BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk mengoperasikan BPJS Kesehatan atas perintah UU BPJS. Undang-undang BPJS adalah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. ialah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

Marita Ahdiyana, M. Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

ANALISIS BPJS KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. publik. Pelayanan publik ini salah satunya meliputi kesehatan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB V VISUALISASI KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jaminan Kesehatan 3.2 Prinsip Prinsip Jaminan Kesehatan

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. 1.1 Pengertian Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan

LAPORAN GELADI BPJS KESEHATAN CABANG BALIKPAPAN. Disusun oleh: Yehezkiel Dwisandi Sabana ( ) SI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

SOSIALISASI PERPRES NO 19 & 28 TAHUN 2016

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permintaan (Demand) Asuransi Kesehatan. Menurut Feldstein (2005), permintaaan (demand) adalah keinginan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG

IMPLEMENTASI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RSUD I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia

BAB I PENDAHULUAN. daya yang mendukung untuk kualitas hidup masyarakatnya. Dalam meningkatkan

Upah Minimum atau Iuran PBI

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak

ASURANSI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 04/01/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

JURNAL KEBIDANAN Vol 3, No 2, April 2017 :94-98

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat diperhatikan bagi tiap-tiap stake holder di berbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem jaminan kesehatan di Indonesia mulai berlaku dan dikenal dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun 2004. Program-program SJSN bertujuan memberikan perlindungan dasar bagi seluruh masyarakat Indonesia dan/atau untuk memenuhi semua kebutuhan dari setiap individu. Salah satu program utama dari SJSN yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). (1) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi penduduk Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Program jaminan sosial ini menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran atau iurannya di bayari oleh pemerintah. (2) Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang ditetapkan dalam UU nomor 24 tahun 2011 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. (3) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BPJS dibentuk berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat. Dimana seluruh rakyat Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional. Sesuai dengan Visi BPJS Kesehatan untuk tahun 2019 direncanakan untuk seluruh 1

2 penduduk Indonesia telah memiliki jaminan kesehatan untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar (4, 5) kesehatannya yang disebut Cakupan Semesta. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 12 Tahun 2013 menyatakan bahwa kepesertaan JKN terdiri dari peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI). Peserta PBI meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sedangkan Peserta Non PBI terdiri dari pekerja penerima upah (PNS, Anggota Polri dan TNI, Pejabat Negara, Pegawai Swasta), Pekerja bukan penerima upah (Pekerja Mandiri), dan bukan pekerja (investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan). (5) Peserta Non PBI yang tergolong Peserta Bukan Penerima Upah (Peserta Mandiri) mendapatkan pengahasilan dari usaha sendiri sehingga ketika menjadi peserta JKN mereka harus membayarkan iuran setiap bulannya. Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan. (5) Biaya kesehatan yang semakin tinggi dan risiko sakit yang dimiliki oleh setiap orang menjadi dasar bagi seseorang untuk menjadi peserta JKN, dengan membayarkan iuran setiap bulannya yang disesuaikan dengan kemampuan setiap orang. Besaran iuran yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Presiden sebesar Rp. 25.500,- (Dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III; Rp. 51.000,- (Lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II; Rp.80.000,- (Delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I. Hasil dari pengelolaan dana jaminan sosial

3 dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta. (5) Data BPJS Kesehatan Pusat menunjukkan bahwa hingga tanggal 1 April 2017 67,93% (175. 739. 499 jiwa) penduduk Indonesia telah menjadi peserta jaminan kesehatan nasional. (6) Kepemilikan jaminan kesehatan penduduk menurut provinsi tahun 2016 sangat bervariasi. Provinsi DKI Jakarta adalah provinsi dengan cakupan kepemilikan jaminan kesehatan tertinggi diantara provinsi lain yang ada di Indonesia, yaitu sekitar 129,46% penduduk. Sedangkan cakupan kepemilikan jaminan kesehatan Provinsi Sumatera Barat adalah sekitar 68,88% atau dengan kata lain 31,12% penduduk Sumatera Barat tidak memiliki jaminan kesehatan. Kepemilikan jaminan kesehatan menurut status pekerjaan menunjukkan kelompok tertinggi yang tidak memiliki jaminan kesehatan adalah kelompok wiraswasta, yaitu sekitar 60,1%, sedangkan yang terendah adalah pegawai dengan angka 36%. (7) Cakupan kepesertaan jaminan kesehatan di Kota Padang pada Bulan April 2017 sebesar 77,01%, (694.956 jiwa) dari jumlah penduduk sebanyak 902.400 jiwa dan merupakan jumlah penduduk terbanyak di wilayah Sumatera Barat. (8) Upaya pemerintah dalam menjamin pelayanan kesehatan agar semua penduduk mendapatkan pelayanan kesehatan menghadapi berbagai kendala dan tantangan. Salah satu permasalahannya adalah karakteristik masyarakat Indonesia yang cenderung mengambil risiko untuk kondisi kesehatannya. Kenyataannya, masyarakat atau peserta JKN-KIS Mandiri dengan kondisi pre-existing (telah menderita penyakit) lebih tertarik mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan untuk memperoleh manfaat pelayanan kesehatan, lalu setelah sembuh tidak sedikit yang berhenti membayar. Sebaliknya sebagian dari masyarakat yang cukup sehat merasa tidak terdesak untuk segera mendaftar. Diungkapkan bahwa

4 kebanyakan dari peserta JKN-KIS Mandiri menderita penyakit katastropik (penyakit berat berbiaya tinggi). (9) Menurut teori perilaku konsumen oleh Schiffman dan Kanuk, faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan menjadi peserta asuransi yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor individu, dan faktor psikologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penghasilan berpengaruh signifikan terhadap masyarakat dalam memilih asuransi kesehatan. (10) (Santerre dan Neun) dalam Lisda Yanti mengemukakan lima faktor individu yang berhubungan dengan jumlah permintaan terhadap asuransi kesehatan yaitu: a. harga asuransi, secara spesifik apabila harga asuransi kesehatan menurun, pemanfaatan relatif meningkat dan jumlah permintaan terhadap asuransi kesehatan meningkat apabila yang lain tidak berubah (ceteris paribus); b. peluang kejadian sakit secara subjektif, merupakan satu alasan mengapa banyak orang mengambil pelayanan pilihan dibandingkan rutin; c. besarnya kehilangan relatif dari pendapatan akibat pengeluaran waktu sakit; d. kemauan untuk membeli asuransi kesehatan meningkat seiring besarnya kemungkinan kehilangan relatif dari pendapatan; e. derajat keengganan menerima risiko (penghindaran risiko), dalam hal ini seseorang dalam keadaan gambling dengan kemungkinan kehilangan kekayaan karena pengeluaran waktu ia sakit dengan keuntungan tidak kehilangan kekayaan adalah 50:50. Hasil tersebut berdasarkan penilaian sendiri yang biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status kesehatan, umur dan cara hidup. (11) Hal ini dibuktikan oleh Dria Fahrunnisa Lubis bahwa harga asuransi dan penghindaran risiko berhubungan dengan permintaan masyarakat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan PBPU. (12)

5 Penelitian yang dilakukan oleh Syukri, Fanar menyebutkan bahwa responden sangat terbantu dengan adanya BPJS Kesehatan, hanya saja masih kurangnya informasi dan sosialisasi sehingga mereka masih merasa kesulitan dalam mengurus dan menggunakan kartu BPJS Kesehatan. (13) Puskesmas Anak Air merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kecamatan Koto Tangah dengan jumlah penduduk 33.144 jiwa atau 10.272 KK. (14) Cakupan kepesertaan JKN di wilayah kerja Puskesmas Anak Air pada Bulan April 2017 yaitu sebesar 36,73 % dari jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Anak Air. Puskesmas Anak Air memiliki cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri terendah dari 22 Puskesmas yang ada di Kota Padang. Jumlah peserta JKN-KIS Mandiri yang terdaftar di Puskesmas Anak Air pada Bulan April 2017 adalah sebesar 1,35 % dari total peserta JKN-KIS Mandiri yang seharusnya 64,62 %. (8) Angka ini masih jauh dari target pencapaian Universal Health Coverage diakhir tahun 2019. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Anak Air, di dapatkan 8 (80%) dari 10 masyarakat belum mendaftar sebagai peserta BPJS. 2 (20%) dari 10 masyrakat yang merupakan peserta JKN-KIS Mandiri merupakan masyarakat dengan kondisi preexisting.5 (50%) dari 8 masyarakat yang belum mendaftar tersebut mengatakan mereka merasa terbebani dengan besaran iuran yang harus mereka bayarkan serta denda 5% apabila telat dalam melakukan pembayaran. Mereka mengatakan bahwa kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri dinilai merugikan masyarakat karena kita tidak sakit tetapi tetap harus membayar.

6 Rendahnya kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri yang telah mendaftar di wilayah kerja Puskesmas Anak Air membuat peneliti tertarik untuk meneliti Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Demand Masyarakat untuk Menjadi Peserta JKN-KIS Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Anak Air Tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Faktor apa saja yang berhubungan dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesms Anak Air tahun 2017? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahui faktor apa saja yang berhubungan dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui distribusi frekuensi demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 2. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan masyarakat tentang BPJS Kesehatan Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 3. Diketahui distribusi frekuensi pendapatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 4. Diketahui distribusi frekuensi presepsi masyarakat tentang JKN di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 5. Diketahui distribusi frekuensi status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017.

7 6. Diketahui distribusi frekuensi persepsi masyarakat terhadap harga asuransi di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 7. Diketahui hubungan antara pengetahuan dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 8. Diketahui hubungan antara pendapatan dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 9. Diketahui hubungan antara presepsi masyarkat tentang JKN dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 10. Diketahui hubungan antara status kesehatan dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 11. Diketahui hubungan antara persepsi terhadap harga asuransi dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja Puskesmas Anak Air tahun 2017, dengan variabel independen (pengetahuan, pendapatan, persepsi tentang JKN, status kesehatan, dan persepsi terhadap harga asuransi) dan variabel dependen (demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN- KIS Mandiri).

8

9 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Akademis Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan demand masyarakat untuk menjadi peserta JKN-KIS Mandiri. 2. Bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam mengambil keputusan serta bahan evaluasi dalam mencangkup seluruh penduduk untuk mencapai visi BPJS cakupan semesta pada 2019. 3. Bagi Peneliti Dapat mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari selama mengikuti perkuliahan dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah.