BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat


BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

1

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang sangat besar bagi setiap wanita (Rusli, 2011). Kehamilan dan

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk. mendapatkan pelayanan ANC. Pada setiap kunjungan ANC, petugas

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diikuti oleh penyakit stroke (Mozaffarian, Benjamin, Go, Arnett, Blaha,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai dimasyarakat seiring berubahnya pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular. Hal ini terjadi seiring terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk. Hipertensi hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama dibidang kesehatan, tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia (Rahajeng E,dan Tuminah S. 2009). Menurut World Health Organization (WHO). 2011, ada satu milyar orang di dunia menderita hipetensi dari 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% atau milyar orang diseluruh dunia menderita hipertensi, sedang di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi. Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun keatas mengalami hipertensi pada tahun 2014 ( WHO, 2015). Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan angka prevalensi hipertensi secara nasional (25,8%), jika dibanding hasil riskesda tahun 2007 (31,7/1000) menunjukkan adanya penurunan angka 1

2 prevalensi, namun hal ini tetap perlu diwaspadai mengingat hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif antara lain penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya. Jumlah penduduk berisiko (> 15 th) yang dilakukan pengukuran tekanan darah pada tahun 2015 tercatat sebanyak 2.807.407 atau 11,03 persen. Persentase penduduk yang dilakukan pengukuran tekanan darah tahun 2015 tertinggi di Kota Salatiga sebesar 41,52 persen, sebaliknya persentase terendah pengukuran tekanan darah adalah di Kabupaten Banjarnegara sebesar 0,83persen. Kabupaten/kota dengan cakupan di Kota Tegal rata-rata provinsi adalah Jepara, Pati, Kota Magelang, dan Kota Surakarta. Di Indonesia, tahun 2014 penyakit hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu mencapai 6,8% dari populasi kematian di Indonesia. Berdasarkan Kemenkes RI. (2014), Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% dari populasi pada usia 18 tahun keatas. Prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Jawa tengah sebesar 26,4%. Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi garam, lemak gula, dan kalori, yang terus meningkat sehingga berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi ( Dinkes Provinsi Jawa Tengah 2014). Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Profil kesehatan Kabupaten Brebes tahun 2014, Perkembangan data kasus baru penyakit Hipertensi pada

3 Lansia menurut menjadi 52,91%, sedangkan penyakit Hipertensi pada Lansia tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 53,06%. Penyakit hipertensi pada tahun 2014 menunjukan adanya penurunan penyakit hipertensi, namun pada tahun 2015 terlihat kembali mulai ada kenaikan penyakit hipertensi. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 menyebutkan kasus tertinggi penyakit tidak menular (PTM) adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah khususnya pada kelompok hipertensi essensial yaitu sebanyak 497.966 (67,00%) dari total 743.204 kasus penyakit jantung dan pembuluh darah. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah yaitu 26,4% dan berada pada peringkat ke-9 pada 10 besar provinsi di Indonesia dengan kejadian kasus hipertensi terbanyak. Di Jawa Tengah prevalensi hipertensi tertinggi berada di wilayah Kota Semarang dengan prevalensi sebesar 77,10% (Dinkes Jateng, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten Brebes dari hasil pengukuran hipertensi pada tahun 2015 adalah 25,31% dengan urutan ke 17 dari 35 Kabupaten. Kabupaten / Kota dengan persentase hipertensi tertinggi adalah Wonosobo yaitu 42,82%, diikuti Tegal 40,67% dan Kebumen 39,55%. Kabupaten / Kota persentase hipertensi terendah adalah Pati yaitu 4,50%, diikuti Batang 4,75%, dan Jepara 5,55%. Sedangkan di Puskesmas Bumiayu pada tahun 2015 jumlah total keseluruhan sebanyak 1810, penderita hipertensi lansia berjumlah 200, atau 3,62%. Jumlah 200 lansia diambil dari data bulan Januari sampai Agustus 2016 yang menderita

4 penyakit hipertensi pada usia 50 tahun keatas, lansia yang berobat sebanyak 189 lansia dengan tekanan darah >150/90mmHg. Kebanyakan lansia yang berobat di Puskesmas Bumiayu adalah lansia yang baru memeriksakan tekanan darahnya ke Puskesmas Bumiayu, dan kebanyakan lansia yang melakukan pemeriksaan ke Puskesmas Bumiayu datang sendiri tanpa keluarganya. Menurut Wulandari (2015), hasil penelitian yang dilakukan observasi dan wawancara dengan lansia pada tanggal 20 maret 2015 di Puskesmas Kalimanah Purbalingga pada 8 lansia penderita hipertensi yang sedang memeriksakan diri ke Puskesmas Kalimanah, 6 dari 8 lansia yang memeriksakan dirinya tidak didampingi oleh keluarganya melainkan lansia datang sendiri. Berdasarkan pertanyaan kedua tentang pola makan 5 dari 8 lansia mengatakan dalam makanan sehari hari mereka makan bersama keluarga dengan menu yang sama seperti makan daun singkong, kacang2an, dan daging, yang berarti lansia tidak melakukan diet yang dianjurkan oleh penyakit hipertensi. Keluarga jarang mengingatkan makanan apa saja yang harus dihindari bagi penderita hipertensi. Dan berdasarkan pertanyaan ketiga, 2 dari 8 lansia mengatakan anggota keluarga nya jarang menganjurkan untuk melakukan olahraga. Pada pertanyaan keempat tentang aturan meminum obat 5 dari 8 lansia mengatakan keluarga tidak pernah mengingatkan untuk minum obat secara teratur. Motivasi akan terlaksana bila seseorang itu tahu manfaat yang bisa diambil dan didukung oleh pengetahuan yang memadai tentang hipertensi

5 (Waspadji, 2007). Selain pengetahuan, dukungan keluarga inti (ayah, ibu dan anak) juga sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan motivasi pasien hipertensi dalam melaksanakan diet rendah garam (Friedman, 2010), serta keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perannya bagi salah satu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Kuspiatiningsih, 2009). Keluarga menjadi support sistem dalam kehidupan pasien hipertensi, agar keadaan yang dialami tidak semakin memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi. Keluarga dapat membantu pasien hipertensi antara lain dalam mengatur pola makan yang sehat, mengajak olahraga bersama, menemanidan mengingatkan untuk rutin dalam memeriksa tekanan darah. Jadi, dukungan keluarga diperlukan oleh pasien hipertensi yang membutuhkan perawatan dengan waktu yang lama dan terus-menerus (Setiadi, 2008). Dukungan dari keluarga dan sahabat sangat diperlukan dalam penanganan penderita hipertensi. Dukungan dari keluarga merupakan faktor terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan keluarga akan menambah rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan hidup. Hal ini keluarga harus dilibatkan dalam program pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pasien, mengetahui kapan keluarga harus mencari pertolongan dan mendukung kepatuhan terhadap pengobatan. Keluarga menjadi support system dalam kehidupan penderita hipertensi, agar

6 keadaan yang dialami tidak semakin memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi. Dukungan keluarga juga diperlukan untuk mengurangi risiko kekambuhan. Keluarga dapat membantu dalam perawatan hipertensi yaitu dalam mengatur pola makan yang sehat, mengajak berolahraga, menemani dan meningkatkan untuk rutin dalam memeriksa tekanan darah (Setiadi, 2008). Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan terpengaruhi, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal (Friedman, 2010). Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari Persepsi (perception), respon terpimpin (Guided Respons), mekanisme (mecanism), adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003). Perawatan dalam hipertensi diantaranya dalam ketaatan pengobatan meliputi perlakuan khusus mengenai gaya hidup seperti diet, istirahat dan olahraga serta konsumsi obat termasuk didalamnya jenis obat yang dikonsumsi, berapa lama obat harus dikonsumsi, kapan waktu atau

7 jadwal minum, kapan harus dihentikan dan kapan harus berkunjung dalam mengontrol tekanan darah, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut (Notoatmodjo, 2012). Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti dengan observasi yang dilakukan di desa Dukuhturi Bumiayu, terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pengetahuan tentang hipertensi yang kurang baik, tidak adanya pengawasan dari pihak keluarga terhadap keteraturan dalam minum obat, stress, serta kebiasaan hidup seperti merokok, pola makan dan konsumsi garam dapur yang berlebihan. Posyandu lansia yang terdapat di wilayah Bumiayu masih belum banyak dimanfaatkan oleh lansia termasuk lansia yang menderita hipertensi, dikarenakan banyaknya lansia belum mengetahui manfaat dengan mengikuti kegiatan posyandu lansia. mereka juga mengeluh sering pusing, sulit tidur, banyak fikiran, sakit kepala dan tampak tegang. Mereka juga mengungkapkan kurangnya perhatian dari anggota keluarga, dan tidak pernah mengontrol kesehatan ke layanan kesehatan terdekat. Perawatan Hipertensi yang mereka lakukan bila tekanan darah naik adalah dengan merebus timun dan biasanya dibiarkan saja. Mereka tidak melakukan sesuatu yang dianjurkan ataupun dilarang bagi penderita hipertensi. Enam dari tujuh lansia mengungkapkan kurangnya pengetahuan tentang perawatan hipertensi. Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga

8 terhadap Perilaku Perawatan Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Bumiayu Brebes. B. Rumusan Masalah Pengambilan data awal di Puskesmas Bumiayu menunjukan bahwa jumlah penderita hipertensi pada tahun 2016 bulan Agustus berjumlah 70 penderita hipertensi, kemudian dibulan September meningkat menjadi 85 penderita hipertensi. Jumlah dari tahun 2016 sebanyak 1810 penderita hipertensi, kebanyakan penderita hipertensi berusia diatas 50 tahun. Pada usia tersebut biasanya kurang memperhatikan kesehatan dan pola hidupnya, lebih bersikap acuh pada dirinya sendiri sehingga memicu timbulnya berbagai penyakit salah satunya adalah hipertensi. Perawatan hipertensi yang mereka lakukan bila tekanan darah naik adalah dengan merebus timun dan tidak mengontrol kepelayanan kesehatan yang terdekat misalnya puskesmas atau posyandu lansia, mereka tidak melakukan sesuatu yang dianjurkan ataupun dilarang bagi penderita hipertensi. Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada enam lansia mengungkapkan kurangnya pengetahuan tentang perawatan hipertensi. Sedangkan pada keluarga kurangnya perhatian kepada lansia yang menderita hipertensi, dan pada pola makan keluarga belum bisa mengaturnya, masih sering mengonsumsi garam dapur yang berlebih. Lansia yang berobat di Puskesmas Bumiayu adalah lansia yang datang sendiri tanpa didampingi oleh keluarganya. Dengan seperti itu maka akan menambah jumlah orang

9 yang terkena hipertensi di Puskesmas Bumiayu. Dari pernyataan diatas dapat dirumuskan suatu masalah penelitian tentang Bagaimanakah Pengaruh tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap perilaku perawatan Hipertensi pada lansia di Puskesmas Bumiayu Brebes. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap perilaku perawatan hipertensi pada lansia di Puskesmas Bumiayu Brebes. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan lansia di Puskesmas Bumiayu b. Mengetahui dukungan keluarga pada lansia di Puskesmas Bumiayu c. Mengetahui perilaku perawatan hipertensi pada lansia di Puskesmas Bumiayu d. Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan pada lansia di Puskesmas Bumiayu e. Mengetahui Pengaruh dukungan keluarga pada lansia di Puskesmas Bumiayu f. Mengetahui perbandingan pengaruh tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga di Puskesmas Bumiayu

10 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dikategorikan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan bagi kesehatan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap perilaku perawatan hipertensi pada lansia di Puskesmas Bumiayu. Serta sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan sekaligus menambah wawasan mengenai hipertensi agar mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga medis, khususnya tenaga keperawatan terkait untuk melakukan pendidikan kesehatan pada lansia yang tidak mengetahui tentang hipertensi dan memberikan dorongan untuk sering mengontrol ke posyandu lansia atau puskesmas dengan keterlibatan keluarga dalam pengendalian tekanan darah dengan memberikan dukungan sosial. b. Bagi Profesi Keperawatan Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat penelitian ini dapat memberikan tindakan untuk melakukan diit hipertensi tentang

11 kemampuan merawat penderita hipertensi serta untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan terutama dibidang keperawatan. c. Bagi Keluarga Bisa menjadi masukan, panduan dalam melakukan perawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi, khususnya keluarga dengan lansia. d. Bagi Instansi Terkait Sebagai bahan informasi tentang pengaruh tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap perilaku perawatan hipertensi pada lansia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan dan antisipasi dari masalah kesehatan terutama pada perilaku perawatan hipertensi. e. Bagi Peneliti Untuk menerapkan ilmu yang didapat dari akademik dalam kehidupan nyata khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan keluarga sebagai referensi penelitian bagi penelitian berikutnya dan sebagai bahan perbandingan untuk melanjutkan penelitian yang lebih kompleks.

12 E. Penelitian Terkait Beberapa penelitian terkait dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti antara lain : 1. Prasetyo, Tri. 2013. Dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di desa Blulukan kecamatan Colomadu kabupaten Karanganyar. Desain penelitian ini menggunakan penelitian Kualitatif dengan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian yang menjadi sampel yaitu semua lansia yang ikut dalam posyandu lansia yang menderita hipertensi di desa Blulukan Colomadu Karanganyar yang berjumlah 78 lansia. Pada penelitian ini sampel diambil dengan cara total sampling. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuisioner. Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan tabel atau grafik, sedangkan analisis bivariat hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan menggunakan uji Chi Square. Hasil uji statistic Chi Square diperoleh nilai 2 = 10,530 dengan p = 0,032. p<0,05 maka hipotesa penelitian yang diambil adalah Ho ditolak, yang artinya terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Semakin tinggi tingkat pengetahuanya semakin tinggi upaya pencegahan kekambuhan hipertensi di desa Blulukan. Kesimpulan nya Ada hubungan antara tingkat

13 pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. a. Persamaan : Metodologi penelitian Tri prasetyo sama-sama menggunakan model desain kuantitatif dengan metode cross sectional dan analisa data menggunakan menggunakan uji chi square. b. Perbedaan : Penelitian Tri pasetyo menggunakan desain deskriptif korelatif dan teknik sampel yang digunakan yaitu total sampling. Sedangkan penelitian saya menggunakan desain penelitian survei analitik, teknik sampel yang digunakan dalam penelitian saya menggunakan teknik random sampling. 2. Susriyanti, dkk. 2013. Dengan judul Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku perawatan hipertensi pada lansia di gamping sleman yogyakarta. Desain Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilakukan di RT 06 dan Rt 07 Niten Padukuhan Karang Tengah Gamping Sleman Yogyakarta dengan sampel sebanyak 30 orang yang dipilih dengan teknik Purposive Sampling. Analisis data menggunakan Spearman Rank. Hasil: Penelitian menunjukkanadahubungan antara dukungan keluarga dan kejadian hipertensi pada lansia (p = 0,000, r = 0,702). Diketahuai kejadian hipertensi pada lansia di RT 06 dan RT 07 Niten adalah sebesar

14 58,82% (sebanyak 30 orang dari 51 populasi lansia).tingkat dukungan keluarga pada lansia di Padukuhan Karang Tengah Gamping Sleman termasuk dalam kategori tinggi dan perilaku perawatan hipertensi yang dilakukan lansia di Padukuhan Karang Tengah Gamping Sleman termasuk dalam kategori cukup dan baik. a. Persamaan : Penelitian Susriyanti sama- sama menggunakan pendekatan cross sectional b. Perbedaan : Penelitian Susriyanti menggunakan penelitian korelasional, teknik sampel menggunakan teknik purpose sampling dan analisa data menggunakan Spearman Rank. Sedangkan pada penelitian saya menggunakan penelitian survei analitik, teknik sampel yang digunakan dalam penelitian saya dengan menggunakan teknik random sampling dan analisa data menggunakan uji chi square. 3. Weriana, Agus. 2015. Dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Karanganyar Kecamatan Jatilawang. Metode yang digunakan menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi diwilayah desa Karanganyar KecamatanJatilawang Kabupaten Banyumas pada Desember 2014 berjum;lah 50 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Analisa data yang digunakan uji chi square. Hasil

15 sebagian besar berpengetahuan rendah sebanyak 26 responden ( 52,0% ), berperilaku buruk sebanyak 29 responden ( 58,0% ) dan tidak melakukan kontrol tekanan darah sebanyak 31 responden ( 62,0 % ). Ada hubungan antara pengetahuan ( p= 0,001 ) dan perilaku ( p= 0,0001 ) penderita hipertensi dengan kontrol tekanan darah di Desa Karanganyar. a. Persamaan : Dalam penelitian Agus Weriana sama-sama menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dan analisa data yang digunakan menggunakan uji chi square. b. Perbedaan : Dalam penelitian Agus Weriana teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Sedangkan penelitian saya dengan menggunakan teknik random sampling. 4. Saputra, Jevri rahayu.2013. Hubungan antara dukungan sosial keluarga, pengetahuan dan sikap dengan perilkau pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas 1 Banyumas Kabupaten Banyumas. Dengan metode Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan crossectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan hipertensi yang memeriksakan tekanan darahnya pada Puskesmas selama 3 bulan terkahir yaitu 131 orang. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan simple Random Sampling dengan jumlah sampel 57 orang. Hasil dan Kesimpulan Ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dan sikap ( p-

16 value 1= 0,026, p- value 2= 0,016 ) terhadap perilaku pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi diwilayah kerja puskesmas 1 Banyumas kabupaten Banyumas dan tidak ada hubungan antara pengetahuan ( p- value =0,694 ) terhadap perilaku pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Banyumas kabupaten Banyumas. a. Persamaan : Dalam penelitian Jevri Saputra sama-sama menggunakan pendekatan cross sectional, sampel yang digunakan menggunakan simple random sampling dan Analisa data menggunakan uji chi square b. Perbedaan : Dalam penelitian Jevri Saputra menggunakan desain deskriptif korelasi. Sedangkan penelitian saya menggunakan survei analitik. 5. HH Hu, et all. 2014. The association of family social support, depression, anxiety and self-efficacy with specific hypertension self-care behaviours in Chinese local community. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif. Sampel sebanyak 318 pasien hipertensi yang tinggal di masyarakat Beijing. Analisa data menggunakan chi square. Hasil dari penelitian ini yaitu Informasi tentang demografi dan hipertensi variabel jumlah responden sebanyak 318 pasien adalah 62,9 tahun, mayoritasnya adalah perempuan (71,7%) dan hampir 69,8% dari subyek yang memiliki < 6 tahun pendidikan. Selain itu, rata-rata jumlah diagnosis hipertensi adalah 8,2. Untuk perilaku perawatan diri secara medis yaitu 61,3%, dari

17 pasien melaporkan minum obat yang diresepkan yaitu 44,3% dilaporkan mengukur tekanan darah secara teratur. Kepatuhan terhadap perilaku perawatan diri berhubungan dengan gaya hidup yaitu 51,9-81,1% dari pasien. Tingkat yang dilakukan oleh dukungan sosial keluarga untuk pengobatan hipertensi dari sumber dukungan yang berbeda dan bervariasi yaitu 0,46-3,25. (Tingkat tertinggi dukungan adalah 5) pada skala Likert, dan rata-rata skor total adalah 20,91 (maksimum adalah 60). anak dewasa diidentifikasi sebagai sumber dukungan utama (meannya adalah 3,25 dari 5 tingkat tertinggi dukungan) diikuti oleh pasangan / partner (rata-rata adalah 2,98 dari 5) dan badan profesional (rata-rata adalah 2,85 dari 5). Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara jumlah dukungan sosial keluarga dan usia variabel demografis, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan tahun sejak diagnosis ditemukan. a. Persamaan : Dalam penelitian Hu HH,Li G, Arao T, Analisa data menggunakan uji chi square dengan pendekatan cross sectional. b. Perbedaan : Dalam penelitian Hu HH, Li G, Arao T,menggunakan desain deskriptif korelasi. Sedangkan penelitian saya menggunakan survei analitik.