BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian terhadap perlindungan sosial bagi para pekerja di negara-negara

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kota tersebut. Namun sebagian besar kota-kota di Indonesia tidak dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara

A. Latar Belakang. Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang

BAB III METODE PENELITIAN. tentang relokasi pasar tradisional. Untuk menjelaskan hal tersebut,

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah, serta reputasinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya negara kita adalah merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

FENOMENA PASAR KREMPYENG MALAM HARI PETERONGAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 481. Oleh: VERA P.D. BARINGBING L2D

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. baik unit usaha yang bergerak dalam penjualan barang maupun jasa, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangannya, keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat Urbanisasi tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas

KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) UNTUK MEWUJUDKAN KENYAMANAN, KEINDAHAN, DAN KETERTIBAN DI WILAYAH KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah-masalah yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. fungsional dalam proses produksi yang bertindak sebagai faktor produksi. Sisi

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. tidak melalui bentuk bentuk perizinan/peraturan tertentu. Sektor informal juga

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

KAJIAN KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM BERAKTIVITAS DAN MEMILIH LOKASI BERDAGANG DI KAWASAN PERKANTORAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. senatiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, utamanya terjadi pada

BAB V SOLUSI MENINGKATKAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PENGEMBANGAN PASAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap pencapaian tujuan perusahaan. lain likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Mamduh et al.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Adapun fokus lokasi penelitian pada pedagang kaki lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi dari persoalan bahwa pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar dan menjadi persoalan dilematis. Di satusisi pemerintah Kota Medan membutuhkan tata kota yang indah, bersih, tertib, disisi lain pemerintah jugamemiliki tanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan melalui terbukanya lapangan kerja. Sejak kapan manusia mulai berdagang? Sulit sekali untuk menemukan jawaban tepat atas pertanyaan itu. Namun, sejarawan mencatat bahwa manusia awalnya melakukan perdagangan dengan cara barter (tukar menukar). Setelah ditemukan uang barulah perdagangan dilakukan menggunakan uang seperti sekarang ini. Orang melakukan perdagangan untuk mencari untung.keuntungan dari berdagang digunakan untuk menghidupi keluarganya.karenanya, berdagang adalah salah satu jenis mata pencaharian dan dilakukan oleh orang di seluruh dunia.orang yang berdagang disebut pedagang.ada beberapa jenis pedagang. Pedagang besar (grosir), kecil, dan ada juga istilah pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sering kali disingkat dengan PKL atau dengan sebutan kaki lima. Pedagang kaki limaadalah pedagang kecil menggunakan modal kecil dan berdagang tanpa tempat yang tetap atau permanen. Pedagang kaki limaada

2 dimana-mana, tidak hanya di Indonesia. Di Eropa juga ada pedagang kaki lima. Bedanya, di Eropa tidak menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan seperti di Indonesia. Karena hanya membutuhkan modal yang kecil dan tanpa harus mengurus izin berdagang, di Indonesia pedagang kaki limamenjadi profesi yang banyak dipilih masyarakat menengah ke bawah. Krisis ekonomi dan lapangan kerja yang sedikit juga menjadi pendorong menjamurnya pedagang kaki limadi berbagai kota di Indonesia. Pedagang kaki limahadir di Indonesia dengan berbagai permasalahannya. Kota menjadi semrawut, kotor, macet dimana-mana, bau busuk sampah, becek, dan sebagainnya.namun, demikian, faktanya ada jutaan, bahkan puluhan juta rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupanya dengan menjadi pedagang kaki lima. Sementara, semua orang berharap mempunyai kota yang bersih, indah dan asri. Suatu kondisi yang pelik dan dilematis. Seiring berjalannya waktu pada saat ini, akan diikuti dengan perkembangan manusia terutama dalam bidang usaha. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai macam usaha dan tidak sedikit pula yang dapat meraih kesuksesan dan ada pula harus gulung tikar. Dengan dibukanya maupun usaha mandiri diberbagai macam usaha maka akan berdampak positif bagi para pengangguran yang presentasenya semakin meningkat dari tahun ketahun khususnya di Indonesia. Mereka harus mampu merencanakan bagaimana pengelolaan dan menghadapinya sehingga tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dapat tercapai, serta mereka harus mampu melihat peluang dan tantangan yang akan bermunculan.

3 Kehidupan manusia tidaklah terlepas dari usaha-usaha, ekonomi, dimana usaha ekonomi merupakan tanda-tanda adanya kehidupan. Semakin maju kebudayaan mengakibatkan tingkah laku perekonomian akan semakin sulit dan rumit termasuk bagi pedagang kaki lima. Dengan demikian untuk menjalankan suatu kegiatan usaha merekaakan penuh dengan tantangan dan rintangan baik yang datang dari dalam diri seseorang maupun dan luar. Pedagang kaki limasecara umum dapat kita ketahui merupakan istilah bagi pedagang yang melakukan aktivitasnya di luar sarana dan prasarana berjualan, seperti di pinggir jalan atau emperan toko. Dalam Peraturan Daerah Pemerintah Kota Medan tidak terdapat istilah pedagang kaki lima. Dengan demikian maka pengertian pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitas di tempat-tempat yang bukan tempat berdagang sebagaimana mestinya.pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan aktivitasnya bertransaksi di luar sarana berdagang, seperti di pinggir-pinggir jalan atau sarana-sarana lainnya. Namun sejatinya bahwa tujuan dari mereka berdagang adalah tetap mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidupnya serta untuk memperoleh laba dari kegiatan usahanya yaitu perdagangan Timbulnya pedagang kaki lima ini pada dasarnya banyak disebabkan berbagai faktor, khususnya sarana perdagangan yang disediakan tidak mampu menampung seluruh pedagang, harga satu stan sarana perdagangan yang terlalu mahal, serta kurangnya pengelolaan oleh instansi terkait. Pasar, sehingga realisasi pendapatan asli daerah tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. Seperti kita ketahui kelompok pedagang kaki lima sebagai bagian dari kelompok usaha kecil adalah kelompok usaha yang tak terpisahkan dari aset

4 pembangunan nasional yang berbasis kerakyatan, jelas merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Pedagang kaki limasebagai bagian dari usaha sektor informal memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki. Sejalan dengan uraian di atas, bahwa Usaha kecil (termasuk pedagang kaki lima) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat, dapat berperandalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya (dalam Penjelasan UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil). Bahkan pedagang kaki lima, secara nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga dengan demikian tercipta suatu kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Selain itu, kelompok pedagang kaki lima mempunyai potensi yang cukup besar untuk memberikan kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor penerimaan retribusi daerah seiring dengan kebutuhan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Sebagai salah satu jenis usaha di sektor informal, pedagang kaki lima berfungsi sebagai katup pengaman masalah ketenaga kerjaan yang dapat meredam

5 ledakan sosial akibat meningkatnya angka pencari kerja. Alasannya, usaha ini tidak memerlukan tingkat pendidikan formal yang terlalu tinggi dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha relatif kecil.bahkan ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia tahun 1997 silam, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia terkena imbasnya.tidak sedikit perusahaan-perusahaan besar tersebut mengurangi jumlah pekerjanya melalui Pemutusan Hubungan Kerja bahkan ada yang tutup. Tetapi para pedagang kaki limaini mampu bertahan, tanpa mengharapkan bantuan modal atau fasilitas lain dari pemerintah, pedagang kaki lima tetap bertahan. Sampai saat ini fenomena pedagang kaki lima masih memendam banyak persoalan dalam pembangunan perkotaan di Indonesia. Pedagang kaki lima, kini telah menjadi fenomena sosial di setiap kota besar. Namun, sebagai bentuk usaha informal, pedagang kaki lima merupakan sandaran hidup bagi sebagian masyarakat Indonesia yang tak terserap dalam dunia kerja formal. Dengan harganya yang terjangkau serta tempat berjualan yang flexible dan dekat dengan konsumennya, pedagang kaki lima menjadi pilihan praktis berbelanja bagi masyarakat perkotaan. Tidak terkecuali pedagang kaki lima yang berada di kawasan Jalan Kapten Muslim pun menjadi lapak bagi setiap pedagang. Sejalan dengan lokasi penelitian ini, selain faktor banyaknya padagang kaki lima yang berada di kawasan Jalan Kapten Muslim ada beberapa persoalan yang dijadikan peneliti sebagai alasan lokasi penelitian. Diantaranya, oleh sebagian kalangan, kehadiran pedagang kaki lima di tengah-tengah kota dianggap sebagai pengganggu ketertiban, keamanan dan estetika kota. Sehingga pedagang kaki limadi kawasan jalan Kapten Muslim sering diberi predikat sebagai salah

6 satu penyebab munculnya berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu-lintas, merusak keindahan kota dan kerawanan sosial. Dengan alasan inilah yang sering melatar belakangi para petugas satuan polisi Pamong Praja untuk melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima. Seringkali kita mendengar di media cetak maupun elektronik terjadinya kerusuhan antara pedagang kaki lima dengan petugas. Dengan alasan menjalankan peraturan petugas dengan tegasnya melakukan tugasnya walaupun kekerasan menjadi jalan utamanya. Semakin semerautnya penataan pedagang kaki lima di kawasan jalan Kapten Muslim menjadi alasan terakhir sebagai lokasi penelitian ini dilakukan. Melihat konteks di atas, pada penelitian ini tidak terfokus pada dampak kehadiran mereka yang biasanya dianggap sebagai pengganggu ketertiban, keamanan ataupun merusak estetika kota, namun lebih melihat bagaimana mereka hadir untuk mempertahankan hidup dengan berdagang serta persoalan dan tantangan yang mereka hadapi. Melihat fenomena inilah yang membuat penelitian ini menarik dan penting untuk diteliti lebih lanjut. Alasannya, pertama, persoalan pedagang kaki lima di berbagai kota ini menjadi persoalan yang dilematis. Di satu sisi pemerintah kota bertanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan. Di sisi lain, Pemerintah Kota membutuhkan wajah kota yang indah, bersih, dan tertata sebagai tuntutan ruang kota yang sehat. Kedua, Dari pilihan antara tata ruang kota dan kesejahteraan warganya tersebut, Pemerintah Kota sering lebih memilih untuk mengambil sikap yang kedua, yakni pentingngnya mengembalikan ketertiban dan keindahan kota. Maka, konsekuensi dari pilihan tersebut adalah dengan

7 menertibkan dan menata pedagang kaki lima baik secara masif maupun paksa membongkar lapak pedagang kaki lima. 1.2. Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih memiliki arah yang jelas dan memberikan kemudahan dalam menampilkan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka diperlukan perumusan masalah yang jelas. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah, maka penulis merumuskan suatu masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana analisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode swot? 1.3. Batasan Masalah Pembahasan mengenai persoalan pedagang kaki lima baik dari pedagang itu sendiri maupun dari program tata ruang kota dan pelaksanaannya, termasuk kebijakan penataan pedagang kaki lima merupakan topik yang kompleks. Maka, agar lebih fokus kepada permasalahan yang akan diteliti maka penulis memberikan batasan dalam perumusan masalah. Peneliti hanya membatasi masalah dan hanya mendeskripsikan dari segi faktor kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan yang mempengaruhi kegiatan usaha pedagang kaki lima. 1.4. Tujuan Penelitian Sebagai sebuah kajian ilmiah dan sesuai dengan prinsip penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan yakni: a. Untuk mengetahui faktor faktor kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) serta, peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) para pedagang kaki limadalam memformulasikan strategi usaha dalam meningkatkan

8 keuntungan para pedagang kaki lima. Baik dari analisis faktor faktor yaitu faktor produk, faktor harga, faktor lokasi, maupun faktor kenyamanan dalam pelayanan terhadap pelanggan yang diberikan oleh pedagang kaki lima. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan berpikir dalam melihat dan menganalisa gejala-gejala yang muncul dalam masyarakat. Dan juga dapat menjadi masukan bagi penulis akan pengetahuan tentang analisis kegiatan usaha dengan metode swot 2. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, yaitu untuk bahan referensi, menambah pengetahuan dan ilmu untuk Mahasiswa / Mahasiswi di jurusan Administrasi Bisnis FISIP USU dan pihak pihak yang membutuhkan informasi sejenis. 3. Secara Praktis, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi para pebisnis dalam menerapkan konsep analisis SWOT agar dapat menyempurnakan kebijakan-kebijakan pada masa yang akan datang mengembangkan usaha.