BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan moral siswa.

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan hal penting dalam komunikasi sosial. Manusia sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Wonogiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

Riset Per iila il k O u rgan isas

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia dari waktu ke waktu masih menjadi topik menarik

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai. penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung guru berhadapan langsung dengan peserta didik. memiliki kompetensi yang handal dalam bidang ilmunya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekuasaan dan pertalian merupakan tiga kebutuhan penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KELOMPOK 3. Mia Resmiati Novi Febriyanti

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

Menurut Flippo yang dikutip oleh Hasibuan (2001:11), menyatakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pencapaian tujuan. Sumber daya manusia yang dimaksud dalam. perusahaan adalah karyawan atau orang yang bekerja dengan menjual

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

... Achievement Motivation Training dalam Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bagi Organisasi atau Perusahaan. Abstrak:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan dan perilaku manusia agar menjadi manusia pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MOTIVASI KERJA SEBAGAI DORONGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu bagian dari organisasi jasa. Organisasi jasa diartikan sebagai organisasi yang memproduksi dan memasarkan jasa-jasa yang tidak berwujud (Anthony dan Govindarajan, 2007: 616). Dalam hal ini, sekolah menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya. Sekolah adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen yaitu konteks, input, proses, output dan outcome atau yang sering disebut dengan istilah KIPOO (Depdiknas). Salah satu komponen utama dan penting dalam sistem pendidikan disekolah adalah komponen proses yang didalamnya terdapat subkomponen berupa proses belajar mengajar. Dan didalam proses belajar mengajar ini, guru merupakan tokoh sentral yang menentukan keberhasilan dari proses belajar mengajar di kelas. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru 1

yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya (Kunandar, 2010:40). Tugas keprofesionalan guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan merupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas keluaran atau output-nya (Nurchasanah: 2012). Kinerja guru merupakan tingkat profesional guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang diwujudkan melalui kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial (Riduwan: 2010). Kinerja guru dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. Menurut Sutermeister dalam Riduwan (2010: 356) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang tersebut diantaranya: latihan dan pengalaman kerja, pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik tempat bekerja, kemampuan, motivasi kerja, dan sebagainya. Sedangkan menurut Sukmalana, abilitas dan motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang berinteraksi dengan kinerja. Berdasarkan hasil penelitian terdapat sedikitnya tujuh indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar (teaching), yaitu: rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, 2

kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research), rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya kemampuan manajemen waktu (Mulyasa: 2012). Hasil penelitian dan juga beberapa pendapat tersebut menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dianggap penting untuk peningkatan kinerja guru adalah motivasi kerja. Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (Harold Koontz dalam Hasibuan: 2009). Kadang-kadang istilah motivasi dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive), atau impuls (Toha dalam Sutapa: 2006). Dorongan inilah yang menyebabkan seseorang dapat mencapai tujuan-tujuannya. Teori motivasi klasik yang diambil dari F. W. Taylor menyatakan bahwa konsep dasar teori motivasi adalah seseorang akan bersedia bekerja dengan baik bila orang berkeyakinan akan memperoleh imbalan yang ada kaitannya langsung dengan kerjanya. Namun teori motivasi dari berbagai peneliti seperti, Maslow, McClelland, Hezberg, Alderfer, McGregor berpendapat bahwa seseorang bekerja dengan motivasi yang sangat beraneka ragam dan bukan hanya karena uang saja atau keinginan kepuasan tapi juga kebutuhan untuk berpartisipasi, berprestasi, berafiliasi, berkuasa, dan aktualisasi diri. Menurut Toha dalam Sutapa (2006), seseorang dalam bekerja tidak semata-mata hanya berdasar kemungkinan atau peluang dalam memperoleh pendapatan, tetapi karena ingin selalu meningkatkan prestasi. Seseorang yang 3

memiliki motivasi berprestasi yang cukup kuat biasanya akan berpengaruh terhadap bagaimana proses penyelesaian tugas yang dihadapinya. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi pada umumnya hanya memperhitungkan keberhasilan-keberhasilan prestasinya saja dan tidak memperhitungkan penghargaan-penghargaan materi dan kalau mempunyai tujuan yang hendak dicapai maka mereka cenderung menyatu dalam tugas hingga dapat mencapai prestasi yang gemilang. Motivasi berprestasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang, agar mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upaya-upayanya untuk mencapai kepuasan. Guru yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan bekerja dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas, tanggung jawab, berpikir akan kemajuan karirnya dan berorientasi pada masa depan. Disamping itu motivasi juga dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya, dengan demikian guru harus mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi untuk meningkatkan kinerja (Hasibuan: 2009). Menurut David McClelland (Hasibuan: 2009) karyawan mempunyai cadangan energi potensial yang akan dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia, yaitu oleh: kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, serta nilai insentif yang terlekat pada tujuan. McClelland mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja, 4

yaitu: 1) kebutuhan akan prestasi (need for Achievement = n.ach), 2) kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation = n.aff), dan 3) kebutuhan akan kekuasaan (need for Power = n.pow). Seseorang akan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya karena dia ingin berprestasi. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan berpengaruh pada proses penyelesaian tugas yang dihadapinya sehingga cenderung lebih cepat selesai dibandingkan dengan orang yang motivasi berprestasinya rendah. Seseorang dalam bekerja juga butuh berinteraksi dengan orang lain dalam jaringan berupa persahabatan, pertemanan, rekan kerja, partner dan sebagainya. Kebutuhan berafiliasi ini dapat berfungsi memperlancar guru dalam menjalankan tugasnya. Selain motivasi berprestasi dan berafiliasi, seseorang dalam bekerja juga bisa termotivasi oleh keinginan untuk memiliki kekuasaan dalam bekerja. Dengan kekuasaan itu maka dia akan memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengelola organisasinya. Dengan demikian motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi dan motivasi berkuasa dibutuhkan seorang guru untuk mendukung dan memperlancar pelaksanaan tugasnya sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. 1.2 Rumusan Masalah Motivasi kerja yang rendah pada guru menyebabkan menurunnya kinerja guru. Guru yang tidak memiliki motivasi berprestasi tinggi membuat guru kurang inisiatif dan kreatif dalam mengajar, menjalankan tugas dengan apa adanya dan menganggapnya sebagai sebuah rutinitas belaka. Motivasi berprestasi yang rendah 5

akan menyebabkan guru menjadi kurang produktif untuk menghasilkan bahan ajar atau alat yang bermanfaat dalam menunjang proses pembelajaran. Motivasi berafiliasi yang rendah menyebabkan guru menjadi kurang supel dalam pergaulan dan kurang informatif sehingga tidak bisa mengakses hal-hal yang berguna dalam pembelajaran. Selain itu rendahnya motivasi untuk berkuasa menyebabkan guru sangat jarang memperoleh tugas tambahan dari Kepala Sekolah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap beberapa pengawas serta Kepala SMA Negeri di kabupaten Wonogiri, menyatakan bahwa rendahnya motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kinerja guru di kabupaten Wonogiri belum optimal. Realita ini dapat dilihat dari masih rendahnya motivasi berprestasi guru mengingat belum banyak guru yang dapat menghasilkan karya ilmiah seperti penelitian tindakan kelas (action research) serta masih minimnya prestasi yang diperoleh baik oleh siswa ataupun guru ditingkat propinsi maupun nasional. Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai salah satu wadah guru untuk bersosialisasi dan berbagi pengetahuan juga berjalan kurang aktif, hal ini mengindikasikan bahwa motivasi berafiliasi guru masih rendah. Selain itu motivasi berkuasa pada guru juga masih sangat rendah, terlihat dari kurang berminatnya guru untuk menjadi kepala sekolah ataupun pengawas sekolah. 6

1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh motivasi kerja yaitu berupa motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, dan motivasi berkuasa baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Wonogiri? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menguji pengaruh motivasi kerja yaitu berupa motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, dan motivasi berkuasa baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Wonogiri. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah: 1. Bagi semua kepala SMA Negeri di Wonogiri, untuk dijadikan pertimbangan dalam merumuskan rencana program pengembangan kinerja guru. 2. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri, dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kinerja guru melalui pemberian motivasi kerja. 7

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan referensi terhadap penelitian lanjut tentang motivasi kerja dan pengaruhnya terhadap kinerja guru pada institusi pendidikan lainnya. 1.6 Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian pengujian hipotesis mengenai adanya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Wonogiri. Motivasi kerja didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh David McClelland (1985) yang kemudian dijabarkan menjadi tiga variabel motivasi, yakni: (1) Achievement motivation: dorongan akan tanggungjawab, berani mengambil resiko, berprestasi yang lebih tinggi; (2) Affiliation motivation: berinteraksi sosial, kerjasama, pengakuan kemampuan, dan sportivitas dalam bekerja: (3) Power motivation: pekerjaan yang menantang, kebebasan bekerja, penghargaan sesama rekan kerja. Kinerja guru merupakan tingkat profesional guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang diwujudkan melalui kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial (pasal 8, UUGD 14/2005). 8

1.7 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab, meliputi: pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, analisis data dan pembahasan serta simpulan dan saran. Bab I membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II membahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan motivasi termasuk pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan teori-teori motivasi. Selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian dan penilaian kinerja guru, serta standar kompetensi guru. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian terdahulu dan hipotesis penelitian. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini berisi penjelasan mengenai desain penelitian, data dan metode pengumpulan data, sampel dan teknik pengambilan sampel, uji validitas instrumen penelitian, dan metode analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian yang menguraikan beberapa tahap analisis berdasarkan data-data yang diperoleh dari responden dilanjutkan dengan pembahasan penelitian. Terakhir, Bab V berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian serta keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan. 9