DESKRIPSI MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA IKIP PGRI PADA MATERI VEKTOR

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

DESKRIPSI KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL TIPE NHT BERBANTUAN LKS PADA MATERI GLB DI SMP

PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH

MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

REMEDIASI KESALAHAN BELAJAR SISWA TENTANG VEKTOR DENGAN PEMBERIAN BOOKLET DISERTAI UMPAN BALIKKELAS X ARTIKEL PENELITIAN. Oleh:

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP

PENERAPAN QUICK FEEDBACK DENGAN RAINBOW CARD UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK MTs MATERI HUKUM ARCHIMEDES

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BOOKLET UNTUKMEREMEDIASI KESALAHAN SISWA PADA MATERI PEMUAIAN ZAT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 TANGARAN KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

Keywords: Concepts, Misconceptions, Certainty Response Indeks (CRI).

PENYEBAB DAN REMEDIASI MISKONSEPSI GAYA MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM ARCHIMEDES DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR ARTIKEL PENELITIAN.

ANALISIS MISKONSEPSI DAN TINGKAT KETERBACAAN BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XII PADA MATERI LISTRIK STATIS

EFEKTIVITAS RESPONSI TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TEORI BILANGAN

IDENTIFIKASI MISKONSESPI SISWA PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG KELAS VIII DI MTsN RUKOH

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN FLIP CHART UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG GETARAN DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI PADA BAHASAN MASSA JENIS MELALUI WAWANCARA KLINIS MENGGUNAKAN TEKNIK DEMONSTRASI DI SMPIT

Konsepsi Mahasiswa Tentang Cepat Rambat Gelombang Pada Permukaan Air

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG TUMBUKAN MENGGUNAKAN MODEL LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MEDIA ANIMASI DI SMA

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013,

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG GMB MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN GUIDED NOTE TAKING DI SMA

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM I NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TGT DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES DI SMP

REMEDIASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GAS IDEAL MELALUI METODE LEARNING TOGETHER DI SMA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK FARMASI JEMBER ARTIKEL

THE EFFECT OF THE READING REFUTATION TEXT TO STUDENT S MISCONCEPTIONS REMEDIATION OF ACID BASE CONCEPT IN XI SCIENCES CLASS SMA NEGERI 4 PONTIANAK

diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa.

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

BAB III METODE PENELITIAN

PENYEDIAAN BOOKLET UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GERAK LURUS DI MAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG USAHA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF BERBANTUAN REFUTATION TEXT DI SMA

PEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES

PENGARUH REMEDIASI TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA SMA KELAS X

MISKONSEPSI SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 04 SALATIGA TENTANG GAYA GRAVITASI DAN PEMBELAJARAN REMEDIASINYA

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

Pemahaman Konsep Hubungan antara Arah Gaya, Kecepatan dan Percepatan dalam Satu Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru Fisika FKIP Universitas Tadulako

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN JIGSAW BERBANTUAN BOOKLET KELAS VIII SMP

ISSN SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 2, No. 2, Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REMEDIASI MISKONSEPSI RANGKAIAN LISTRIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF BERBANTUAN PhET SIMULATION DI SMA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN READING INFUSION SQ3R UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA SMK TENTANG GERAK JATUH BEBAS ARTIKEL PENELITIAN OLEH

III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MULTIREPRESENTASI PADA USAHA DAN ENERGI DI SMA

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

PENGARUH PENGGUNAAN KIT IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

REMEDIASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN TEKA-TEKI SILANG TENTANG GETARAN DI SMP

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Identifikasi miskonsepsi, diartikan sebagai suatu upaya penyelidikan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2009:54) Metode deskriptif adalah suatu

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh

PEMBERIAN KOREKSIAN JAWABAN DISERTAI PENJELASAN UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA PADA PEMANTULAN CAHAYA DI SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK PADA SUB MATERI HUKUM ARCHIMEDES SMP

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI CERMIN DI SMP NEGERI 7 SUNGAI RAYA

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI DENGAN MODEL GENERATIF DALAM PEMBELAJARAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN DI SMA

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP MAHASISWA PRODI FISIKA FMIPA UNIMED PADA MATERI VEKTOR. Winsyahputra Ritonga. Abstrak

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Perlakuan dalam

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

PENGARUH MODEL WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SDN 36 PONTIANAK KOTA

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIS MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DI SMA ARTIKEL OLEH CLAUDIA ALFENSIANITA NIM F

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan apa adanya tentang kemampuan guru. dalam menyusun tes multiple choice. Dalam penelitian ini hanya ada satu

BAB III METODE PENELITIAN

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA FLUIDA STATIS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, DAN EXPLAIN DI SMA

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM SOLVING MATERI SUHU DAN KALOR DI MAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH:

REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN MELALUI RECIPROCAL TEACHING DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga. dengan grafik, bagan, gambar atau tampilan lain.

BAB III METODE PENELITIAN

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

DESKRIPSI MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA IKIP PGRI PADA MATERI VEKTOR Eka Trisianawati 1, Nurussaniah 2 1,2 Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Pontianak, Jalan Ampera No.88 Pontianak 1 e-mail: ekatrisianawati@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata miskonsepsi mahasiswa Pendidikan Fisika IKIP PGRI pada materi vektor. Penelitian ini menggunakan metode deskrptif dengan jenis penelitian survey. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Semester 4 Program Studi Pendidikan Fisika Tahun Akademik 2010/2011 IKIP PGRI Pontianak. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik intact group terdiri dari dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Pengumpulan data menggunakan tes diagnostik dengan bentuk tes pilihan ganda terdiri dari 3 alternatif pilihan dengan alasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) rata-rata persentase mahasiswa yang mengalami miskonsepsi pada penelitian ini yaitu 45,79%; (2) miskonsepsi mahasiswa tentang pengertian vektor sebesar 22,7%; (3) miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode grafis sebesar 29%; (4) miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode pangkal ujung sebesar 38,63%;(5) miskonsepsi mahasiswa tentang menentukan resultan vektor pada model poligon sebesar 70,92%;(6) miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode jajargenjang sebesar 67,73%. Kata kunci: deskripsi, miskonsepsi, vektor Abstract The aims of this research is to know the average missconception student of Physics Education IKIP PGRI about vector subject. This research use deskriptif methode with survey research. The population are all of the student in fourth semester of Physics Education IKIP PGRI Pontianak. The sample of this research choose by intact group technique consist of two class, A class and B class. The data collective by use diagnostic test with reasoning multiple choise consist of three alternatif. The result of this research is(1)the average percentage of student that have misconception is 45,79%; (2) student that have misconception about explaination of vector is 22,7%; (3) student that have misconception about summerage vector with graphis methode is 29%; (4) student that have misconception about vector with end of the base methode 38,63%;(5) student that have misconception about vector resultan model poligon models is 70,92%;(6) student that have misconception about summerage vector with pararellogram methode is 67,73%. Keyword: description, misconception, vector PENDAHULUAN Fisika adalah ilmu yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda (Giancoli, 2001: 1). Hal ini juga ditegaskan oleh Sutrisno (2007: 27) yang mengungkapkan bahwa fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari tentang struktur dan interaksi materi yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang sistem alam dan rekayasa. Oleh karena itu fisika merupakan ilmu yang harus dipelajari baik dari jenjang sekolah dasar maupun perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan fisika para pendidik kerap kali menemukan bahwa para peserta didik mempunyai konsep yang berbeda dengan konsep yang diterima oleh para ahli ataupun secara ilmiah. Konsep yang berbeda itu sering disebut miskonsepsi (Suparno, 2005). 17

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 3, No. 1, Juni 2014 Peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran fisika secara formal sudah membawa konsep awal tentang fisika yang diperolehnya berdasarkan pengalaman sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tradisi konstruktivisme yang merupakan suatu aliran psikologi kognitif, yang berpendapat bahwa arti suatu keadaan tidak terletak dalam kenyataan itu sendiri, tetapi manusia yang membangun arti dari kenyataan itu (Van den Berg, 1991: 12). Konsep yang mereka bawa tersebut dapat sesuai dengan konsep ilmiah tetapi juga dapat tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) sebagai salah satu bagian dari Perguruan Tinggi dituntut untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan berkualitas tinggi. Kualitas lulusan LPTK dapat dilihat dari output dan outcome yang dihasilkannya. Output merupakan pretasi belajar mahasiswa yang dicapai selama mengikuti kegiatan perkuliahan, sementara outcome adalah sejauh mana mahasiswa lulusan LPTK tersebut dapat diterima dan menerapkan ilmu yang telah diperolehnya saat bekerja sesuai bidang profesinya. Miskonsepsi yang terjadi secara terus-menerus akan mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah dan akan sulit untuk diubah, atau yang sering disebut resistan (Nasrun, 2010: 1). Hal ini jika terjadi pada mahasiswa pendidikan fisika sebagai calon pengajar fisika merupakan suatu yang fatal yang dapat berdampak buruk ketika mereka telah terjun di dunia pendidikan dan mentransfer ilmu fisika pasa siswa khususnya sekolah menengah. Wandersee, Mintzes dan Novak (dalam Suparno, 2005: 11) menjelaskan bahwa miskonsepsi terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep miskonsepsi terjadi dalam semua bidang fisika, dari studi tersebut bidang mekanika merupakan miskonsepsi yang berada di urutan teratas. Hal ini mungkin terjadi karena mekanika merupakan bahan awal dan utama di SMA maupun di tahun-tahun pertama pergurusn tinggi. Salah satu materi mekanika adalah vektor. Aguirre (dalam Suparno, 2005: 13) mengungkapkan bahwa salah satu miskonsepsi mahasiswa tentang vektor adalah dalam hal gerak. Kecepatan adalah sifat intrinsik dari suatu benda yang sedang bergerak, dan itu independen disetiap kerangka referensi. Mahasiswa beranggapan bahwa kecepatan suatu benda, meski diukur dari dua kerangka referensi yang berbeda, tetap sama. Oleh karena itu materi vektor layak diteliti. Suparno (2005: 55) mengatakan ada tiga langkah untuk membantu mengatasi miskonsepsi yaitu: 1. Mencari atau mengungkapkan miskonsepsi yang dilakukan mahasiswa 2. Menemukan penyebab miskonsepsi tersebut 18

3. Memilih dan menerapkan perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi tersebut. Hal yang pertama dilakukan untuk mengatasi miskonsepsi adalah mencari atau mengungkapkan miskonsepsi mahasiswa maka perlu dilakukan penelitian tentang Deskripsi Miskonsepsi Mahasiswa Pendidikan Fisika IKIP PGRI pada Materi Vektor. METODE Penelitian dilaksanakan di Program Studi PendidikanFisika IKIP PGRI Pontianak yang berlamat di Jl. Ampera, Pontianak. Penelitian dilaksanakan pada Semester 4 Tahun Akademik 2010/ 2011. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia. Menurut Nawawi (2005: 63) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subyek/obyektif penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian survey. Penelitian survey bertujuan memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketerangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun daerah (Nazir dalam Nasrun, 2010) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pendidikan fisika IKIP PGRI Pontianak semester 4 tahun akademik 2010/2011. Ada dua kelas yaitu kelas pagi dan kelas sore. Teknik sampling yang digunakan teknik intact group (kelompok utuh). Menurut Sutrisno (1990: 41) kelompok utuh dipilih untuk dijadikan sampel berdasarkan kelasnya. Intact group dipilih karena kelas bersifat homogen dengan kemampuan mahasiswa yang sama pada seluruh kelas, baik dengan tingkat rendah, sedang dan tinggi. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara memilih kelas secara acak, dengan cara cabut undi. Cabut undi dilakukan dengan membuat kertas yang bertuliskan kertas-kertas yang ada, kertas digulung dan dipilis salah satunya. Alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes. Arikunto (2007: 150) menyatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau 19

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 3, No. 1, Juni 2014 bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnosik. Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh mahasiswa dalam suatu mata pelajaran tertentu (Apriana, 2010: 45). Tes diagnostik juga bertujuan ingin menemukan atau mendiagnosa konsepsi awal yang sudah ada dalam benak siswa atau pengetahuan dasar yang menjadi landasan untuk dapat menerima pengatahuan selanjutnya (Sudjono, 2008: 70). Dalam penelitian ini, tes diagnostik digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman mahasiswa pada konsep vektor yang telah diajarkan. Bentuk tes yang digunakan adalah pilihan ganda dengan alasan. Tes pilihan ganda ini terdiri dari tiga alternatif pilihan. Hal ini digunakan karena paling efektif dibandingkan dengan empat atau lima pilihan (Sutrisno, 1997: 11) Jawaban mahasiswa yang tidak miskonsepsi jika pilihan dan alasan benar sedangkan jawaban mahasiswa diduga mengandung miskonsepsi jika pilihan benar alasan salah, pilihan salah alasan benar, jawaban dan alasan salah serta tidak menjawab (Suparno, 2005: 124). Tes pilihan ganda ini dikatakan sebagai alat ukur data yang baik jika valid dan reliabel. Tes ini dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan) dan reliabel jika digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang sama (konsisten) (Sugiyono, 2008:175) Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data tes tertulis pilihan ganda dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Membandingkan konsepsi mahasiswa dengan konsepsi para ahli yang ada pada kunci jawaban dari soal. Contoh tabel analisa jawaban dan alasan tiap butir soal tersaji pada Tabel 1. 2. Menghitung jumlah persentase mahasiswa yang memiliki jumlah konsepsi yang berbeda dengan konsep para ahli dan mentabulasikan hasilnya. Contoh tabel rekapitulasi miskonsepsi. Tabel 1 Analisa Jawaban dan Alasan Tiap Butir Soal Soal Konsepsi Ilmuan Pilihan Alasan Mahasiswa Jumlah % Total % a b c Total Miskonsepsi 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsepsi mahasiswa setelah mengalami proses belajar mengajar sering dijumpai ketidak sesuaian dengan konsepsi ilmuan. Hal ini yang disebut dengan miskonsepsi. Miskonsepsi mahasiswa tentang usaha dianalisis secara kualitatif. Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis miskonsepsi mahasiswa tentang vektor adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis jawaban dan alasan mahasiswa yang terungkap dalam kalimat pada lembar jawaban. Karena jawaban dan alasan yang diungkapkan mahasiswa sangat bervariasi, maka perlu dikelompokkan. Pengelompokkan ini dilakukan dengan cara menganalisis kesamaan gagasan pokok setiap kalimat jawaban mahasiswa. 2. Membuat tabel konsepsi mahasiswa untuk setiap indikator, derngan mengacu pada konsep ilmuan. Kelompok konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmuan diberi tanda positif (+) dan tanda negatif (-) untuk konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmuan. 3. Membuat tabel rekapitulasi miskonsepsi mahasiswa. Dari tebel ini dapat diketahui presentase miskonsepsi mahasiswa untuk tiap-tiap indikator dan rata-rata keseluruhan. Berdasarkan jawaban dan alasan mahasiswa miskonsepsi mahasiswa tentang pengertian vektor diperoleh sejumlah miskonsepsi yang dialami mahasiswa. Adapun deskripsi miskonsepsi mahasiswa pada materi vektor sebagai berikut: 1. Mahasiswa menganggap vektor merupakan besaran turunan sebesar 3,2% 2. Mahasiswa menganggap vektor memiliki arah, besaran dan nilai sebesar 6,4% 3. Mahasiswa menganggap bahwa pengertian vektor merupakan besaran yang dapat dijabarkan atau diproyeksikan dengan garis sumbu koordinat sebesar 3,2% 4. Mahasiswa menganggap vektor dapat digunakan sebgai besaran gaya sebesar 3,2% 5. Mahasiswa menganggap bahwa vektor adalah setiap benda yang mempunyai berat atau besaran pasti memiliki nilai dan arah benda dimana besaran itu sendiri adalah sesuatu yang dapat diukur sebesar 3,2%. Berdasarkan jawaban dan alasan mahasiswa miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode grafis yaitu: 1. Mahasiswa menyelesaikan penjumlahan vektor dengan hasil 15 km dan menunjukkan arah 27 0 ke utara dari timur sebesar 19,35%. 2. Mahasiswa menyelesaikan penjumlahan vektor dengan hasil 12,5 km ke arah 45 o ke utara dari timur sebesar 3,2%. 3. Mahasiswa menyelesaikan penjumlahan vektor dengan hasil 10 km ke arah 45 o ke timur dari utara 6,45%. 21

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 3, No. 1, Juni 2014 Berdasarkan jawaban dan alasan mahasiswa miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode pangkal ujung yaitu: 1. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap garis E memiliki tanda panah 2 antara ujung pertama dan ujung akhir sebesar 3,2%. 2. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap dalam suatu rumus perhitungan menunjukkan bahwa bila A + B + C + D = 0 atau A + B + C + D = E sebesar 3,2%. 3. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap pada gambar menunjukkan arah panah ke atas langsung ke sebelah kiri sebesar 3,2%. 4. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap jumlah sebuah resultan itu pangkal vektor akan bertemu dengan pangkal sedangkan ujung vektor akan bertemu dengan ujung vektor sebesar 3,2%. 5. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap C merupakan arah keseluruh arah yang dituju sebesar 3,2%. 6. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap A dan B membentuk sudut atau pangkal maka D + E + A + B = C, karena C merupakan resultan dari vektor tersebut sebesar 3,2%. 7. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap vektor arah anak panahnya berlawanan maka kemungkinan vektor tersebut memiliki nilai 0 sebesar 3,2%. 8. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap vektor A dan vektor B saling bertolak belakang sebesar 3,2%. 9. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap vektor memiliki arah yang sama atau saling terkait satu dengan yang lain sebesar 3,2%. 10. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap tanda panah yang ada pada gambar tidak sesuai untuk pilihan a, b, c dan d sehingga jawaban yang benar adalah e sebesar 3,2%. 11. Mahasiswa menjumlahkan vektor dengan menganggap ujungnya tidak memiliki pangkal dari arah panahnya sebesar 3,2%. Berdasarkan jawaban dan alasan mahasiswa, miskonsepsi mahasiswa tentang mencari resultan vektor yaitu: 1. Mahasiswa menganggap A merupakan vektor resultan sebesar 3,2%. 2. Mahasiswa menganggap R = B 1 + C 2 merupakan vektor resultan sebesar 3,2%. 3. Mahasiswa menganggap vektor resultan ditunjukkan oleh huruf A sebesar 3,2%. 4. Mahasiswa menganggap arah resultan selalu tegak lurus terhadap bidang sebesar 3,2%. 22

5. Mahasiswa menganggap A adalah penjumlahan dari arah vektor B + C + D sebesar 3,2%. 6. Mahasiswa menganggap B merupakan vektor resultan dari A + B + C = D sehingga resultan dari gambar adalah D sebesar 3,2%. 7. Mahasiswa menganggap D menarik ujung C ke pangkal A atau menggabungkan semua vektor sebesar 3,2% 8. Mahasiswa menganggap garis vektor resultan harus dari yang bawah dan kemudian ada garis atas turun ke garis bawah sebesar 3,2%. 9. Mahasiswa menganggap tanda panah D menunjuk pangkal panah A atau tanda panah D (resultan D) merupakan garis yang mempertemukan antara ujung panah C dengan pangkal panah A sebesar 3,2% 10. Mahasiswa menganggap vektor itu memiliki garis yang lurus dan tidak memiliki garis sambung sebesar 3,2% 11. Mahasiswa menganggap resultan terdapat pada D dikarenakan hasil vektor C dan A sebesar 3,2% 12. Mahasiswa menganggap vektor resultan arahnya ke bawah sebesar 3,2% 13. Mahasiswa menganggap resultan vektor yang disusun secara poligon adalah garis vektor yang ditarik dari pangkal vektor terakhir dan tidak ada vektor yang menunjukkan resultan dari keempat vektor tersebut sebesar 9,67%. 14. Mahasiswa menganggap vektor kembali ke nol, maka dikatakan tetap sebesar 9,67%. 15. Mahasiswa menganggap vektor pada gambar tidak menunjukkan vektor resultan tapi hanya menunjukkan arah vektor nilainya saja sebesar 3,2% Berdasarkan jawaban dan alasan mahasiswa miskonsepsi mahasiswa tentang mencari resultan vektor dengan metode jajargenjang yaitu: 1. Mahasiswa menganggap besar kedua vektornya 8, dan 1 Newton = 1 kotak, vektor A memiliki 6 kotak dan vektor B memiliki 2 kotak, maka 6 + 2 = 8 sebesar 6,45%. 2. Mahasiswa menganggap resultan berada pada sumbu X dan Y, sebesar 29,03%. 3. Mahasiswa menganggap setiap kotak memiliki 1 newton dan garis di bawah tersebut melewati 7 kotak dan keatas ada 2 kotak dari sumbu utama maka seluruh kotak yang dilewati garis itu adalah 9 Newton sebesar 6,45%. 4. Mahasiswa menganggap garis atau arah vektor untuk arah vertikal iyu berjumlah 6 kotak = 6 Newton, vertikal miring pada sumbu Y sebanyak 2 kotak = 2 Newton, sedangkan 23

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 3, No. 1, Juni 2014 pada sumbu X berjumlah 6 kotak = 6 Newton maka diperoleh nilai resultannya (6 + 6)N 2N = (12 2)N = 10N sebesar 9,67%. 5. Mahasiswa menganggap besar resultan kedua vektor tersebut dijumlahkan masingmasing kedua petak tersebut memiliki 6 petak sehingga 6 N + 6 N = 12 N sebesar 16,13%. Rekapitulasi miskonsepsi mahasiswa tentang konsep vektor tersaji pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Rekapitulasi Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep vektor Pilihan Betul Pilihan Keliru Miskonsepsi No. Alasan Alasan Alasan Alasan Sub Konsep Soal Betul Keliru Betul Keliru Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % 1 Pengertian 24 77,30 6 22,7 - - - - 6 22,7 vektor 2 Penjumlahan 15 45,16 - - - - 9 29 9 29 vektor metode grafis 3 Penjumlahan 15 48,37 2 6,4 1 3,20 9 29,03 12 38,63 vektor metode pangkal ujung 4 Menentukan 6 19,34 7 22,54 - - 15 48,38 22 70,92 resultan vektor pada model poligon 5 Penjumlahan 1 3,20 3 9,67 - - 18 58,06 21 67,73 vektor metode jajargenjang Rata-rata Miskonsepsi 45,80 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari lima konsep materi vektor yang diteliti semua konsep terdapat mahasiswa yang miskonsepsi. Mahasiswa mengalami miskonsepsi terbesar pada konsep menentukan resultan vektor pada model poligon (70,92) dan penjumlahan vektor metode jajargenjang (67,73). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang mengalami miskonsepsi pada materi vektor. 24

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masih terdapat miskonsepsi mahasiswa Pendidikan Fisika IKIP PGRI Pontianak tentang konsep vektor. Ratarata persentase mahasiswa yang mengalami miskonsepsi pada penelitian ini yaitu (45,79%). Beberapa miskonsepsi yang ditemukan antara lain: 1. Miskonsepsi mahasiswa tentang pengertian vektor yaitu sebesar 22,7% 2. Miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode grafis yaitu sebesar 29% 3. Miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode pangkal ujung yaitu sebesar 38,63% 4. Miskonsepsi mahasiswa tentang menentukan resultan pada model poligon sebesar 70,92% 5. Miskonsepsi mahasiswa tentang penjumlahan vektor dengan metode jajargenjang yaitu sebesar 67,73% Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Dalam menyampaikan materi, khususnya materi vektor dalam pelajaran fisika, dosen hendaknya dapat menghubungkan langsung antara konsep vektor dalam fisika dengan konsep yang ada dalam kehidupan sehari hari. Karena mahasiswa sering mengalami miskonsepsi dengan membawa pengetahuan sehari-hari yang berbeda dengan konsepsi ilmuan. Dosen dapat menerapkan metode demonstrasi secara langsung dengan mendemonstrasikan contoh vektor dalam fisika dan contoh vektor dalam kehidupan sehari-hari, sehingga diharapkan mahasiswa dapat membedakan konsep vektor dalam fisika yang sebenarnya. 2. Para dosen pendidikan fisika disarankan juga dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengarahkan pada penyediaan model pembelajaran atau program remediasi lain yang tepat agar dapat mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada mahasiswa. 25

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 3, No. 1, Juni 2014 DAFTAR PUSTAKA Apriana, Ria. 2008. Miskonsepsi Siswa Kelas IX SMP Negeri 16 Pontianak Tentang Tata Surya. Pontianak: FKIP UNTAN. (Skrpsi) Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Program Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Giancolli C, Douglas. 2001. Fisika. Jilid 1 (Edisi Kelima Penterjemah Yuhliza Hanum). Jakarta: Erlangga. Nasrun, Muhammad. 2010. Miskonsepsi Siswa kelas X Madrasah Aliyah Syarif Hidayatulla Pontianak Tentang gelombang Elektromagnetik. Pontianak: STKIP PGRI. Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gajah Mada Press. Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajja Grafindo Persada. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo. Sutrisno, Leo., Kresnadi, Hery., Kartono. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: PGSD. Van den Berg, Euwe. 1991. Miskonsepsi dan Remediasi. Universitas Salatiga Kristen Satya Wacana. 26