, independensi, persyaratan pelaporan dan bukti audit. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia SA seksi 150.01 dalam SPAP (2011) standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut.

13 Perbedaan antara standar auditing dengan prosedur auditing, tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia SA seksi 150.02 dalam SPAP (2011) yaitu sebagai berikut: 1. Standar Umum a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor; b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor; c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya; b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan; c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

14 3. Standar Pelaporan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya; c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor; d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. 2.1.4. Kompetensi Standar umum pertama SA seksi 210.01 dalam SPAP (2011) menyatakan: Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar umum ketiga SA seksi 230.01 dalam SPAP (2011) menyatakan: Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.

15 Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER 1274/K/JF/2010 Tentang Pendidikan, Pelatihan, dan Sertifikasi Auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah diatur dalam Pasal 3 dan 4, yaitu: Pasal 3 a. Diklat auditor bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian/keterampilan, dan sikap profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika agar dapat melaksanakan tugas-tugas pengawasan secara profesional, efisien dan efektif serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. Sertifikasi auditor bertujuan untuk menentukan kelayakan dalam memenuhi syarat kompetensi. Pasal 4 a. Sasaran diklat auditor adalah terwujudnya Auditor yang: 1. Memiliki pengetahuan, keahlian/keterampilan dan sikap profesional sesuai dengan Standar Kompetensi Auditor; 2. Mampu mengimplementasikan pengetahuan, keahlian/keterampilan, dan sikap profesional yang dimiliki dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan secara efisien dan efektif; dan 3. Mampu memelihara dan mengembangkan pengetahuan, keahlian/ keterampilan dan sikap profesional secara berkelanjutan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pengawasan.

16 b. Sasaran sertifikasi auditor adalah terwujudnya pegawai yang mempunyai sertifikat auditor yang dapat melaksanakan tugas-tugas pengawasan intern pemerintah. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, maupun simposium (Suraida, 2005). 2.1.5. Independensi Standar Auditing SA seksi 220.01 dalam SPAP (2011) menyatakan: Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen yang artinya tidak mudah dipengaruhi saat melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang auditor miliki, saat ia kehilangan sikap tidak memihak, justru akan sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Menurut Mulyadi (2010), independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain atau jujur dalam

17 mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif, tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapat. Independensi menurut Arens et al. (2014) mendefinisikan independensi dalam pengauditan sebagai pengguna cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dapat pelaporan hasil temuan audit. Selain itu, mengategorikan independensi kedalam dua aspek, yaitu: independensi dalam kenyataan (independence in fact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Independensi dalam kenyataan ada apabila akuntan publik berhasil mempertahankan sikap yang tidak bias selama audit, sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil persepsi pihak lain terhadap independensi akuntan publik. Independensi pada dasarnya merupakan state of mind atau sesuatu yang dirasakan oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung. Sehubungan dengan hal tersebut, Independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, yakni Independensi praktisi dan Independensi profesi. Secara lengkap hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut Kode Etik dan Standar Audit, Pusdiklatwas BPKP (2008): a. Independensi Praktisi Independensi yang faktual atau nyata yang diperoleh atau dipertahankan oleh auditor dalam seluruh rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga tahap pelaporan. Independensi dalam fakta ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya

18 dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang harus diciptakan oleh auditor. b. Independensi Profesi Independensi yang ditinjau menurut citra (image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang bertugas. Independensi menurut tinjauan ini sering pula dinamakan Independensi dalam penampilan (independence in appearance). Independensi menurut tinjauan ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang auditor adalah independen, maka segala hal yang dilakukan serta pendapatnya tidak akan mendapat penghargaan dari publik atau pemakainya. 2.1.6. Skeptisme Profesional Auditor Standar umum ketiga SA seksi 230.06 dalam SPAP (2011) menyatakan skeptisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilain bukti audit secara objektif. Shaub dan Lawrence, (1996) dalam Sabrina dan Januarti, (2012) mengartikan Skeptisme profesional auditor sebagai berikut professional scepticism is a choice to fulfill the professional auditor s duty to prevent or reduce or harmful consequences of another person s behavior....

19 Kee dan Knox s, (1970) dalam Sabrina dan Januarti, (2012), dalam model Professional Scepticism Auditor menyatakan bahwa Skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor: a. Faktor-faktor kecondongan etika Sesuai dengan Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik IAPI yang mencakup aspek kepercayaan, kecermatan, kejujuran, dan keandalan menjadi bukti bahwa Skeptisme profesional sebagai auditor sangatlah penting untuk memenuhi prinsip-prinsip (1) Tanggung jawab profesional, (2) Kepentingan publik, (3) Integritas, (4) objektifitas, (5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional, (6) Kerahasiaan, (7) Perilaku profesional, (8) Standar teknis. Sebagai seorang auditor, tuntutan kepercayaan masyarakat atas mutu audit yang diberikan sangat tinggi, oleh karena itu etika merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh auditor dalam melakukan tugasnya sebagai pemberi opini atas laporan keuangan. Etika yang tinggi akan tercermin pada sikap, tindakan dan perilaku oleh auditor itu sendiri. Auditor dengan etika yang baik dalam memperoleh informasi mengenai laporan keuangan klien pasti sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Pengembangan kesadaran etis atau moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan Louwers, (2005), termasuk melatih sikap Skeptisme profesional auditor.

20 b. Faktor-faktor situasi Faktor-faktor situasi berpengaruh secara positif terhadap Skeptisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi (irregularities situation) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap Skeptisme profesionalnya. Situasi audit yang dihadapi auditor bisa bermacam macam. Menurut Arens et al. (2014) situasi seperti kesulitan untuk berkomunikasi antara auditor lama dengan auditor baru terkait informasi mengenai suatu perusahaan sebagai auditee akan mempengaruhi Skeptisme profesionalnya dalam memberikan opini audit. c. Pengalaman Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt (1988) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugasnya. Auditor dengan jam terbang lebih banyak pasti sudah lebih berpengalaman bila dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman. Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Seseorang yang lebih pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal

21 yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa Jeffrey (1996). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, Suraida (2005) serta Gusti dan Ali (2008) menghubungkan antara keahlian audit dengan Skeptisme profesional auditor maka dalam penelitian ini keahlian audit juga akan dijadikan sebagai salah satu variabel independen yang berhubungan dengan Skeptisme profesional auditor. Keahlian audit adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain (Sabrina dan Januarti, 2012). 2.1.7. Kualitas Audit De Angelo mendefinisikan Kualitas Audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (Kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada Independensi auditor (Kusharyanti, 2003). Institut Akuntan Publik Indonesia (2011) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas audit adalah: 1. Meningkatkan pendidikan profesionalnya, 2. Mempertahankan Independensi dalam sikap mental,

22 3. Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran 4. profesionalnya dengan cermat dan seksama, 5. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, 6. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik, 7. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten, 8. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau 9. sesuai dengan hasil temuan. 2.1.8. Pemberian Opini Auditor Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian lapoaran keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Institut Akuntan Publik Indonesia (2011) menyatakan bahwa: Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor bersangkutan. Menurut Mulyadi (2010), terdapat 5 (lima) opini / pendapat yang mungkin diberikan oleh akuntan publik atas laporan keuangan yang diauditnya yaitu sebagai berikut:

23 a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerimaan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor. Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna: 1. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran 2. Lengkap informasinya b. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language) Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan dari hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku. c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinien) Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini : 1. Lingkup audit dibatasi oleh klien

24 2. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor. 3. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 4. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. d. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion) Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. e. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no

25 opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah : 1. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. 2. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. 2.1.9. Penelitian Terdahulu Hasil review atas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Kompetensi, Independensi, Skeptisme Profesional Auditor terhadap Kualitas Audit serta Ketepatan Pemberian Opini Auditor memberikan masukan pada penelitian ini untuk mengkaji lebih mendalam, menelaah dan menguji kembali secara empiris terhadap hasil penelitian terdahulu. Hasil dari penelitian terdahulu dirangkum ke dalam Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Yulius Jogi Christiawan (2002) Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Kompetensi dan independensi Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Hasil penelitian tentang kompetensi menunjukkan bahwa profesi akuntansi mulai tidak menarik dan tergeser oleh profesi yang lain. Hasil penelitian tentang independensi menunjukkan bahwa dalam mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya.

26 No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 2. Sekar Mayangsari (2003) 3. Ida Suraida (2005) 4. Nizarul Alim, et. al. (2007) 5. Gusti dan Ali (2008) 6. Sukriah, et. al. (2009) Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasi Eksperimen. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko Audit, terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Keahlian audit, independensi, dan opini audit. Etika, kompetensi, pengalaman, resiko, skeptisme professional dan ketepatan pemberian opini. Kompetensi, independensi, kualitas audit, dan etika auditor. Skeptisme profesional auditor, situasi audit, etika, pengalaman, keahlian audit, dan ketepatan pemberian opini auditor. Pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi, dan kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara simultan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi, independensi, dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa antara skeptisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik terdapat hubungan yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan untuk indepedensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

27 No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 7. Singgih dan Bawono (2010) 8. Yuskar dan Devisia (2011) 9. Sabrina K. dan Indira Juniarti (2012) Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP Big Four di Indonesia) Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya Organisasi, dan Etos Kerja terhadap Kinerja Auditor Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisme Profesional Auditor (Studi Kasus Pada KAP Big Four di Jakarta) Independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas dan kualitas audit. Independensi, komitmen organisasi, pemahaman good governance, integritas, budaya organisasi, etos kerja, dan kinerja auditor. Pengalaman, keahlian, situasi audit, etika, gender, ketepatan pemberian opini auditor dan skeptisme profesional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, pengalaman, due professional dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan secara simultan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, integritas auditor dan budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, sedangkan faktor lainnya seperti pemahaman pemerintahan yang baik dan etika kerja tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini membuktikan situasi audit berpengaruh positif dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui Skeptisme profesional auditor. Sedangkan faktor lainnya pengalaman, keahlian, situasi dan etika tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini. Faktor pengalaman, etika, keahlian, gender tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini melalui Skeptisme sebagai variabel intervening. 2.2. RERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan rerangka pemikiran teoritis model penelitian pada Gambar 2.2 berikut ini:

28 Gambar 2.1 Rerangka Penelitian Kompetensi H 1 H 2 Kualitas Audit H 4 Independensi H 3 H 7 Skeptisme Profesional Auditor H 5 H 6 Ketepatan Pemberian Opini Auditor 2.3. HIPOTESIS Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, teori-teori yang mendukung, dan hasil penelitian terdahulu, maka dirumuskannya suatu hipotesis. Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2010:135), sedangkan Sugiyono (2014, 2014:63) menambahkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Variabel penelitian didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

29 Oleh karena itu, keterangan hubungan antar variabel dalam penelitian ini, dinyatakan sebagai berikut: 1. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit Penelitian yang Choo dan Trotman (dalam Harhinto, 2004) mengenai hubungan antara struktur pengetahuan dengan keputusan yang dibuat oleh auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, dimana auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan butir-butir yang tidak umum (atypical) dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman. Akan tetapi, auditor berpengalaman dengan auditor yang kurang berpengalaman memiliki kesamaan dalam menemukan butir-butir yang umum (typical). Dengan kata lain, auditor yang berpengalaman cenderung untuk menggunakan informasi yang sifatnya atypical dibandingkan informasi yang typical. Selain itu, untuk kasus-kasus yang biasa, tidak ada perbedaan penggunaan informasi untuk auditor yang berpengalaman dan kurang berpengalaman. Ashton, (dalam Mayangsari, 2003) meneliti auditor dari berbagai tingkat jenjang dari partner sampai staf dengan melakukan dua pengujian. Pengujian pertama dilakukan dengan membandingkan antara pengetahuan auditor mengenai frekuensi dampak kesalahan dalam laporan keuangan (error effect) pada lima industri dengan frekuensi archival. Pengujian kedua dilakukan dengan membandingkan pengetahuan auditor mengenai sebab (error cause) dan akibat kesalahan pada industri manufactur dengan frekuensi archival sebab kesalahan dan akibat kesalahan pada laporan keuangan.

30 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan auditor mengenai error effect pada berbagai tingkatan pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh lama pengalaman atau pengalaman mengaudit pada industri tertentu atau jumlah klien yang sudah mereka audit. Selain itu, pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama mengenai sebab dan akibat, menunjukkan perbedaan yang besar. Singkatnya, auditor yang mempunyai tingkatan pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan yang sama dimiliki pula. Jadi, ukuran kompetensi didasarkan atas pengalaman dan pertimbanganpertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki unsur lain di samping pengalaman, seperti halnya pengetahuan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 1 = Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit. 2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Pentingnya aspek independensi bagi berlangsungnya profesi auditor dan banyaknya keraguan masyarakat akan independensi auditor, telah mendorong banyak pakar akuntansi dan pengauditan untuk melakukan penelitian mengenai independensi auditor. Menurut Ariesanti (2001) pentingnya independensi lebih mendorong banyak dilakukan penelitian tentang independensi diantaranya Harhinto (2004), Meutia (2004). Penelitian Shockley (1981) memberikan bukti empiris tambahan mengenai masalah independensi akuntan publik (Maria, 2003). Secara khusus, penelitian ini ingin meneliti dampak variabel-variabel tertentu terhadap independensi akuntan publik, melalui 4 (empat) variabel, yaitu: (1)

31 persaingan antara Kantor Akuntan Publik (kompetisi), (2) jasa konsultasi manajemen, (3) besarnya ukuran (size) Kantor Akuntan Publik, dan (4) lamanya akuntan publik mengaudit klien tertentu. Selain itu, Tsui dan Gui, (dalam Harhinto, 2004) melakukan penelitian tentang perilaku auditor pada situasi konflik audit. Penelitian ini mempelajari karakteristik auditor yang berhubungan dengan kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan dari manajemen pada situasi konflik. Auditor yang dijadikan responden adalah auditor yang telah melakukan audit minimal selama empat tahun. 62 orang auditor dari kantor akuntan Big-6 dan dari non kantor akuntan Big-6 di Hongkong telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan didukungnya hipotesis penelitian yaitu penalaran etika memoderasi hubungan antara locus of control dengan kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan dari menajemen pada situasi klien dan auditor. Meutia (2004) juga meneliti mengenai masalah independensi akuntan publik yang meneliti pengaruh independensi auditor pada hubungannya antara kualitas audit dan manajemen laba. Dua ukuran independensi auditor yang digunakan adalah non-audit service dan audit tenure (berpengaruh dalam hubungan antarkualitas audit dan manajemen laba yang diukur dengan absolute discretionary accrual. Analisis korelasi digunakan untuk menentukan hubungan antara kualitas audit dan absolute discretionary accrual. Keberadaan non-audit service meningkatkan nilai absolute discretionary accrual. Sementara itu, audit tenure yang lama menurunkan nilai absolute discretionary accrual.

32 Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali hipotesis berikut ini: H 2 = Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit. 3. Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor terhadap Kualitas Audit Skeptisme profesional diperlukan seorang auditor untuk mengevaluasi kemungkinan kecurangan material (Gusti dan Ali, 2008). Di dalam menjalankan tugasnya, auditor profesional harus mencegah dan mengurangi konsekuensi bahaya dan perilaku orang lain SPAP (2011). Pengalaman di bidang auditing diperlukan kemampuan seorang untuk melakukan supervisi dan review terhadap hasil pekerjaan dari asisten junior yang baru memasuki karir auditing sebagai sarana untuk mencapai derajat keahlian dalam pelaksanaan auditing. Hasil penelitian Gusti dan Ali (2008) menunjukkan adanya hubungan antara sikap skeptisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Di samping itu, hasil penelitian Noviyanti (2008) juga membuktikan bahwa auditor yang diberi penaksiran resiko kecurangan yang tinggi lebih skeptis dibandingkan auditor yang tidak diberi penaksiran resiko kecurangan dan auidtor yang diberi penaksiran resiko kecurangan yang rendah. Sedangkan auditor dengan tingkat kepercayaan berbasis kalkulus (calculus based trust) meskipun diberi penaksiran resiko kecurangan rendah akan menunjukkan skeptisme profesional yang tidak berbeda dengan auditor yang tidak diberi penaksiran resiko kecurangan dan dengan auditor yang diberi penaksiran resiko kecurangan yang tinggi, kedua tipe kepribadian mempengaruhi skeptisme profesional auditor.

33 Adanya penelitian tentang sikap skeptisme menunjukkan pentingnya aspek tersebut bagi auditor. Alasan yang mendasari adalah karena sikap skeptisme seorang auditor dapat mempengaruhi kualitas auditi yang dihasilkan. Dengan adanya sikap skeptisme auditor maka auditor dapat lebih baik mengevaluasi bukti audit sehingga mampu menemukan pelanggaran-pelanggran yang ada pada laporan keuangan klien. Dengan mengevaluasi bukti audit secara terus menurus maka akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali hipotesis berikut ini: H 3 = Skeptisme profesional auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit. 4. Pengaruh Kompetensi terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter tersebut atau tidak sama sekali memiliki kedua karakter tersebut (Mayangsari, 2003). Jenis informasi yang digunakan oleh seorang ahli akan berbeda dengan jenis informasi yang digunakan oleh orang yang tidak ahli. Seorang yang ahli dalam bidangnya dan terlatih independen, maka akan mendapatkan temuan audit dengan baik. Suraida (2005) mengungkapkan bahwa kompetensi atau keahlian profesional berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Mardisar dan Sari (2007) menyatakan bahwa perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan

34 yang dimilikinya. Di samping itu, besarnya usaha yang dicurahkan seseorang untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan berbeda beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki dan juga menemukan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat meningkatkan kualitas hasil kerja. Auditor yang memiki tingkat pengetahuan yang tinggi akan berperilaku pantas sesuai dengan persepsi serta ekspektasi orang lain dan lingkungan tempat auditor bekerja Sabrina dan Januarti (2012). Kualitas hasil kerja auditor yang baik akan menghasilkan pemberian opini yang tepat pula. Berdasarkan penelitianpenelitian tersebut, maka keterkaitan antara pengetahuan akuntansi dan auditing dengan ketepatan pemberian opini auditor dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut: H 4 = Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor. 5. Pengaruh Independensi terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Independensi adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor. Antle (1984) mendefinisikan independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip profesionalnya (Mayangsari, 2003). Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum Christiawan (2002). Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Lebih lanjut, auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik

35 perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002). Hasil penelitian Mayangsari (2003) menunjukan bahwa auditor yang independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen. Auditor yang ahli dan non-ahli memang mempunyai perbedaan dalam memberikan suatu pendapat jika mereka tidak mendapatkan tekanan social maupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat. Trianingsih (2007) membuktikan bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Independensi merupakan aspek penting bagi profesionalisme akuntan khususnya dalam membentuk integritas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pelayanan jasa akuntan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan klien maupun publik secara luas dengan berbagai kepentingan yang berbeda. Seorang auditor yang memiliki independensi yang tinggi maka kinerjanya akan lebih baik dan dapat menghasilkan ketepatan pemberian opini yang lebih baik pula. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H 5 = Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor. 6. Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Skeptisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara skeptis terhadap bukti audit (Gusti dan Ali, 2008). Menurut Sabrina dan Januarti (2012), Skeptisme profesional auditor adalah sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam

36 melaksanakan tugasnya sebgai akuntan publik yang dipercaya oleh publik dengan selalu mempertanyakan dan tidak mudah percaya atas bukti-bukti audit agar pemberian opini auditor tepat. Kemahiran profesional auditor akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor, sehingga secara tidak langsung skeptisme professional auditor ini akan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut: H 6 = Skeptisme Profesional Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor. 7. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003), Suraida (2005), Alim, et. al. (2007), Mardisar dan Sari (2007), Gusti dan Ali (2008), Yuskar dan Devisia (2011), serta Sabrina dan Januarti, (2012), maka diduga bahwa kompetensi, independensi, serta skeptisme profesional auditor secara simultan sebagai unsur dari ukuran kualitas berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 7 = Kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor.