86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran terkait dengan hal yang sudah disebutkan. 4.1. Kesimpulan 4.1.1. Pendidikan pranikah perlu dipahami sebagai sebuah usaha edukasi yang sistematis dan berkesinambungan untuk mentransmisi dan mentransformasi nilai serta pemahaman tentang esensi pernikahan Kristen dalam perkembangan dunia yang semakin berkembang. 4.1.2. Tujuan pelaksanaan pendidikan pranikah juga seharusnya dilihat dalam kerangkanya sebagai bagian pendidikan orang dewasa yang bersumber dari pendidikan agama Kristen sehingga mampu menciptakan Kerajaan Allah, membangun spiritualitas serta membebaskan kehidupan pasangan suamiisteri dan anak-anak mereka. 4.1.3. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka bagian-bagian penting yang perlu diperhatikan dalam pendidikan pranikah adalah materi-materi yang
87 berkualitas dan relevan dengan tantangan kehidupan keluarga yang kekinian untuk menjawab kebutuhan keluarga muda serta dilengkapi pengajar yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing. 4.1.4. Gereja Protestan Maluku (GPM) sejak tahun 2012 telah memiliki modul yang mengatur tentang hal pranikah yang dibuat oleh Lembaga Pembinaan Jemaat Sinode GPM. Namun demikian, kelemahan modul ini ialah belum dijadikan dalam surat keputusan yang resmi. Hal ini mengakibatkan belum meratanya pemberlakuan modul ini di tingkat jemaat. 4.1.5. Pendistribusian dan sosialisasi modul tersebut telah dilakukan sampai pada tingkat klasis, termasuk klasis kota Ambon. Namun demikian, berdasarkan data penelitian hanya satu dari tiga sampel jemaat yang telah mengembangkan dan memberlakukan pendidikan pranikah sesuai ketentuan dan petunjuk dari Sinode GPM. 4.1.6. Pada tingkat jemaat klasis kota Ambon, dua dari tiga sampel data menunjukan belum atau tidak ada tindak lanjut yang signifikan untuk mengubah pola pendidikan pranikah yang lama menjadi lebih maksimal sesuai modul dari Sinode. 4.1.7. Beberapa faktor yang menghambat dan mempengaruhi keterlambatan respon tersebut adalah: pertama, kurangnya pemahaman pendeta maupun anggota jemaat tentang pentingnya pendidikan pranikah; kedua, faktor
88 tersebut disebabkan oleh dominasi pemahaman tentang pendidikan pranikah yang dilaksanakan dengan jangka waktu yang lama dinilai tidak terlalu bermanfaat, sedangkan keuntungan dari proses yang lama dengan materi-materi yang berkualitas dan relevan terhadap kebutuhan zaman tidak tersosialisasi dengan baik kepada jemaat; ketiga, Adapun jemaat yang ingin merealisasikan modul tersebut namun terhambat oleh kurangnya tenaga pengajar yang kompeten di setiap jemaat. 4.2. Saran 4.2.1. Kepada Jemaat a) Kehidupan rumah tangga merupakan sebuah realitas baru yang harus dipahami dan dipersiapkan dengan baik. Menjalani realitas ini, diperlukan kesadaran yang utuh antara peran, fungsi dan tujuan dari sebuah pernikahan dan keluarga Kristen. Oleh sebab itu, kesadarankesadaran itu hanya bisa didapatkan dari proses edukasi yang tersistematis, terus menurus dan utuh. Proses itu sendiri dimulai dari anak-anak, remaja dan dewasa hingga akhirnya kita memutuskan untuk menikah. Dalam rangka edukasi itulah, maka pendidikan pranikah berperan sangat penting untuk mentransmisi dan mentransformasi nilai-nilai spiritual, sosial dan aspek kehidupan lainnya sebagai bekal bagi masa depan keluarga.
89 b) Menjalani pendidikan pranikah dengan materi-materi yang berkualitas, relevan dan kekinian dalam jangka waktu yang panjang serta didampingi oleh para ahli yang kompeten di bidangnya merupakan wujud spiritualitas dari kehidupan anda menuju masa depan pernikahan dan keluarga yang membebaskan. Kesediaan kita untuk mengikuti proses pendidikan pranikah dengan sungguh-sungguh dapat memberikan pijakan yang pasti bagi masa depan anda melakoni peranperan yang baru sebagai pasangan suami isteri maupun sebagai orang tua dengan lebih maksimal. 4.2.2. Kepada Gereja a) Hal mendesak yang gereja harus lakukan saat ini adalah dengan melakukan perkunjungan maupun sosialisasi mimbar kepada jemaat tentang tantangan kehidupan keluarga yang semakin luas dalam dimensi sosial saat ini. Oleh sebab itu, pendidikan pranikah menjadi salah satu media, untuk menjembatani isu-isu tersebut dan memberi solusi bagi calon pasutri menghadapi realitas kehidupan pernikahan dan keluarga dimasa depan. b) Penting bagi gereja untuk mengakomodir perbedaan-perbedaan sumber daya manusia yang tidak merata di setiap jemaat. Gereja perlu proaktif memberikan pelayanan terbaik bagi jemaatnya sendiri. Oleh sebab itu,
90 gereja perlu melakukan pemberdayaan sumberdaya manusia yang berada di lingkungan jemaat maupun dari luar untuk mengatasi kesenjangan tenaga pendidik pendidikan pranikah. 4.2.3. Kepada Fakultas Teologi Kebutuhan gereja dan masyarakat tentang pendidikan agama Kristen (PAK) maupun pembinaan warga gereja (PWG) semakin tinggi. Guna menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagai bagian dari Magister Sosiologi Agama, diharapkan konsentrasi PAK/PWG terus memperbarui dan memperlengkapi diri demi menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas, kreatif dan memiliki daya juang yang tinggi untuk mentransmisi dan mentransformasi nilai-nilai Kristen melalui pendidikan kepada gereja dan masyarakat. Berkaitan dengan penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai manajemen gereja yang aktual untuk mengatasi masalah tenaga-tenaga pengajar pendidikan pranikah yang tidak merata di Klasis Kota Ambon GPM.