Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

dokumen-dokumen yang mirip
POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

Physics Communication

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

Pengolahan awal metode magnetik

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

Wahana Fisika, 2(1), e-issn :

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

Kata kunci: anomali magnet, filter, sesar, intrusi

Peta Geologi Porong-Sidoarjo

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

GEOFISIKA GEOFISIKA

STUDI ANOMALI MAGNETIK TOTAL UNTUK PENCARIAN DAERAH PROSPEK HIDROKARBON DAERAH PULAU BURU PROVINSI MALUKU

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI DATA ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN TELUK TOLO SULAWESI

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

MENGIDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON DI KEPULAUAN ARU SELATAN, PAPUA BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET. Tri Nurhidayah, Muhammad Hamzah, Maria

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

MONITORING GUNUNG API DENGAN METODE MAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

BAB III LANDASAN TEORI

Pemodelan 2D Reservoar Geotermal Menggunakan Metode Geomagnet Pada Lapangan Panasbumi Mapane Tambu

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

Abstrak

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Transkripsi:

plikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *) *) Jurusan Fisika, FMIP Universitas anjungpura Email : jks_fisika@yahoo.com bstrak Eksplorasi bijih besi telah dilakukan di Bukit Munung Desa Sukabangun Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang. ujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sebaran bijih besi di Bukit Munung baik secara lateral maupun vertikal. Penelitian ini menggunakan metode magnetik yang memanfaatkan parameter suseptibilitas batuan untuk menginterpretasikan struktur bawah bumi. Pengolahan data dilakukan dengan metode inversi untuk mendapatkan beberapa parameter fisis struktur bawah permukaan daerah yang ditinjau. Hasil pengamatan geologi dan pemetaan distribusi medan magnet menunjukkan potensi bijih besi berada di sebelah barat laut bukit. Berdasarkan distribusi nilai suseptibilitas batuan pada lintasan B yang dibuat memotong daerah potensial tersebut, diduga bahwa terdapat tiga lokasi pengendapan batu besi berjenis hematit dan satu lokasi pengendapan batu besi berjenis hematit yang memiliki vein-vein magnetit. Kata Kunci: Bukit Munung, bijih besi, metode magnetik bstract Exploration of iron ore was carried out at Bukit Munung Desa Sukabangun Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang. he purpose of this study is to identify the distribution of iron ore at the Bukit Munung both in laterally and vertically. his research applied magnetic method to identify susceptibility of minerals in sub surface. Data processing performed by inversion method to obtain some physical parameters of subsurface structure of the field. he result of the geological observations and mapping of the distribution of magnetic field indicates that the deposits of iron ore are in the northwest of the hill. Based on the distribution of the susceptibility of rocks under line B, that cross the potential areas, can be assumed that there are three locations of the hematite deposition and one location of magnetite veins in hematite deposits. Key words: Bukit Munung, iron ore, magnetic method 1. Pendahuluan Metode geofisika merupakan salah satu metode yang cukup ampuh untuk memetakan sumber daya alam di bawah bumi. Beberapa metode geofisika yang banyak digunakan untuk memetakan sumber daya alam diantaranya metode geolistrik sebagaimana dilakukan oleh Guerin dan Benderitter (1995), metode seismik sebagaimana dilakukan oleh Chen et.al (2004), metode gaya berat sebagaimana dilakukan oleh William (1960), metode self potensial (SP) sebagaimana dilakukan oleh Corwin (1990), dan metode magnetik sebagaimana yang dilakukan oleh Sharma (1987). Pada penelitian ini akan digunakan metode magnetik untuk memetakan potensi bijih besi di bawah permukaan. Daerah penelitian adalah di kawasan Bukit Munung yang terletak di Desa Sukabangun Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang tepatnya berada di sekitar titik koordinat 00 o 51 22,8 LU dan 109 o 20 16,2 B. Lokasi ini dipilih karena secara pengamatan langsung di lapangan terdapat beberapa singkapan berupa batuan besi berwarna hitam kemerahan yang diduga sebagai hematit. 6

Kalimantan Barat Gambar 1. Letak Lokasi Penelitian dalam peta Kalimantan Barat Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan oleh N. Suwarna, dkk (1993) diketahui bahwa pembahasan kerangka geologi daerah penyelidikan termasuk dalam lembar Singkawang, Kalimantan, 1316 skala 1 : 250.000 (Gambar 2). Gambar 2. Peta geologi Kabupaten Bengkayang (Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, 1993) 7

Kawasan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang didominasi oleh satuan batuan dari formasi Sungai Betung dan formasi Banan yang merupakan sedimen yang terbentuk pada jura awal hingga trias akhir (Steve, dkk, 1998). Mineralisasi bijih besi di lokasi ini tersingkap di batas antara kedua formasi tersebut. Mineralisasi bijih besi di lokasi ini diduga terbentuk pada kapur awal bersamaan dengan pembentukan batuan Gunung pi Raya. Struktur patahan atau sesar di daerah ini tidak ada yang berdimensi besar. Patahan-patahan yang ada hanya beberapa patahan kecil yang bersifat lokal, terutama dijumpai di daerah-derah dengan topografi yang tinggi dan terjal. 2. Metode Geomagnet Metode geomagnetik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk survei pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, panas bumi, batuan mineral, maupun untuk keperluan pemantauan (monitoring) gunung berapi. Dasar dari metode magnetik adalah gaya coulomb antara dua kutub magnetik m 1 dan m 2 (emu) yang berjarak r (cm) dalam bentuk (elford,dkk., 1979): m m F r (dyne) (1) 1 2 2 0r dengan µ 0 adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan berharga satu. Kuat medan magnet (H) pada suatu titik yang berjarak r dari m 1 didefinisikan sebagai gaya perstuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan sebagai (elford,dkk., 1979): F m H r m (2) 1 2 2 0r Bila dua buah kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub magnet +p dan p, keduanya terletak dalam jarak l, maka momen magnetik M dapat ditulis sebagai (elford,dkk., 1979): M plr1 Mr1 (3) dengan M adalah vektor dalam arah unit vektor r 1 dari kutub negatif ke kutub positif. Benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan dari sejumlah momen-momen magnetik. Bila benda magnetik tersebut diletakkan dalam medan luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Oleh karena itu, intensitas kemagnetan I adalah tingkat kemampuan menyearahnya momen-momen magnetik dalam medan magnet luar, atau didefinisikan sebagai momen magnet persatuan volume (Burger, dkk, 2006) : I M / V (4) ingkat suatu benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi ditentukan oleh suseptibilitas kemagnetan atau k, yang dituliskan sebagai (Burger, dkk, 2006) : I kh (5) Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang dipergunakan dalam metode magnetik. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Bila benda magnetik diletakkan dalam medan magent luar H, kutub-kutub internalnya akan menyearahkan diri dengan H dan terbentuk suatu medan magnet baru yang besarnya adalah (elford,dkk., 1979): H ' 4 pkh (6) Medan magnet totalnya disebut dengan induksi magnet B dan dituliskan sebagai (elford,dkk., 1979) : B m H (7) r dengan m r = 1+4pk dan disebut sebagai permeabilitas relatif dari suatu benda magnetik. Satuan B dalam emu adalah 8

gauss, sedangkan dalam geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g) dengan 1 g = 10-5 gauss = 1 n. Pada metode geomagnet variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari survey magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar ratusan sampai dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang lebih besar dari 100.000 n yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual Magnetism yang merupakan akibat dari magnetisasi medan utama. nomali yang diperoleh dari survey merupakan hasil gabungan dari keduanya. Bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survey magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnet kurang dari 25% medan magnet utama bumi. danya anomali magnetik menyebabkan perubahan dalam medan magnet total bumi dan dapat dituliskan sebagai (elford,dkk., 1979) : H HM H (8) dengan : H = medan magnetik total bumi H = medan magnetik utama bumi M H = medan anomali magnetik Bila besar H << H dan arah H hampir sama dengan arah H maka anomali magnetik totalnya adalah (elford,dkk., 1979): H H (9) M Fm F F Gambar 3. Vektor yang menggambarkan medan anomali (F ), medan utama (F M) dan medan magnet total (F ) (Robinson dan Coruh, 1988) 3. Metodologi Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan: studi pustaka, pemodelan sintesis, akuisisi data, pengolahan data dan interpretasi. Studi pustaka meliputi studi geologi daerah penelitian baik secara regional maupun lokal. Pemodelan sintetik dilakukan untuk mengestimasi respon anomali magnetik di daerah penelitian dengan mengadopsi besaran-besaran yang diketahui dari studi pustaka. Respon anomali benda magnetik perlu dimodelkan karena respon anomali ini tidak hanya bergantung pada batuan bawah permukaan saja tetapi dipengaruhi oleh deklinasi, inklinasi dan intensitas magnetik suatu daerah. Rangkaian penelitian digambarkan pada Gambar 4 di bawah ini. Proses akuisisi data menggunakan 2 magnetometer, satu berperan sebagai base yang berfungsi sebagai pengukur variasi harian medan total magnet di base station. sementara satu alat lagi berperan sebagai roover magnetometer yang berfungsi untuk mengukur total medan magnet di setiap station pengukuran. Medan magnetik observasi (obs) diukur pada setiap stasiun yang tersebar di area penelitian. Medan magnet IGRF adalah nilai refferensi medan magnet di suatu tempat. Medan magnet IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik ideal di suatu tempat di permukaan bumi tanpa adanya 9

pengaruh anomali magnetik batuan. Variasi medan magnet harian disebut koreksi harian (diurnal correction) diukur di base station. Secara umum anomali magnetik suatu tempat dapat dirumuskan sebagai : kusisi Data Base Stasion Start kuisis Data Station Pengukuran Koreksi Diurnal Singkapan yang ditemukan di daerah penelitian menunjukkan sifat sebagai bijih besi dengan kemagnetan kuat (Gambar 5). Dari hasil pengamatan lapangan, ukuran dari bijih yang ada di daerah Bukit Munung dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu: Sebagai bolder yang terlepas dan singkapan di lerenglereng bukit. Hasil pemetaan secara mapping daerah penelitian menghasilkan distribusi intensitas medan magnet yang telah dikoreksi sebagaimana ditampilkan pada Gambar 6. Koreksi IGRF nomali Medan Studi Literatur Peta Kontur nomali Pemodelan dengan mag2dc Hasil dan Kesimpulan Selesai Gambar 4. diagram alir penelitian 4. Hasil dan Diskusi Hasil pengamatan geologi di daerah penelitian menunjukan adanya singkapan-singkapan batu besi berjenis hematit di beberapa titik. Gambar 5. Bijih besi (iron ore) yang diduga sebagai hematit di lembah bukit Munung 10

Gambar 6. Distribusi intensitas medan magnet dalam koordinat UM 49 N dan posisi lintasan B Gambar 7. Interpretasi penampang vertikal pada lintasan B 11

Dari Gambar 7. dapat diinterpretasikan bahwa terdapat empat buah batu besi yang berada di sepanjang lintasan B. Batu besi pertama berbentuk border memiliki nilai suseptibilitas 0.22 SI berada pada posisi 64 m hingga 97 m dari posisi awal lintasan (titik ) dan kedalaman 6.13 m hingga 75.78 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka dapat diduga bahwa pada batuan tersebut berjenis hematit yang memiliki vein-vein magnetit. Batu besi yang kedua berbentuk border memiliki nilai suseptibilitas 0.12 SI berada pada posisi 41 m hingga 53 m dari posisi awal lintasan dan kedalaman 7.46 m hingga 30.46 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka dapat diduga bahwa batuan tersebut berjenis hematit. Batu besi ketiga menyerupai vein memiliki nilai suseptibilitas 0.15 SI berada pada posisi 165 m hingga 248 m dari posisi awal lintasan dan kedalaman 8.99 m hingga 58 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka dapat diduga bahwa batuan tersebut berjenis hematit. Batu besi keempat berbentuk border memiliki nilai suseptibilitas 0.01 SI berada pada posisi 13 m hingga 25 m dari posisi awal lintasan dan kedalaman 14m hingga 35 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka dapat diduga bahwa batuan tersebut berjenis hematit. 6. Kesimpulan Hasil pengamatan geologi dan pemetaan distribusi medan magnet menunjukkan keberadaan potensi bijih besi di sebelah barat laut bukit. Berdasarkan distribusi nilai suseptibilitas batuan di daerah potensial tersebut diduga terdapat tiga lokasi pengendapan batu besi berjenis hematit dan satu lokasi pengendapan batu besi berjenis hematit yang memiliki vein-vein magnetit. Pustaka Burger, H.R.,Sheehan, nne F., Jones, Craig H., 2006, Introduction to pllied Geophysiscs, W.W. Norton & Company, New York Corwin, R.F., 1990, he self-potential method for environmental and engineering applications, in Ward, S.W.,Geotechnical and environmental geophysics, v.i: p. 127-145. Chen, G., Liang, G., Xu, D., Zeng, Q., Fu, S., Wei, X., He, Z., and Fu, G., pplication of a shallow seismic reflection method to the exploration of a gold deposit, J. Geophys. Eng. 1 (2004) 12 16, DOI: 10.1088/1742-2132/1/1/002 Guerin, Roger, and Benderitter, Yves, 1995, Shallow karst exploration using M-VLF and DC resistivity methods: Geophysical Prospecting, v. 43, no. 5, p. 635-654. Hinze, William J., pplication of the gravity method to iron ore exploration, Economic Geology, May 1960, v. 55, p. 465-484 Moss, Steve J., Carter,., Baker, S., nd Hurford,.J., (1998), Late Oligocene ectono-volcanic Event In East Kalimantan nd he Implications For ectonics nd Sedimentation In Borneo, Journal Of he Geological Society, 155, 177-192. Robinson, E.S. dan C. Coruh. 1988. Basic Exploration Geophysics. J. Willey & Sons, New York Sharma, P.V., Magnetic method applied to mineral exploration, Ore Geology Reviews, Volume 2, Issue 4, ugust 1987, Pages 323-357, ISSN 0169-1368 Suwarna N., Sutrisno, de Keyser F., Langford R.P., rail D.S. (1993), Peta Geologi lembar Singkawang, Kalimantan, 1:250 000 elford, W.N., Geldard, L.P., Sherrif, R.E., and Keys, D.., 1979, pplied Geophysics, Cambridge University Press, Cambridge, London,Newyork, Melbourne. 12