BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ancaman dalam usaha budidaya ikan air tawar (Zonneveld, et al

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

I. PENDAHULUAN. Salah satu ikan air tawar yang terus dikembangkan di Indonesia yaitu ikan mas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

BAB I PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan jenis ikan air tawar yang banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha

I. PENDAHULUAN. patin merupakan salah satu jenis ikan penghuni sungai-sungai besar. Jenis ikan

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bidang perikanan memegang peranan penting dalam penyediaan protein

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

PAKAN SEBAGAI IMUNOSTIMULAN UNTUK MENINGKATKAN RESPONS IMUN NON SPESIFIK IKAN LELE DUMBO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. (Purwaningsih dan Taukhid,

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. tidak saja dapat tumbuh baik di air tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ikan air tawar merupakan komoditas perikanan yang saat ini banyak

PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENGHAMBATAN MIKROBA PERUSAK PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53,

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. dan ekonomis. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo (C. gariepinus). Ikan ini memiliki pertumbuhan yang cepat,

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pembudidayaan ikan saat ini merupakan kegiatan yang marak dilakukan, baik

I. PENDAHULUAN. disebut dengan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Ikan ini memiliki potensi

-2- yang optimal dengan tetap menjamin kelestarian Sumber Daya Ikan dan lingkungannya. Adapun pokok materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerint

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) diacu oleh Rukmini (2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

DAFTAR PUSTAKA. Afrianto, E. & Liviawaty Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.Yogyakarta: Kaninus.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

EFEKTIVITAS CAMPURAN MENIRAN

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: MUFARIKHATUL HIDAYAH

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional pada tahun 2009 mencapai 29,08 kg per kapita per tahun, di tahun 2010 meningkat menjadi 30,47 kg per kapita per tahun, lalu pada tahun 2011 meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012). Tingkat konsumsi ikan berdampak pada meningkatnya permintaan pasar terhadap ikan yang turut mempengaruhi berkembangnya budidaya ikan, terutama ikan air tawar. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini disenangi karena rasa dagingnya yang khas, laju pertumbuhan dan perkembangbiakkannya yang cepat. Oleh karena itu, di kalangan peternak ikan, ikan nila dijadikan unggulan (Khairuman dan Amri, 2008). Ikan nila (O. niloticus) memiliki kandungan gizi yang tinggi. Setiap 100 g ikan nila mengandung kadar air 77,8 %, kadar abu 1,2 %, kadar protein 18,8%, dan kadar lemak 2,8% (BBP4B-KP, 2010). Ikan nila (O. niloticus) yang dibudidayakan masyarakat di beberapa daerah sering mengalami kematian yang cukup tinggi akibat hama penyakit. Penyebab kematian tersebut antara lain adanya serangan penyakit bakteri yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila atau biasa dikenal penyakit bercak merah Motil Aeromonas Septicemia (MAS). Bakteri tersebut bersifat patogen oportunistik, yaitu dapat menyebabkan penyakit bila kondisi ikan melemah atau 1

2 stres (Ciprino et al., 2001; Mulia, 2012). Penyebaran MAS sangat luas dan cepat sejalan dengan meluasnya usaha budidaya dan pembenihan ikan, baik ikan konsumsi maupun ikan hias (Afrianto & Liviawaty, 2009). Berbagai penelitian pencegahan dan pengobatan telah banyak dilakukan di antaranya yaitu untuk pencegahan dengan pemberian vaksin berupa polivalen (Mulia, 2012), dan untuk pengobatan dengan pemberian antibiotik berupa chloramphenicol, kanamycin, terramycine, dan erythromycin (Kamiso et al., 1996). Penanggulangan penyakit MAS sampai saat ini masih banyak yang menggunakan antibiotik, baik dengan cara disuntikkan atau dicampurkan dalam pakan. Penggunaan antibiotik secara terus-menerus dapat mengakibatkan dampak yang negatif, antara lain menjadi resisten terhadap antibiotik, dan musnahnya bakteri menguntungkan yang sensitif (Maryono & Sundana, 2002). Selain itu, antibiotik dapat menimbulkan residu pada ikan dan akan membahayakan kesehatan konsumen apabila dikonsumsi. Oleh karena itu, perlu dicari bahan alami dari tumbuhan sebagai alternatif lain yang dinilai aman, mudah terurai, dan tidak mencemari lingkungan. Bahan alami dari tumbuhan yang sudah dimanfaatkan sebagai pengobatan penyakit A. hydrophila antara lain ekstrak bawang putih (Allium sativum) dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya). Adanya kandungan minyak atsiri pada bawang putih mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila dengan konsentrasi hambat minimum 20 g/l (Sholikhah, 2009), sedangkan pada daun pepaya terdapat senyawa flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

3 A. hydrophila pada konsentrasi hambat minimum sebesar 20 mg/ml (Setiaji, 2010). Salah satu tanaman yang juga memiliki potensi untuk pengobatan adalah tanaman meniran (Phyllanthus niruri). Hampir semua bagian dari tanaman meniran berkhasiat obat. Hasil penelitian Mela (2007) menyebutkan bahwa meniran memiliki aktivitas imunomodulator yang berperan membuat sistem imun lebih aktif dalam menjalankan fungsinya, menguatkan sistem imun tubuh (imunostimulator) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan (imunosupresan). Dengan demikian, kekebalan atau daya tahan tubuh selalu optimal sehingga tetap sehat ketika diserang virus, bakteri, dan mikroba lainnya. Kandungan kimia yang bermanfaat dari meniran adalah flavonoid. Pada tanaman lainnya kandungan flavonoid sebenarnya juga ada, bedanya pada meniran aktivitas peningkatan sistem imunnya ternyata lebih baik. Jika aktivitas sistem imun berkurang, maka kandungan flavonoid dalam meniran akan mengirimkan sinyal intraseluler pada reseptor sel untuk meningkatkan aktivitasnya. Sebaliknya, jika sistem imun kerjanya berlebihan, maka meniran berkhasiat dalam mengurangi kerja sistem imun tersebut. Penelitian tentang meniran sebagai antimikroba telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian Mauliana et al., (2006) menunjukkan bahwa pemberian meniran dalam pakan ikan berpengaruh nyata terhadap pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila dan dapat meningkatkan pertumbuhan serta kelangsungan hidup benih ikan mas. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BBAT (Balai Budidaya Air Tawar) Sukabumi, dengan pemberian

4 ekstrak meniran 10 g/kg pakan terhadap ikan mas yang diinfeksi virus KHV dapat meningkatkan kelangsungan hidup. Hal ini disebabkan adanya peningkatan daya tahan tubuh ikan mas yang ditandai meningkatnya jumlah leukosit yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik (Ciptoroso et al., 2006). Penelitian Ayuningtyas (2009) juga diketahui bahwa pemberian ekstrak meniran 5 mg mampu mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila dan 10 mg ekstrak meniran mampu mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila pada ikan lele dengan metode penyuntikan. Selain itu, hasil penelitian Yuliawati (2009) menunjukkan bahwa (1) ekstrak meniran dapat menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila pada konsentrasi 8 mg/ml secara in vitro, (2) ekstrak meniran diindikasikan memiliki dua fungsi yaitu sebagai antibakteri dan menstimulir jumlah total leukosit dalam darah, (3) neutrofil lebih sensitif merespon keberadaan bakteri A. hydrophila dalam darah. Berdasarkan uraian latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna menguji efektivitas ekstrak daun meniran (P. niruri) secara suntikan untuk mencegah infeksi bakteri (A. hydrophila) pada ikan nila (O. niloticus). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana efektivitas ekstrak daun meniran (P. niruri) secara suntikan untuk mencegah infeksi bakteri (A. hydrophila) pada ikan nila (O. niloticus)?

5 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas ekstrak daun meniran (P. niruri) secara suntikan untuk mencegah infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan nila (O. niloticus). 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat khususnya para pembudidaya ikan bahwa untuk pengendalian ikan yang terinfeksi bakteri A. hydrophila dapat digunakan beberapa bahan yang murah, mudah didapatkan, serta aman bagi lingkungan lain dan untuk dikonsumsi. Salah satunya adalah dengan menggunakan daun Meniran (P. niruri).