STRATEGI PENCAPAIAN UPAYA KHUSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI SUKOHARJO (STUDI KASUS DI DALANGAN TAWANGSARI)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedoman Teknis. PENDAMpINGAN PENYULUHAN. PADA PROGRAM PERCEpATAN OpTIMALISASI LAHAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPJA Dalangan Menyongsong Desa Modern

FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD): Rekomendasi Kebijakan Penyempurnaan Pelaksanaan Program UPSUS Pajale ke Depan: Evaluasi UPSUS Pajale 2015

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

PENGANTAR. Ir. Suprapti

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE

KEBIJAKAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG UPSUS PAJALE

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

PENILAIAN PETANI DALAM PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELE DI SEWON BANTUL S U J O N O

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

PERAN PENYULUH DAN MAHASISWA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Timur.

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN

1. Penjabaran Nawacita di dalam program dan kegiatan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

Oleh : SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MEDAN

PEMERINTAH KABUPATEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. manusia untuk meningkatkan dan pemerataan taraf hidup semua anggota

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

Peran Penyuluh Dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Padi Mendukung Swasembada Pangan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

Transkripsi:

1 STRATEGI PENCAPAIAN UPAYA KHUSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI SUKOHARJO (STUDI KASUS DI DALANGAN TAWANGSARI) Oleh S u j o n o BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA 2015

2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis dan cenderung menjadi komoditas politis. Keberadaan beras selalu dipantau dan diperhatikan oleh seluruh lapisan masyarakat,mulai tingkat paling bawah, sampai ke tingkat tertinggi dikalangan pemerintah dan legistatif. Permintaan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Disisi lain, perubahan iklim akibat pemanasan global berdampak pada terganggunya proses produksi padi. Mengingat ke depan pasar beras dunia akan menjadi lebih terbatas, maka Indonesia harus mampu berswasembada beras berkelanjutan, agar ketahanan pangan dan kemandirian pangan tidak terganggu.dengan kondisi demikian, Kementerian Pertanian telah menetapkan beras sebagai salah satu komoditas utama dalam program swasembada pangan berkelanjutan. Dalam rangka mencapai swasembada beras, Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana melakukan upaya Percepatan Optimasi Lahan (POL). Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian melaksanakan kegiatan sosialisasi, verifikasi ulang penerima manfaat, serta pendampingan penyuluhan. Untuk mewujudkan target produksi di atas, telah ditetapkan upaya khusus peningkatan produksi dengan melibatkan petani disertai berbagai program yang ditetapkan Kementerian Pertanian. Salah satu program tersebut adalah penerapan pertanian modern di Sukoharjo. Pertanian modern ini menerapkan mekanisasi dalam satu siostem budidaya pertanian yaitu pengolahan tahan, penanaman, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan panen. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah luas lahan minimal 100 ha, dikelola oleh kelompok tani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Lahan persawahan dibuat rata tanpa pematang sebagai batas antar pemilik lahan. Untuk mengetahui batas pemilik atau petakan lahan dibuat pemetaan. Pemilik lahan menyerahkan kepada kelompok tani dan satu hektar lahan dikelola satu kelompok yang terdiri 4-6 orang.

3 B. Masalah Penerapan pertanian modern ini menimbulkan masalah, 1. Keyakinan petani tentang keberhasilan meningkatkan produksi 2. Keyakinan petani akan efisiensi dalam budidaya 3. Keyakinan petani dalam penciptaan lapangan kerja baru 4. Partisipasi petani dalam penerapan pertanian modern. C. Tujuan Untuk mengetahui penyebab dalam hal: 1. Tingkat keyakinan petani akan keberhasilan meningkatkan produksi masih rendah. 2. Tingkat keyakinan petani akan efisiensi dalam budidaya rendah 3. Tingkat keyakinan petani dalam penciptaan lapangan kerja baru masih rendah 4. Tingkat partisipasi petani dalam penerapan pertanian modern masih rendah. D. Manfaat 1. Sebagai bahan masukan untuk Pemerintah kabupaten Sukoharjo dalam mencapai Upaya Khusus peningkatan Produksi padi 2. Sebagai bahan masukan Pemerintah Pusat, yaitu Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM dalam mencapai Upaya Khusus peningkatan Produksi padi 3. Sebagai bahan pembelajaran di kampus STPP Magelang, Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta

4 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjaun Pustaka Peran strategis sektor pertanian yang utama adalah penyedia kebutuhan pangan dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan. Peran tersebut sekaligus tugas pokok Kementerian Pertanian yang dijabarkan dalam program Swasembada berkelanjutan padi, dan Swasembada jagung dan kedelai yang akan dicapai pada tahun 2017. Untuk percepatan program, maka pada tahun 2015 ditargetkan produksi padi 73,4 juta ton, jagung 20 juta ton dan kedelai 1,2 juta ton. Swasembada berkelanjutan padi, Swasembada jagung dan kedelai dapat ditempuh dengan strategi perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dan intensifikasi melalui peningkatan produktivitas dan intensitas pertanaman dengan : perbaikan irigasi, penyediaan alsintan; penyediaan dan penggunaan benih unggul; penyediaan dan penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat; serta pengaturan musim tanam dengan menggunakan kalender musim tanam (KATAM). Selain upaya tersebut diatas, faktor pembatas lain yang perlu mendapat perhatian adalah ketersediaan dan kinerja penyuluh pertanian sebagai pelaksana program sekaligus mitra petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas lahan petani. Mengingat jumlah penyuluh di lapangan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, maka diperlukan tambahan tenaga energi yang dapat membantu kinerja penyuluh, yang berasal dari civitas akademi Perguruan Tinggi. Keberhasilan Program Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai perlu didukung oleh semua elemen bangsa, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pendidikan tinggi, kelembagaan penyuluh, kelembagaan petani maupun petani sendiri sebagai pengelola sekaligus pelaku usaha pertanian. Kegiatan Pendampingan Program Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai oleh STPP dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ditunjuk merupakan salah satu upaya dalam rangka menselaraskan (mensinergiskan) program pemerintah melalui Kementerian Pertanian dalam bentuk fasilitasi sarana produksi.

5 Peran pemerintah daerah (Dinas lingkup pertanian terkait), baik di tingkat provinsi maupun kabupaten juga sangat penting karena sebagai pembina usahatani di daerah yang tentunya sangat paham dengan kondisi usahatani setempat; dan ini juga merupakan bagian dari upaya menselaraskan program tersebut. STPP dan PTN sebagai institusi PT yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan Pendampingan Program Swadaya Padi, Jagung dan Kedelai, tentunya akan berupaya melaksanakan kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Rangkaian kegiatan pendampingan yang akan dilakukan tentunya membutuhkan perencanaan yang baik dan terstruktur. B. Kerangka Pikir Keberhasilan kegiatan ini tergantung dukungan semua pihak yang terkait mulai dari tingkat kabupaten sampai di di tingkat lapangan yaitu petani yang didampingi penyuluh. Koordinasi di tingkat kabupaten, BP3K, Desa dan kelompok tani diperlukan. Kegiatan ini tergolong baru sehingga menimbulkan keraguan ditingkat petani akan keberhasilan meningkatkan produksi, efisiensi usahatani, adanya lapangan kerja, dan partisipasi petani dalam penerapan pertanian modern.

6 Upsus Peningkatan Produksi Padi Di Sukoharjo Masalah Teknis + mekanisasi Masalah Ekonomi efisiensi Partisipasi petani keyakinan Pelaksanaan pertanian modern Masalah sosial Peran petani kelompok /gapoktan Petani (pelaksana)

7 C. Hipotesis Diduga adanya pertanian modern menimbulkan keyakinan petani akan peningkatan produksi dan efisiensi rendah. Keyakian akan timbulnya penciptaan lapangan kerja baru rendah serta tingkat partisipasi dalam kegiatan pertanian modern juga rendah. D. Definisi Operasional 1. Pertanian modern adalah usahatani khususnya tanaman padi dengan menggunakan alat mesin pertanian (mekanisasi), mulai dai pengolahan tanah sampai dengan panen pada hamparan dengan luas minimal 1 ha yang dikelola secara terpadu dibawah naungan gabungan kelompok tani. 2. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan dengan upaya khusus peningkatan produksi padi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan dalam kurun waktu tertentu 3. Koordinasi adalah suatu proses untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik diantara kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu 4. Dokumentasi adalah cara menyediakan atau mengumpulkan data secara lengkap untuk kegiatan yang bertujuan untuk mencapai program upsus peningkatan padi 5. Macam kegiatan adalah keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai program upsus peningkatan padi 6. SDM, adalah keseluruhan personal yang bterlibat dalam kegiatan yang bertujuan untuk mencapai program upsus peningkatan padi 7. Sarana dan prasarana adalah alat dan bahan serta barang atau benda lain yang tersedia untuk mendukung kegiatan yang bertujuan untuk mencapai program upsus peningkatan padi 8. Keyakinan tentang produksi adalah keyakinan petani dengan adanya pertanian modern yang dikelola oleh tim yang ditentukan gapoktan akan meningkatkan produksi. 9. Keyakinan tentang efisiensi adalah adanya penghematan dalam usahatani padi dengan sistem pertanian modern

8 10. Keyakinan penciptaan lapangan kerja adalah munculnya akan usaha baru di ushasa tani padi dengan sistem pertanian modern

9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Waktu : Mei-Desember 2015 Tempat : Dalangan, Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo B. Metode Pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan skunder yaitu: 1. Badan pelaksana Penyuluhan pertanian, yaitu data Produksi, Sarana Prasarana, Penyuluh, Kelompok Tani dan macam kegiatan dalam upsus peningkatan produksi padi 2. BP3K Tawangsari, Sukoharjo. Data yang diperlukan data Produksi, Sarana Prasarana, Penyuluh, Kelompok Tani dan macam kegiatan dalam upsus peningkatan produksi padi 3. Kelompok tani Ngudi Mulyo, Ngudi Rahayu, Ngudi Rejeki, dan Asri Rata Data primer berasal dari petani yang tergabung di 4 kelompok tani sejumlah 40 orang dan masing-masing kelompok 10 orang. Pengambilan data primer menggunakan kuisioner sedangkan data skunder diambil dari BP3K Tawangsari, dan Dinas/Badan ketahan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Sukoharjo. C. Teknik Analisis Data Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Statistik yang digunakan adalah penilaian rata-rata atas keyakinan dan partisipasi petani terhadap pertanian modern. Perlu dilakukan uji normalitas menggunakan pengembangan skala model Likert sehingga diperoleh skala interval. Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data kuantitatif yang didukung data kualitatif. Data dan informasi kuantitatif dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif dan persamaan simultan untuk mencari rata-rata pencapaian. Model

10 persamaan simultan adalah model persamaan dengan menilai jumlah item jawaban responden dibagi Jumlah responden. Pengujian Hipotesis Hipotesis diuji dengan melihat kriteria yang ditetapkan yaitu tinggi atau rendah. Penentuan batas nilai mengacu pada katagori pencapaian dengan 5 skala yaitu: - sangat tinggi bila rata-rata pencapaian 80% - tinggi bila rata-rata pencapaian 60% sampai dengan < 80%, - sedang / agak rendah bila rata-rata pencapaian 40% sampai dengan < 60%, - rendah bila rata-rata pencapaian 20% sampai dengan < 40%, dan - sangat rendah bila rata-rata pencapaian < 20%. Pengujian hipotesis dilakukan setiap variabel di masing-masing metode yang diuraikan pada hipotesis dengan cara analisis yang sama, Hipotesis H 0 diterima bila rata-rata pencapaian lebih kecil dari 60%, ini berarti bila menggunakan 2 katagori maka bila pencapaian nilai 60% termasuk katagori tinggi dan bila < 60% termasuk katagori rendahdan untuk lebih rinci akan diketahui persentase pencapaian: Jumlah nilai yang didapat masing-masing varibel Rata-rata pencapaian = x 100% Jumlah nilai maximal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

11 1. Keyakinan petani akan peningkatan produksi dengan sistem pertanian modern. Kegiatan pertanian modern dengan penrapan alat mesin pertanian pada budidaya padi sawah masih merupakan sistem yang baru. Sistem ini juga dilakukan dengan penyerahan lahan dari petani untuk dikelola oleh kelompok tani dalam satu hamparan. Hasil penilaian petani tentang keyakinan diri terhadap pertanian modern disajikan seperti pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata keyakinan petani tentang peningkatan produksi pada pertanian modern Unsur-unsur keyakinan Interval Skor dicapai Persentase peningkatan produksi Skor Skor dicapai 1. waktu pengolahan tanah 2. penggunakan traktor 3. cara semai dapok 4. cara tanam dg alsin 5. benih unggul 6. jajar legowo 7. pemupukan 8. pengendalian OPT 9. cara panen 1,60 1,40 1,50 1,50 1,50 1,65 1,64 1,65 1,64 50,00 53,33 46,67 50,00 50,00 55,00 54,67 55,00 54,67 Rata-rata 52,15 Sumber : analisis data primer (2015). Petani mempunyai keyakinan rendah dalam hal dapat meningkatkan produksi dengan sistem pertanian modern. Hal ini dapat dipahami karena petani akan menyerahkan lahan sawahnya untuk dikelola oleh gapoktan, yang selanjutnya gapoktan membentuk kelompok kecil yang akan mengelola. Pengelola adalah petani yang dihimpun dalam kelompok untuk mengelola lahan untuk ditanami padi. Rendahnya keyakinan tentang meningkatkan produksi dalam hal waktu pengolahan tanah karena dengan luasan yang ada tidak sebanding dengan alat mesin/traktor. Di Dalangan, Tawangsari luas lahan pertanian modern adalah 170 ha, yang diolah dengan traktor terbatas (4 traktor roda 4 dan 2 traktor roda 2). Terbatasnya jumlah traktor, menjadikan waktu olah tanah menjadi lama sehingga akan mempengaruhi produksi. Penggunaan traktor dinilai belum semua pengelola terampil mengoperasikan sehingga petani menilai pengelola belum dapat diandalkan meningkatkan produksi padi. Semai padi menggunakan dapok merupakan teknologi baru cara semai yang dilakukan untuk memudahkan tanam menggunakan rice transplanter. Semai dilkukan di kotak

12 dengan media tertentu dan umur semai selama 15 hari. Penanaman dilakukan pada lahan yang telah diolah dan cara tanam menggunakan rice transplanter yang memerlukan ketrampilan khusus. Petani menilai bahwa para pengelola belum trampil dalam pembuatan semai dengan dapok dan menanam menggunakan rice transplanter. Hal ini yang membuat para petani pemilik lahan tidak yakin dapat meningkatkan produksi. Penggunaan benih unggul, cara tanam jajar legowo yang telah didesain dengan alat tanam, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman membuat petani kurang yakin akan kemampuan para pengelola, namun karena telah menjadi pilot proyek percontohan mereka melepas lahan untuk dikelola kelompok tani. Hasil percontohan dengan pertanian modern ternyata mampu meningkatkan produksi sebesar 14kw/ha. hal ini pada sebelum dengan pertanian modern sering terjadi puso, serangan tikus tinggi, pengaturan air yang sulit. Tenaga kerja untuk oleh tanah, tanam, penyemai, menyiang, pengendalian OPT dan panen dirasaka sulit. 2. Keyakinan petani akan efisiensi dalam pertanian modern. Pertanian modern dengan menggunakan alat mesin pertanian dalam sistem budidaya padi akan menimbulkan efisiensi. Hal ini menjawab akan kesulitan tenaga kerja mulai dari olah tanah, semai, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian dan panen. Hasil penilaian petani tentang efisensi disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata keyakinan petani tentang efisiensi pada pertanian modern Unsur-unsur keyakinan Interval Skor dicapai Persentase efisiensi Skor Skor dicapai 1. waktu pengolahan tanah 2. penggunakan traktor 3. cara semai dapok 4. cara tanam dg alsin 5. benih unggul 6. jajar legowo 7. pemupukan 8. pengendalian OPT 9. cara panen 1.42 1,42 1,43 1,43 1,65 1,64 1,65 1,64 1,66 47,33 47,33 47,67 47,67 55,00 54,67 55,00 54,67 55,33 Rata-rata 51,63 Sumber : analisis data primer (2015). Efisiensi pada pertanian modern diyakini petani masih rendah, baik dalam pengolahan tanah, penggunaan traktor, sampai dengan panen. Mereka mempunyai perhitungan bahwa

13 dengan menggunakan alat mesin pertanian tetap menggunakan bahan bakar, tenaga operasional, yang memerlukan biaya. Pengolahan lahan menggunakan traktor dinilai biaya operasionalnya sama seperti olah tanah sebelumnya atau yang biasa dilakukan. Petani menilai bahwa biaya pemeliharaan juga perlu diperhitungkan sehingga masa pakai alat mesin ini lama. Kalau terjadi kerusakan akan memerlukan biaya tinggi, sehingga secara riil akan menambah biaya. Semai dengan model dapok dinilai lebih rumit dan mahal, memerlukan kotak dan media tertentu dengan nilai lebih mahal. Panen dengan menggunakan alat panen memerlukan biaya tinggi karena harus pada luasan tertentu dan alat sendiri relatif mahal. Hasil kajian ternyata memberikan efisiensi input 30-40%, yang dapat dilakukan dengan melakukan efisiensi pada olah tanah, penggunaan benih, semai dengan model dapok, penyiangan, pemupukan, dan panen. Penerapan mekanisasi pertanian yang baru dimulai pada waktu musim tanam 2015 berhasil menekan efisiensi biaya usaha tani. Misalnya untuk keperluan tanam, dengan penggunaan rice transplanter mampu menekan biaya hingga 1,75 juta/ha. Padahal, untuk kegiatan tanam konvensional (menggunakan manusia),biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 3 juta Ha dengan kebutuhan tenaga kerja 1 Ha sekitar 20 orang dengan permesinan cukup tiga orang saja. Penanaman benih, penghematan yang diperoleh sebesar Rp 700.000/Ha. Pasalnya dengan permesinan tersebut, petani hanya membutuhkan benih sebesar 15 kg/ha saja, sementara apabila menggunakan cara konvensional, dibutuhkan volume lebih besar yakni 25 kg/ha. Kegiatan memanen dengan menggunakan combine harvester memangkas biaya Rp 500.000/Ha. Produktivitas yang dihasilkan sebesar 7,2 ton gabah kering panen (GKP)/Ha, dari sebelumnya 6 ton yang disebabkan kemampuan teknologi alat pertanian tersebut menekan susut hasil pertanian.kenaikan pendapatan Rp 4.440.000/Ha dari penerapan mekanisasi pertanian terbaru. 3. Keyakinan petani akan penciptaan lapangan kerja pada pertanian modern Usahatani padi dengan pertanian modern adalah penitikberatkan pada mekanisasi, sehingga akan mengurangi tenaga kerja dan akan akan mengganggu ekonomi rumah tangga petani. Jumlah tenaga kerja akan semakin sedikit, penggangguran akan semakin tinggi. Petani menilai bahwa adanya pertanian modern akan menimbulkan banyak penggangguran. Hasil penilaian akan keyakinan petani tentang penciptaan lapangn kerja baru disajikn seperti pada tabel 3.

14 Tabel 3. Rata-rata keyakinan petani tentang penciptaan lapangan kerja baru pada pertanian modern Unsur-unsur keyakinan Interval Skor dicapai Persentase penciptaan lapangan kerja Skor Skor dicapai 1. pengolahan tanah 2. penggunakan traktor 3. semai dapok 4. tanam dg alsin 5. benih 6. tanam jajar legowo 7. pemupukan 8. pengendalian OPT 9. panen 1.52 1.42 1.38 1.28 1.26 1.28 1.31 1.24 1.38 47.33 46.00 42.67 42.00 42.57 42.00 42.60 42.51 42.67 Rata-rata 43.37 Sumber : analisis data primer (2015). Petani secara umum mempunyai keyakinan bahwa pertanian modern tidak akan menciptakan lapangan pekerjaan baru, bahwa ada penilaian adanya mekanisasi akan menciptakan penggangguran. Semua jenis kegiatan telah dilakukan dengan alat mesin pertanian sehingga tenaga kerja sedikit. Hasil kajian menunjukan bahwa adanya pertanian menumbuhkan lapangan kerja baru yaitu jasa olah tanah, jasa benih dapok, jasa tanam menggunakan rice transplanter, panen, ternak sapi dan pembuatan pupuk kompos. Jasa tersebut dikelola secara mandiri oleh gabungan kelompok dengan memunculkan jasa. Mekanisasi pertanian kini pihaknya telah membidangi enam jenis usaha seperti persewaan traktor, mesin tanam dan mesin panen, penjualan benih padi, sewa tenaga operator, serta penjualan pupuk organik. Bersama Dinas Pertanian, pendampingan akademisi serta pengawalan dari babinsa AD, memastikan program berjalan sesesuai rencana. "Sudah banyak order sewa dari kelompok tani lain sampai kita menolak order karena sudah padat jadwal sewanya," Hasil jasa mesin pertanian selama satu musim tanam sudah dapat membeli traktor tangan seharga Rp 23 juta. 4. Partisipasi petani dalam pertanian modern Adanya pertanian modern diharapkan akan meningkatkan partisipasi petani kedalam kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Hasil kajian partisipasi petani adanya pertanian modern disajikan pada tabel 4.

15 Tabel 4. Rata-rata partisipasi petani pada pertanian modern. Unsur-unsur partisipasi Interval Skor Skor rata-rata Persentase (rata-rata) 1. kehadiran pada 2,86 95,33 penyusunan rencana kegiatan kelompok tani 2. penyampaian ide pada 2,20 73,33 penyusunan rencana kegiatan kelompok tani. 3. monitoring pada penyusunan rencana kegiatan kelompok tani 4. merancang kebutuhan pada kelompok tani 2,20 2,20 73,33 73,33 5. sumbangan alat pada 1,48 56,00 kelompok tani. 6. membantu kebutuhan 1,46 48,67 pada kelompok tani 7. mencukupi sesuatu yang 1,48 56,00 diperlukan kelompok tani. 8. keterlibatan mengerjakan pekerjaan pada kelompok tani. 2,90 96,67 9. menghitung kebutuhan pada kelompok tani. 2,70 90,00 10. menilai kegiatan 2,98 93,33 kelompok tani. 11. dalam memberi masukan 2,98 93,33 kelompok tani. Rata-rata 65.21 Sumber : analisa data primer (2015) Partisipasi petani pada kelompok tani terdiri dari unsur-unsur perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan,. Rata-rata tingkat pencapaian partisipasi petani adanya pertanian modern sebesar 65,21 termasuk katagori tinggi. Menurut Rogerss (1966) adanya informasi baru akan menambah pengetahuan petani akan memberikan efek terhadap partisipasi petani pada kelompok tani. Peran dalam kelompok tani terdapat pada perencanaan yaitu kehadiran pada pertemuan kelompok tani, penyampaian ide-ide, evaluasi, dan sebagainya. Partisipasi merupakan suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada

16 pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya (Slamet, 1980). Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi peran serta dalam suatu perencanaan, pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Petani memiliki tanggungjawab terhadap kemajuan kelompok tani dari sisi perencanaan. Sejalan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi petani dalam perencanaan kelompok tani tinggi setelah adanya pertanian modern. Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Bentuk partisipasi yang nyata bagi petani dapat berupa partisipasi uang yaitu bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Partisipasi harta benda yaitu partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau bahan-bahan tertentu. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program dan partisipasi keterampilan yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Disisi lain kelompok tani memiliki kondisi yang tidak semua anggota dapat beradaptasi, dan terdapat pula anggota yang kurang dapat beradaptasi. Hal ini akan membuat kelompok tani kurang kondusif karena adanya sebagian anggota yang berkeinginan lain dengan keinginan kelompok tani. Pengurus kelompok mempunyai peran penting untuk mencitakan kondisi sehingga anggota kelompok menjadi sejalan dengan keinginan kelompok. Adanya penyuluhan menambah wawasan, pengetahuan, dan motivasi sehingga akan merubah sikap dari kurang mendukung menjadi mendukung. Pemberian peran akan meningkatkan kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab sehingga mendukung kegiatan kelompok tani. Partisipasi dalam pelaksanaan dapat sebagai salah satu tolok ukur akan tingkat kemajuan kelompok tani. Pertanian modern dapat memotivasi peserta untuk aktif dalam kelompok tani termasuk dalam pelaksanaan.

17 V. KESIMPULAN 1. Tingkat keyakinan petani rendah bahwa adanya pertanian modern akan meningkatkan produksi. 2. Tingkat keyakinan petani rendah bahwa adanya pertanian modern akan bertani lebih efisien 3. Tingkat keyakinan petani rendah bahwa pertanian menciptakan lapangan kerja baru 4. Tingkat partisipasi petani rendah dalam kegiatan pertanian modern 5. Secara riil pertanian modern meningkatkan produksi, bertani lebih efisien dan menciptakan lapangan kerja baru. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pertanian, 2014. Pedoman Teknis Pengawalan Upaya Khusus Peningkatan Produksi padi, Jagung dan Kedelai. Kementerian Pertanian, 2014. Petunjuk Teknis Upaya Khusus Peningkatan Produksi padi, Jagung dan Kedelai. Dinas Pertanian Jawa Tengah, 2014. Data Base Padi Jawa Tengah Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014. Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan produksi padi, Jagung dan Kedelai melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya.