3 Kandungan klorofil total (C) dalam g/l : C = Ca + Cb C =.22 A 64 +.82 A 663 Kandungan klorofil total (C) dalam mg/l : C = 2.2 A 64 + 8.2 A 663 Keterangan : Ca = kandungan klorofil a (g/l) Cb = kandungan klorofil b (g/l) C = kandungan klorofil total (mg/l) A n = absorban yang diukur pada panjang gelombang n Untuk data kandungan klorofil tidak dianalisis statistik, karena hanya satu sampel (satu ulangan). Jumlah dan diameter xilem Akar sekunder disayat membujur dengan menggunakan pisau silet setipis mungkin, hasil sayatan langsung diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi safranin encer.1% sebagai zat pewarna, kemudian ditetesi gliserin dan ditutup dengan kaca penutup. Jumlah xilem dihitung menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x. Diameter xilem ditentukan dengan menghitung grid pada mikrometer okuler, selanjutnya dikonversikan ke dalam milimeter (mm). Rancangan Percobaan Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, keduanya menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (Mattjik & Sumertajaya 2) masing-masing terdiri dari tiga faktor. Pada percobaan 1, faktor pertama perlakuan cendawan endofit (E: tidak diberi endofit dan E1: diberi endofit), faktor kedua ialah pemupukan yang terdiri atas dua taraf yaitu kompos (N1) dan NPK (N2), dan faktor ketiga ialah penyiraman terdiri atas P1: penyiraman satu dan P2: penyiraman dua. Pada percobaan 2, faktor pertama perlakuan hydrogel yaitu H: tidak diberi hydrogel dan H1: diberi hydrogel, sedangkan faktor kedua dan ketiga sama dengan percobaan 1. Masing-masing percobaan terdiri atas 8 perlakuan kombinasi, setiap kombinasi dibuat ulangan. Kedua percobaan tersebut yaitu: Percobaan 1 Pengaruh cendawan endofit (tidak diberi endofit dan diberi endofit), pemupukan (kompos dan NPK) dan penyiraman (satu minggu dan dua minggu) terhadap pertumbuhan jarak pagar. Terdiri atas 8 perlakuan kombinasi, yaitu: EN1P1: tanpa endofit + kompos + penyiraman satu EN1P2: tanpa endofit + kompos + penyiraman dua EN2P1: tanpa endofit + NPK + penyiraman satu EN2P2: tanpa endofit + NPK + penyiraman dua E1N1P1: endofit + kompos + penyiraman satu E1N1P2: endofit + kompos + penyiraman dua E1N2P1: endofit + NPK + penyiraman satu E1N2P2: endofit + NPK + penyiraman dua Percobaan 2 Pengaruh hydrogel (tidak diberi hydrogel dan diberi hydrogel), pemupukan (kompos dan NPK) dan penyiraman (satu minggu dan dua minggu) terhadap pertumbuhan jarak pagar. Terdiri atas 8 perlakuan kombinasi, yaitu: HN1P1: tanpa hydrogel + kompos + penyiraman satu HN1P2: tanpa hydrogel + kompos + penyiraman dua HN2P1: tanpa hydrogel + NPK + penyiraman satu HN2P2: tanpa hydrogel + NPK + penyiraman dua H1N1P1: hydrogel + kompos + penyiraman satu H1N1P2: hydrogel + kompos + penyiraman dua H1N2P1: hydrogel + NPK + penyiraman satu H1N2P2: hydrogel + NPK + penyiraman dua Pengujian pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Uji lanjut dilakukan dengan menggunakan analisis LSD (List Significant Difference). HASIL Tinggi Tanaman endofit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 1). Kecuali pada perlakuan endofit dengan penambahan pupuk kompos dan penyiraman dua (E1N1P2) dan perlakuan endofit dengan penambahan pupuk NPK dan penyiraman se (E1N2P1) yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (tidak diberi endofit) (Gambar 2). Pemberian cendawan endofit secara umum memberikan pengaruh yang
4 nyata pada tinggi tanaman. Penggunaan pupuk kompos dan NPK tidak memberikan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman, demikian pula dengan faktor penyiraman. Tinggi tanaman (cm) 8 6 4 2 Gambar 2 Pengaruh pemberian cendawan endofit terhadap tinggi tanaman dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman se), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua ), N2P1 (NPK dengan penyiraman se), N2P2 dengan penambahan pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 2). Pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Gambar 3). Dengan demikian pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan pemberian kompos. Tinggi tanaman (cm) 1 8 6 4 2 Gambar 3 Pengaruh pemberian hydrogel terhadap tinggi tanaman dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman se), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua ), N2P1 (NPK dengan penyiraman se), N2P2 Jumlah Daun daun (Lampiran 1). Pemberian cendawan daun pada tanaman yang diberi kompos dengan penyiraman dua (E1N1P2) (Gambar 4). Sedangkan pemupukan dan penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Jumlah daun (helai) 1 1 Gambar 4 Pengaruh pemberian cendawan endofit terhadap jumlah daun dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman se), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua ), N2P1 (NPK dengan penyiraman se), N2P2 tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (Lampiran 2). Pemberian hydrogel tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada semua perlakuan (Gambar ). Jumlah daun (helai) 1 1 Gambar Pengaruh pemberian hydrogel terhadap jumlah daun dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman se), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua ), N2P1 (NPK dengan penyiraman se), N2P2 Pemupukan dan penyiraman pada percobaan 2 berpengaruh pada tanaman yang diberi pupuk kompos, sedangkan tanaman yang diberi pupuk NPK tidak terlihat berbeda nyata antara tanaman yang mengalami cekaman ringan (penyiraman seminggu sekali) dan cekaman berat (penyiraman dua ).
Bobot Basah Tajuk dan Akar endofit berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk (Lampiran 1). pemberian cendawan endofit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar pada tanaman yang diberi pupuk kompos dengan penyiraman dua, serta tanaman yang diberi pupuk NPK dengan penyiraman seminggu dan dua (Gambar 6a dan 6b). Sedangkan pemberian cendawan endofit dan pupuk kompos dengan penyiraman se memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah tajuk (Gambar 6a). Pada percobaan 1 pemupukan dan penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah tajuk pada tanaman yang diberi cendawan endofit dan pupuk kompos (E1N1P1 dan E1N1P2) dengan selang penyiraman yang berbeda (cekaman ringan dan cekaman berat). juga pemupukan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar. Selain itu, hydrogel dan penyiraman berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar (Lampiran 2). Pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk NPK dan penyiraman se (H1N2P1) berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar (Gambar 6c dan 6d). Selain itu, hydrogel dengan pemberian kompos dan penyiraman se (H1N1P1) memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah akar. Faktor pemupukan dan penyiraman pada percobaan 2 berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar, dimana tanaman yang diberi pupuk NPK mengalami penurunan bobot basah tajuk dan akar ketika diberi perlakuan cekaman berat (penyiraman dua ), sedangkan tanaman yang diberi pupuk kompos tidak terlihat berbeda nyata antara tanaman yang mengalami cekaman ringan (penyiraman se) dan cekaman berat (penyiraman dua ) (Gambar 6c dan 6d). Bobot basah tajuk (g) 1 1 (a) bobot basah tajuk pada perlakuan Bobot basah akar (g) 2 2 1 1 (b) bobot basah akar pada perlakuan Bobot basah tajuk (g) 1 1 (c) bobot basah tajuk pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel. Bobot basah akar (g) 3 2 2 1 1 (d) bobot basah akar pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel. Gambar 6 Pengaruh pemberian cendawan endofit dan hydrogel terhadap bobot basah tajuk dan akar pada kedua percobaan. Bobot Kering Tajuk dan Akar endofit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar (Lampiran 1). Pemberian cendawan endofit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar pada tanaman yang diberi pupuk kompos dengan penyiraman seminggu dan dua, serta tanaman yang diberi pupuk NPK dengan penyiraman dua minggu sekali (Gambar 7a dan 7b). Sedangkan pada pemberian endofit dan pupuk NPK dengan penyiraman se berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar
6 (Gambar 7a dan 7b). Pemupukan dan penyiraman pada percobaan 1 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar tanaman. Walaupun demikian interaksi antara pemberian endofit dengan NPK cenderung meningkatkan bobot kering tajuk dan akar. berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar (Lampiran 2). Pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk NPK dan penyiraman se berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar (Gambar 7c dan 7d). Pemupukan dan penyiraman pada percobaan 2 juga berpengaruh terhadap bobot kering tajuk dan akar, dimana tanaman yang diberi pupuk NPK mengalami penurunan bobot kering tajuk dan akar ketika diberi cekaman berat (penyiraman dua minggu sekali), sedangkan tanaman yang diberi pupuk kompos tidak berbeda nyata antara tanaman yang mengalami cekaman ringan (Penyiraman se) dan cekaman berat (penyiraman dua ). Bobot kering tajuk (g) 2 1 1 (a) bobot kering tajuk pada perlakuan Bobot kering akar (g) 4 3 2 1 (b) bobot kering akar pada perlakuan Bobot kering tajuk (g) 2 1 1 (c) bobot kering tajuk pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel. Bobot kering akar (g) 6 4 3 2 1 (d) berat kering akar pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel. Gambar 7 Pengaruh pemberian cendawan endofit dan hydrogel terhadap bobot kering tajuk dan akar pada kedua percobaan. Kandungan Klorofil Berdasarkan hasil analisis kandungan klorofil, pemberian endofit dengan penambahan pupuk kompos dan penyiraman 7 hari (E1N1P1) memiliki kandungan klorofil paling tinggi yaitu 8.84 mg/l dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 8). Kandungan klorofil daun (mg/l) 9 8 8 7 7 6 Tanpa endofit, tanpa hydrogel endofit hydrogel Gambar 8 Kandungan klorofil pada kedua percobaan (pemberian cendawan endofit dan hydrogel) dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman se), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua minggu sekali), N2P1 (NPK dengan penyiraman se), N2P2 (NPK dengan penyiraman dua ).
7 Selain itu terdapat perbedaan pada ketebalan daun yaitu daun yang mendapat perlakuan cendawan endofit, baik pada media kompos maupun NPK cenderung lebih tebal dan lebih berwarna hijau jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya (hydrogel, tanpa cendawan endofit dan tanpa hydrogel) (Gambar 9). a b c ameter xilem (mm) Di..4.4.3.3 Cendawan endofit (b) Diameter xilem pada kontrol dan yang diberi cendawan a b c A B Gambar 9 Jarak pagar pada media yang diberi pupuk kompos (A) dan NPK (B) dengan penyiraman seminggu sekali : a. Tanpa endofit, tanpa hydrogel, b. Cendawan endofit, dan c. Hydrogel. Jumlah dan Diameter Xilem xilem (Lampiran 1). Pemberian cendawan xilem, tetapi pemberian endofit tidak berpengaruh nyata terhadap diameter xilem dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi cendawan endofit) (Gambar 1a dan 1b). Jumlah xilem 6 4 3 2 1 Cendawan endofit (a) Jumlah xilem pada kontrol dan yang diberi cendawan Gambar 1 Pengaruh pemberian cendawan endofit terhadap jumlah dan diameter xilem akar sekunder. Demikian pula pada percobaan 2 pemberian hydrogel berpengaruh nyata terhadap jumlah xilem (Lampiran 2). Pemberian hydrogel berpengaruh nyata terhadap jumlah xilem, tetapi pemberian hydrogel tidak berpengaruh nyata terhadap diameter xilem dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi hydrogel) (Gambar 11a dan 11b). Jumlah xilem 6 4 3 2 1 Hydrogel a) Jumlah xilem pada kontrol dan perlakuan hydrogel. Diameter xilem (mm)..4.4.3.3 Hydrogel (b) Diameter xilem pada control dan perlakuan hydrogel. Gambar 11 Pengaruh pemberian hydrogel terhadap jumlah dan diameter xilem akar sekunder.
8 a Hasil sayatan melintang pada akar sekunder jarak pagar disajikan pada Gambar 12. b a b c A B Gambar 12 Sayatan akar sekunder jarak pagar (1 x 4) yang disiram seminggu sekali (A) dan dua (B) pada media NPK : a. Tanpa endofit, tanpa hydrogel, b. endofit, dan c. hydrogel. PEMBAHASAN Simbiosis mutualisma cendawan endofit dengan tanaman memberikan beberapa keuntungan. Menurut Moore-Landecker (1996) ada tiga potensi yang berrmanfaat untuk tanaman yang diinfeksi oleh cendawan endofit, yaitu: (1) meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, (2) tanaman lebih toleran terhadap kekeringan dan (3) menghasilkan toksin yang melindungi tanaman dari patogen. Selain itu, dengan adanya cendawan endofit tanaman dapat memperoleh unsur hara dari tanah terutama fosfat dan tanaman juga dibantu dalam penyerapan air. Endofit juga berfungsi sebagai pengendali hayati hama dan penyakit tanaman serta mampu mendekomposisi bahan organik (Saeed et al. 22, Zareen et al. 21, Rubini et al. 2). Hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian cendawan endofit pada jarak pagar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman dengan adanya peningkatan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering tajuk dan akar dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi cendawan endofit) (Gambar 2, 4, 6a, 6b, 7a dan 7b). Selain itu, pemberian c endofit memberikan pengaruh pada kandungan klorofil daun, yaitu daun yang mendapat perlakuan cendawan endofit, baik pada media kompos maupun NPK cenderung lebih tebal dan lebih berwarna hijau jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya (hydrogel dan kontrol/ tidak diberi endofit). Walaupun pada percobaan ini tidak begitu nampak berbeda jika dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi endofit), namun menurut Zulfitri (27) daun jarak pagar yang diinokulasi dengan cendawan endofit memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi endofit). Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan, pemberian endofit juga membantu tanaman mengatasi cekaman kekeringan hal ini terlihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk dan akar, serta bobot kering tajuk dan akar yang tidak berbeda nyata antara penyiraman seminggu dan dua. Hydrogel adalah polimer yang dapat menyerap air. Pemberian hydrogel pada media tanam bertujuan untuk membantu tanaman lebih toleran terhadap kekeringan. Pada umumnya campuran antara hydrogel dan tanah digunakan untuk memperlambat kekeringan pada tanaman atau untuk pengaturan pemupukan (Fagly 26). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, pemberian hydrogel pada media tanam memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol terhadap tinggi tanaman, bobot basah dan bobot kering tajuk dan akar (Gambar 3, 6c, 6d, 7c dan 7d ). Pemberian pupuk kompos dan NPK pada media tanam terutama unsur N mempengaruhi pertumbuhan vegetatif terutama tinggi tanaman. Unsur nitrogen merupakan unsur utama yang mendukung pertumbuhan tinggi tanaman (Leiwkabessi 198). Jika dibandingkan pemberian kompos pada penelitian ini pupuk NPK lebih terlihat pengaruhnya pada tanaman. Hal ini diduga karena tanaman lebih mudah menyerap pupuk NPK dibandingkan dengan pupuk kompos. Menurut Hsieh dan Hsieh (199) komposisi pupuk organik dengan pupuk anorganik mempengaruhi proses dekomposisi N- organik. Jika hanya diberi pupuk anorganik proses dekomposisi berlangsung cepat, sedangkan apabila hanya diberi pupuk organik, proses dekomposisi berlangsung lambat. Tetapi bila diberi kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik maka proses dekomposisi berlangsung tidak secepat apabila hanya diberi pupuk anorganik dan