1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Danone Indonesia atau biasa disebut fresh dairy plant mulai beroperasi pada Desember 2007 dan launching produk pada awal tahun 2008. PT. Danone Indonesia memproduksi Milkuat yogurt cup (80 gr), Activia yoghurt cup (80 gr), Milkuat fermented milk : Flipper (Bottle 70 ml). Tahapan produksi yang dilalui dimulai dari pasokan fresh milk, prepasteurisasi, penyimpanan storage tank (fresh milk), mixing, triblender, batching, filtrasi, heating, homogenizer, fermentasi, cooling, storage, filling, printing, pasteurisasi, labelling, cartoning, palletizing, dan penyimpanan di gudang (warehouse finish good). PT. Danone Indonesia memiliki tujuan untuk menghasilkan produk yang bernutrisi tinggi kepada konsumen dengan harga terjangkau dan kualitas yang tinggi serta aman dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kepuasan konsumen dan membangun kepercayaan yang tinggi. Namun, masih ditemui adanya aktivitas tidak bernilai tambah (nonvalue adding activity). Hal ini, sebagai akibat dari terjadinya trouble quality, scraps, reject, dan quality check, aktivitas ini pada akhirnya menyebabkan material losses produksi bertambah tinggi. Tingkat material losses produksi berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan dan meningkatkan biaya produksi perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meminimalkan material losses tersebut.
2 Penurunan material losses diharapkan dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan produktivitas perusahaan dan memanfaatkan sumber-sumber produksi yang lebih baik. Usaha perbaikan pada industri, dilihat dari segi peralatan, adalah dengan meningkatkan kegunanaan peralatan yang ada seoptimal mungkin (Nakajima, 1988). Pada praktiknya, seringkali usaha perbaikan yang dilakukan tersebut hanya pemborosan, karena tidak menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya. Usaha perbaikan yang tidak efektif disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas permasalahan yang terjadi dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Untuk itu diperlukan suatu metode yang mampu mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar dapat melakukan peningkatan kinerja peralatan dengan optimal (Jonsson dan Lesshammar, 1999). Proses produksi PT. Danone Indonesia menggunakan sistem batch (maksimal 5 ton per mixing). Tingkat material losses pada proses produksi Activia yoghurt cup dan Milkuat yoghurt cup sebesar 7 % per batch. Material tertinggal dalam pipa dan terbuang sebagai dampak dari sistem sanitasi CIP (Cleaning In Place). Untuk itu manajemen industri melakukan upaya perbaikan terus-menerus untuk menekan tingkat material losses paling optimal (Target 5% dari total batch). Upaya tersebut diwujudkan dengan perbaikan set counter flushing setiap tahunnya. Namun, perbaikan yang dilakukan tidak efektif karena produk mengalami kontaminasi. Kontaminasi disebabkan kualitas supplai air bersih untuk flushing rendah, sehingga perbaikan set counter flushing menjadi tidak efektif.
3 Pada kondisi saat ini, telah dilakukan perbaikan kualitas supplai air bersih yang digunakan untuk flushing. Perbaikan berupa penambahan indikator ultraviolet, pergantian jenis filter, serta inspeksi QA diawal dan akhir produksi (Start up- Shut Down). Perbaikan kualitas supplai air bersih untuk flushing tersebut telah menjadi langkah awal untuk implementasi kembali perbaikan set counter flushing dalam agenda proyek reduce material losses 2013. Pihak manajemen industri PT. Danone Indonesia menjalin kerjasama dengan akademisi untuk melakukan riset pengurangan material losses dalam bentuk internship programme. Pemetaan (mapping) material losses dalam proses produksi di PT. Danone Indonesia perlu melakukan observasi awal industri seperti peta proses operasi, tingkat efisiensi, dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan pemborosan. Untuk lebih detail dalam menganalisis material losses dalam upaya meningkatkan efisiensi dapat dioptimalkan dengan beberapa tools antara lain, optimasi set counter flushing dengan analisis total padatan terlarut dan derajat brix. Pemetaan material losses (neraca massa) menghasilkan informasi berupa indikasi material losses dari industri PT. Danone Indonesia, dan bila terdapat pemborosan yang berpengaruh pada rendahnya efisiensi produksi, maka dapat direduksi dengan metode yang telah dipaparkan. Dengan tingkat efisiensi yang optimal, PT. Danone Indonesia diharapkan dapat terus bersaing dengan industri yang lain.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi aliran produksi pada industri PT. Danone Indonesia, maka dapat diketahui bahwa pokok permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah terdapat material losses di proses produksi. Hal ini dikarenakan terdapat material yang tertinggal di dalam pipa mulai dari mixing, pasteurisasi, ferment tank, storage tank, hingga filling. Material yang tertinggal diakibatkan proses flushing yang terjadi setiap batch setelah dilakukan sterilisasi CIP (Cleaning In Place). Tingkat efisiensi produksi rendah yang akan berpengaruh terhadap profit (rendah) yang dihasilkan dapat dilakukan analisis perbaikan untuk lebih baik. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini berfokus pada masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini diberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian difokuskan pada proses produksi di PT. Danone Indonesia. 2. Penelitian material losses di proses produksi fresh dairy cup (Activia yoghurt cup dan Milkuat yoghurt cup). D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan : a. Mengidentifikasi sumber pemborosan (material losses) pada proses produksi PT. Danone Indonesia berdasarkan mass balance.
5 b. Menentukan tingkat material losses awal (existing) proses produksi PT. Danone Indonesia (Activia yoghurt cup dan Milkuat yoghurt cup). c. Membuat usulan perbaikan untuk menurunkan material losses. E. Manfaat Penelitian 1. Sebagai usulan perusahaan untuk memperbaiki proses produksi agar didapatkan tingkat efisiensi industri yang baik. 2. Perusahaan dapat mengetahui proses produksi yang berpotensi menghasilkan pemborosan sehingga dapat dilakukan tindakan preventif. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi di perusahaan. 3. Memberikan solusi untuk dapat mengurangi pemborosan yang terjadi dalam kaitannya meningkatkan efisiensi produksi. 4. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan dan pembahasan terhadap masalah yang sama pada masa yang akan datang.