1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Adapun fokus lokasi penelitian pada pedagang kaki lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi dari persoalan bahwa pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar dan menjadi persoalan dilematis. Di satusisi pemerintah Kota Medan membutuhkan tata kota yang indah, bersih, tertib, disisi lain pemerintah jugamemiliki tanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan melalui terbukanya lapangan kerja. Sejak kapan manusia mulai berdagang? Sulit sekali untuk menemukan jawaban tepat atas pertanyaan itu. Namun, sejarawan mencatat bahwa manusia awalnya melakukan perdagangan dengan cara barter (tukar menukar). Setelah ditemukan uang barulah perdagangan dilakukan menggunakan uang seperti sekarang ini. Orang melakukan perdagangan untuk mencari untung.keuntungan dari berdagang digunakan untuk menghidupi keluarganya.karenanya, berdagang adalah salah satu jenis mata pencaharian dan dilakukan oleh orang di seluruh dunia.orang yang berdagang disebut pedagang.ada beberapa jenis pedagang. Pedagang besar (grosir), kecil, dan ada juga istilah pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sering kali disingkat dengan PKL atau dengan sebutan kaki lima. Pedagang kaki limaadalah pedagang kecil menggunakan modal kecil dan berdagang tanpa tempat yang tetap atau permanen. Pedagang kaki limaada
2 dimana-mana, tidak hanya di Indonesia. Di Eropa juga ada pedagang kaki lima. Bedanya, di Eropa tidak menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan seperti di Indonesia. Karena hanya membutuhkan modal yang kecil dan tanpa harus mengurus izin berdagang, di Indonesia pedagang kaki limamenjadi profesi yang banyak dipilih masyarakat menengah ke bawah. Krisis ekonomi dan lapangan kerja yang sedikit juga menjadi pendorong menjamurnya pedagang kaki limadi berbagai kota di Indonesia. Pedagang kaki limahadir di Indonesia dengan berbagai permasalahannya. Kota menjadi semrawut, kotor, macet dimana-mana, bau busuk sampah, becek, dan sebagainnya.namun, demikian, faktanya ada jutaan, bahkan puluhan juta rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupanya dengan menjadi pedagang kaki lima. Sementara, semua orang berharap mempunyai kota yang bersih, indah dan asri. Suatu kondisi yang pelik dan dilematis. Seiring berjalannya waktu pada saat ini, akan diikuti dengan perkembangan manusia terutama dalam bidang usaha. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai macam usaha dan tidak sedikit pula yang dapat meraih kesuksesan dan ada pula harus gulung tikar. Dengan dibukanya maupun usaha mandiri diberbagai macam usaha maka akan berdampak positif bagi para pengangguran yang presentasenya semakin meningkat dari tahun ketahun khususnya di Indonesia. Mereka harus mampu merencanakan bagaimana pengelolaan dan menghadapinya sehingga tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dapat tercapai, serta mereka harus mampu melihat peluang dan tantangan yang akan bermunculan.
3 Kehidupan manusia tidaklah terlepas dari usaha-usaha, ekonomi, dimana usaha ekonomi merupakan tanda-tanda adanya kehidupan. Semakin maju kebudayaan mengakibatkan tingkah laku perekonomian akan semakin sulit dan rumit termasuk bagi pedagang kaki lima. Dengan demikian untuk menjalankan suatu kegiatan usaha merekaakan penuh dengan tantangan dan rintangan baik yang datang dari dalam diri seseorang maupun dan luar. Pedagang kaki limasecara umum dapat kita ketahui merupakan istilah bagi pedagang yang melakukan aktivitasnya di luar sarana dan prasarana berjualan, seperti di pinggir jalan atau emperan toko. Dalam Peraturan Daerah Pemerintah Kota Medan tidak terdapat istilah pedagang kaki lima. Dengan demikian maka pengertian pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitas di tempat-tempat yang bukan tempat berdagang sebagaimana mestinya.pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitasnya bertransaksi di luar sarana berdagang, seperti di pinggir-pinggir jalan atau sarana-sarana lainnya. Namun sejatinya bahwa tujuan dari mereka berdagang adalah tetap mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidupnya serta untuk memperoleh laba dari kegiatan usahanya yaitu perdagangan Timbulnya pedagang kaki lima ini pada dasarnya banyak disebabkan berbagai faktor, khususnya sarana perdagangan yang disediakan tidak mampu menampung seluruh pedagang, harga satu stan sarana perdagangan yang terlalu mahal, serta kurangnya pengelolaan oleh instansi terkait. Pasar, sehingga realisasi pendapatan asli daerah tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. Seperti kita ketahui kelompok pedagang kaki lima sebagai bagian dari kelompok usaha kecil adalah kelompok usaha yang tak terpisahkan dari aset
4 pembangunan nasional yang berbasis kerakyatan, jelas merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Pedagang kaki limasebagai bagian dari usaha sektor informal memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki. Sejalan dengan uraian di atas, bahwa Usaha kecil (termasuk pedagang kaki lima) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat, dapat berperandalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya (dalam Penjelasan UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil). Bahkan pedagang kaki lima, secara nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga dengan demikian tercipta suatu kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Selain itu, kelompok pedagang kaki lima mempunyai potensi yang cukup besar untuk memberikan kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor penerimaan retribusi daerah seiring dengan kebutuhan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Sebagai salah satu jenis usaha di sektor informal, pedagang kaki lima berfungsi sebagai katup pengaman masalah ketenaga kerjaan yang dapat meredam
5 ledakan sosial akibat meningkatnya angka pencari kerja. Alasannya, usaha ini tidak memerlukan tingkat pendidikan formal yang terlalu tinggi dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha relatif kecil.bahkan ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia tahun 1997 silam, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia terkena imbasnya.tidak sedikit perusahaan-perusahaan besar tersebut mengurangi jumlah pekerjanya melalui Pemutusan Hubungan Kerja bahkan ada yang tutup. Tetapi para pedagang kaki limaini mampu bertahan, tanpa mengharapkan bantuan modal atau fasilitas lain dari pemerintah, pedagang kaki lima tetap bertahan. Sampai saat ini fenomena pedagang kaki lima masih memendam banyak persoalan dalam pembangunan perkotaan di Indonesia. Pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar. Namun, sebagai bentuk usaha informal, pedagang kaki lima merupakan sandaran hidup bagi sebagian masyarakat Indonesia yang tak terserap dalam dunia kerja formal. Dengan harganya yang terjangkau serta tempat berjualan yang flexible dan dekat dengan konsumennya, pedagang kaki lima menjadi pilihan praktis berbelanja bagi masyarakat perkotaan. Tidak terkecuali pedagang kaki lima yang berada di kawasan Jalan Kapten Muslim pun menjadi lapak bagi setiap pedagang. Sejalan dengan lokasi penelitian ini, selain faktor banyaknya padagang kaki lima yang berada di kawasan Jalan Kapten Muslim ada beberapa persoalan yang dijadikan peneliti sebagai alasan lokasi penelitian. Diantaranya, oleh sebagian kalangan, kehadiran pedagang kaki lima di tengah-tengah kota dianggap sebagai pengganggu ketertiban, keamanan dan estetika kota. Sehingga pedagang kaki limadi kawasan jalan Kapten Muslim sering diberi predikat sebagai salah
6 satu penyebab munculnya berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu-lintas, merusak keindahan kota dan kerawanan sosial. Dengan alasan inilah yang sering melatar belakangi para petugas satuan polisi Pamong Praja untuk melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima. Seringkali kita mendengar di media cetak maupun elektronik terjadinya kerusuhan antara pedagang kaki lima dengan petugas. Dengan alasan menjalankan peraturan petugas dengan tegasnya melakukan tugasnya walaupun kekerasan menjadi jalan utamanya. Semakin semerautnya penataan pedagang kaki lima di kawasan jalan Kapten Muslim menjadi alasan terakhir sebagai lokasi penelitian ini dilakukan. Melihat konteks di atas, pada penelitian ini tidak terfokus pada dampak kehadiran mereka yang biasanya dianggap sebagai pengganggu ketertiban, keamanan ataupun merusak estetika kota, namun lebih melihat bagaimana mereka hadir untuk mempertahankan hidup dengan berdagang serta persoalan dan tantangan yang mereka hadapi. Melihat fenomena inilah yang membuat penelitian ini menarik dan penting untuk diteliti lebih lanjut. Alasannya, pertama, persoalan pedagang kaki lima di berbagai kota ini menjadi persoalan yang dilematis. Di satu sisi pemerintah kota bertanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan. Di sisi lain, Pemerintah Kota membutuhkan wajah kota yang indah, bersih, dan tertata sebagai tuntutan ruang kota yang sehat. Kedua, Dari pilihan antara tata ruang kota dan kesejahteraan warganya tersebut, Pemerintah Kota sering lebih memilih untuk mengambil sikap yang kedua, yakni pentingngnya mengembalikan ketertiban dan keindahan kota. Maka, konsekuensi dari pilihan tersebut adalah dengan
7 menertibkan dan menata pedagang kaki lima baik secara masif maupun paksa membongkar lapak pedagang kaki lima. 1.2. Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih memiliki arah yang jelas dan memberikan kemudahan dalam menampilkan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka diperlukan perumusan masalah yang jelas. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah, maka penulis merumuskan suatu masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana analisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode swot? 1.3. Batasan Masalah Pembahasan mengenai persoalan pedagang kaki lima baik dari pedagang itu sendiri maupun dari program tata ruang kota dan pelaksanaannya, termasuk kebijakan penataan pedagang kaki lima merupakan topik yang kompleks. Maka, agar lebih fokus kepada permasalahan yang akan diteliti maka penulis memberikan batasan dalam perumusan masalah. Peneliti hanya membatasi masalah dan hanya mendeskripsikan dari segi faktor kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan yang mempengaruhi kegiatan usaha pedagang kaki lima. 1.4. Tujuan Penelitian Sebagai sebuah kajian ilmiah dan sesuai dengan prinsip penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan yakni: a. Untuk mengetahui faktor faktor kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) serta, peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) para pedagang kaki limadalam memformulasikan strategi usaha dalam meningkatkan
8 keuntungan para pedagang kaki lima. Baik dari analisis faktor faktor yaitu faktor produk, faktor harga, faktor lokasi, maupun faktor kenyamanan dalam pelayanan terhadap pelanggan yang diberikan oleh pedagang kaki lima. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan berpikir dalam melihat dan menganalisa gejala-gejala yang muncul dalam masyarakat. Dan juga dapat menjadi masukan bagi penulis akan pengetahuan tentang analisis kegiatan usaha dengan metode swot 2. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, yaitu untuk bahan referensi, menambah pengetahuan dan ilmu untuk Mahasiswa / Mahasiswi di jurusan Administrasi Bisnis FISIP USU dan pihak pihak yang membutuhkan informasi sejenis. 3. Secara Praktis, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi para pebisnis dalam menerapkan konsep analisis SWOT agar dapat menyempurnakan kebijakan-kebijakan pada masa yang akan datang mengembangkan usaha.