Konsep kenyamanan
Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Definisi nyeri
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat( priharjo,1992 ) Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Teori Specificity suggest menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord. Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yg mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya.
Fisiologi Nyeri
Proses terjadinya nyeri
1. Noisepsi Saraf parifer deteksi Panas, dingin, nyeri, sentuhan saraf sensorik primer di bangkitkan oleh
2. Pengalaman nyeri Arti nyeri bagi individu Persepsi nyeri individu Toleransi nyeri Reaksi individu terhadap nyeri
3. Teori Gate control
Sifat nyeri
Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi Nyeri bersifat subyektif dan individual Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan Nyeri mengawali ketidakmampuan Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal
Faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Etnik dan nilai budaya ex : pengobatan nyeri suku dayak
2. Tahap perkembangan
3. Lingkungan dan individu pendukung 4.Pengalaman nyeri sebelumnya 5. Ansietas dan stres
Komponen komponen nyeri
Nyeri bersifat individu Nyeri tidak menyenangka n Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi Bersifat tidak berkesudahan
Saraf saraf yang mempengaruhi 1. Tipe serabut saraf perifer Serabut saraf A-delta : Merupakan serabut bermyelin Mengirimkan pesan secara cepat Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti, otot tendon dll Biasanya sering ada pada injury akut Diameternya besar
Serabut saraf C Tidak bermyelin Diameternya sangat kecil Lambat dalam menghantarkan impuls Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus Reseptor terletak distruktur permukaan.
neurotransmitter NEUROREGULATOR neuromodulator
Jenis dan bentuk nyeri
Menurut Jenis 1. Perifer Nyeri superfisial Nyeri Viseral Nyeri alih 2. Nyeri sentral 3. Nyeri psikogenik
Bentuk nyeri Nyeri akut Nyeri kronis - 6 bulan + 6 bulan Lokasi tidak diketahui Lokasi diketahui Mudah marah imsomnia
Cara mengukur nyeri
A. Menurut Teori 1. Tipe Pengukuran Nyeri Self-report measure Observational measure (pengukuran secara observasi) Pengukuran fisiologis
2. Jenis-jenis Pengukuran Nyeri a. Pengukuran komponen sensorik Ada 3 metode yang umumnya digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri yaitu Verbal Rating Scale (VRS), Visual Analogue Scala (VAS), dan Numerical Rating Scale (NRS).
B. Menurut para tokoh 1. Hayward (1975) Skala Keterangan 0 Tidak nyeri 1 3 Nyeri ringan 4 6 Nyeri sedang 7 9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan 10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
2. McGill (McGill scale ) mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu : 0 : tidak nyeri 1 : nyeri ringan 2 : nyeri sedang 3 : nyeri berat 4 : nyeri sangat berat 5 : nyeri hebat
3. Wong_Baker
Proses keperawatan pada nyeri
A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST.
P ( pemacu ) Q ( quality) R ( region ) S ( severity ) T ( time ) : factor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri : kualitas dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat : daerah perjalan nyeri : keparahan atau intensitas nyeri :lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri
B. Diagnosis Keperawatan Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, diantaranya Nyeri akut akibat fraktur panggul Nyeri kronis akibat arthritis Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri
C. Perencanaan Keperawatan Mengurangi dan membatasi faktor faktor yang menembah nyeri Menggunakan berbagai teknik noninvasive untuk memodifikasi nyeri yang dialami Menggunakan cara cara untuk mengurangi yang optimal, seperrti memeberikan analgesic sesuai dengan program yang ditentukan
D. Pelaksanaan ( tindakan ) Keperawatan Mengurangi factor yang dapat menambah nyeri. Misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik teknik seperti pengalihan, relaksasi,stimulasi kulit Pemberian obat analgesik Pemberian stimulator listrik
Perawatan nyeri dapat diakukan dengan berbagi macam cara yaitu : 1. The effective communication proces 2. Guided imagery 3. Progressive muscle relaxation 4. Therapeutic massage 5. Applying moist heat 6. Warm soaks and sitz baths 7. Applying dry heat 8. Applying cold treatment
E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari tanpa keluhan nyeri.