BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu. Walaupun demikian, kadang masih sulit untuk mengartikan istilah wacana secara lebih rinci. Hal tersebut dikarenakan luasnya definisi istilah wacana yang digunakan di berbagai disiplin ilmu, seperti linguistik, sosiologi, psikologi, sastra, budaya, dan sebagainya, sehingga pemaknaan terhadap istilah wacana selalu disesuaikan dengan masing-masing disiplin ilmu tersebut. Secara umum wacana dipahami sebagai suatu pernyataan berisi ide atau gagasan terkait konteks tertentu yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan dari produksi wacana juga bermacam-macam, mulai dari menyampaikan informasi, kritik, menghibur, hingga mempengaruhi khalayak untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Media massa mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi wacana. Namun demikian, produksi wacana tidak hanya didominasi oleh media massa seperti televisi atau surat kabar. Sastra juga mempunyai peranan dalam produksi wacana. Sastra umumnya dipahami sebagai teks yang mengandung nilai estetika dan bersifat menghibur. Salah satu contoh sastra yang sarat akan wacana adalah cerita fiksi. Tanpa wacana, suatu cerita akan datar dan tidak menarik. Wacana menjadi ruang bagi pengarang untuk menyampaikan ekspresi mulai dari unsur-unsur fiksi, estetika, hingga ideologi. 1
Kajian mengenai ketidakadilan gender sudah lama menjadi perhatian dalam berbagai ranah, baik bahasa maupun sastra. Nurhayati (2005) meneliti tentang Atribusi Kekerasan dalam Rumah Tangga, Kesadaran Terhadap Kesetaraan Gender, dan Strategi Menghadapi Masalah pada Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga yang mengetengahkan ketidaksetaraan atau ketidakadilan gender dan strategi menghadapi masalah pada korban kekerasan dalam rumah tangga. Selanjutnya Utari (2006) meneliti tentang Mengikis Ketidakadilan Gender Dalam Adat Bali yang membahas tentang sejauh mana adanya ketidakadilan gender dalam adat Bali dan dimana letaknya serta bagaimana cara mengikisnya. Kemudian hingga saat ini penelitian mengenai ketidakadilan gender masih aktif dilakukan, seperti oleh Listyani (2017) dengan penelitian berjudul Bias Gender Dalam Buku Tematik Siswa Kurikulum 2013 (Studi Semiotika Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan) yang membahas penggambaran peran yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan masih saja ditemukan dalam buku pegangan siswa. Hal ini menandakan bahwa kajian terhadap ketidakadilan gender masih aktif diteliti sampai saat ini. Fenomena ketidakadilan gender juga terdapat pada kumpuan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu. Pada kumpulan cerpen tersebut peneliti menemukan gambaran wacana feminis berupa ketidakadilan gender dalam hampir semua cerita. Salah satunya dalam cerpen pertama berjudul Air, sebagai berikut. (1) Kami mengerti, tapi perutmu sudah kelihatan tambah besar. Kami tidak bisa mempekerjakan SPG yang kelihatan sedang hamil, kata supervisor saya. Saya akan menjaganya. 2
Tokoh saya dalam cerpen tersebut merupakan seorang perempuan yang mendapat marginalisasi dalam masyarakat. Dia diberhentikan dari pekerjaannya karena sedang mengandung. Tokoh saya dianggap tidak akan dapat bekerja dengan baik karena sedang hamil. Supervisor menganggap remeh tanpa memperdulikan kondisi ekonomi yang dialami tokoh saya. Selain harus menghidupi diri sendiri, tokoh utama juga harus membesarkan anak yang sedang ia kandung. Kemudian pada cerpen selanjutnya, peneliti menemukan kembali wacana feminis berupa ketidakadilan gender dalam cerpen Dan Lalu, sebagai berikut. (2)Dan pun sangat amat benci setiap kali ibu Lalu tidak hanya mencacimaki dan melayangkan tamparan. Tapi juga mempersiapkan segala atribut kekerasan hanya karena ia sendiri yang menganggap kenakalan Lalu sudah berada di luar batas kewajaran. Kabur dari les tambahan. Yang semula peringkat satu, langsung turun peringkat sembilan. Pacaran dengan berandalan. Padahal Dan tahu kalau penyebab semua itu adalah selain suami ibu Lalu jarang sekali pulang dan memberikan uang, ibu Lalu tak bisa memperkarakannya secara hukum tanpa adanya akta pernikahan. Berdasarkan kutipan di atas, terdapat kekerasan yang dialami tokoh Lalu. Sang ibu yang menikah akibat paksaan dan tanpa kata sah melampiaskan kemarahannya kepada sang anak. Lalu sebagai anak yang menanggung segala beban yang ibunya berikan pun tak dapat melawan. Hal ini menggambarkan bahwa posisi perempuan yang lemah ketika pernikahannya tak dianggap sah. Perempuan yang mendapat kekerasan dalam rumah tangga juga seringkali melampiaskan ketidakmampuan dirinya pada diri sendiri maupun pada anak. Selanjutnya peneliti menemukan kembali bentuk ketidakadilan gender dalam cerpen Mata Telanjang, sebagai berikut. (3) Tak pernah ada yang menanyakan nama kepadaku selain nomor booking-an. Di tempat ini orang-orang hanya mengenal angka. Mulai 3
dari harga minuman hingga tubuh yang ingin dinikmatinya. Di sini perempuan hanyalah angka. Bukan nama. Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa perempuan hanya dianggap sebagai angka atau uang. Para pria menanyakan nomor bookingan tanpa tahu siapa nama yang mereka booking untuk diajak tidur dan melampiaskan hawa nafsu mereka. Posisi perempuan hanya dianggap sebagai pelengkap kekuasaan pria. Kemudian pada cerpen berikutnya, peneliti menemukan kembali representasi ketidakadilan gender dalam cerpen Saia, sebagai berikut. (4) Gak usah buang waktu deh, anda sengaja menjebak laki-laki ini supaya dikawinin, kan? Mata ayahnya yang pernah membuat Nayla beberapa bulan mengandung di dalam bui, karena dinyatakan bersalah telah membuat laporan palsu atas kasus perkosaan tanpa adanya cukup bukti. Pada kutipan di atas, merupakan temuan pada cerpen ketujuh berjudul Fantasi Dunia. Pada tokoh Nayla mendapat peminggiran dalam bidang hukum yang menjadikannya tersangka saat dirinya menajdi korban pemerkosaan. Pihak kepolisian lebih mempercayai kesaksian laki-laki yang memperkosa dibanding kesaksian tokoh Nayla yang diperkosa dan mengakibatkan dia mendekam di bui dalam kondisi mengandung. Berdasarkan kutipan tersebut termasuk representasi ketidakadilan gender yang mengarah pada tindakan subordinasi terhadap perempuan Pada cerpen selanjutnya pun kembali peneliti temukan wacana feminis dalam kumpulan cerpen Saia, sebagai berikut. (5) Mereka pun menghukum saya tanpa belas kasih. Bergantian melemparkan caci makian. Bersamaan melayangkan tamparan demi tamparan. Juga tonjokan. Tak terkecuali tendangan. Mereka tak peduli walau saya sudah menangis minta ampun dan merintih kesakitan. 4
Sepertinya, hanya saat menghukum saya itulah pendapat mereka tak lagi berseberangan. Mereka yang semula bagai anjing dan kucing, tiba-tiba berubah bak teman seperkutuan. Pada kutipan di atas, digambarkan adanya KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) yang dialami tokoh saya. Tokoh saya sebagai seorang anak perempuan selalu mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya. Diskriminasi terhadap perempuan tidak hanya datang dari masyarakat dimana seorang perempuan tinggal, bahkan dalam keluargapun seorang perempuan dapat diperlakukan secara tidak adil. Penelitian-penelitian yang sudah ada menjadi pertimbangan peneliti bahwa penelitian terhadap ketidakadilan gender penting untuk dilakukan. Penelitian mengenai ketidakadilan gender sudah lama diteliti dan masih aktif hingga dewasa ini. Kemudian fenomena-fenomena yang peneliti temukan membentuk asumsi bahwa di dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu terdapat ketidakadilan gender. Berbagai fenomena tersebut membentuk juga asumsi pada peneliti bahwa pada kumpulan cerpen banyak memiliki representasi ketidakadilan gender. Dengan demikian, penelitian terhadap Representasi Ketidakadilan Gender dalam Wacana Kumpulan Cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu penting untuk dilakukan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut. 6. Bagaimana posisi subjek terhadap objek dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu? 7. Bagaimana penulis memposisikan pembaca dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu? 5
8. Bagimana representasi ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasikan posisi subjek terhadap objek dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu. 2. Mengidentifikasikan penulis memposisikan pembaca dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu. 3. Mengidentifikasikan representasi ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pembaca, baik manfaat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dalam bidang bahasa yang membahas mengenai representasi ketidakadilan gender dalam wacana. b. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya penelitian yang sudah ada. 2. Manfaat praktis a. Bagi pembaca diharapkan dapat menambah wawasan mengenai representasi ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen. 6
b. Bagi pembaca diharapkan dapat mengetahui dan memahami pesan dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu yang mengandung representasi ketidakadilan gender. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi digunakan untuk membuat tata urut penulisan berdasarkan langkah-langkah kerja dan landasan teoretis sehingga tersusun skripsi yang sistematis, dan penganalisisan atau pengidentifikasian masalah mudah dimengerti. Sistematika penulisan skripsi mencakup pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta penutup. Bab I Pendahuluan menyajikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini. Masalah-masalah dalam penelitian ini akan dibahas dalam perumusan masalah, selanjutnya diuraikan tujuan penelitian, dan manfaat penelitiannya. Sistematika penulisan memberi gambaran umum tata urut penulisan berdasarkan langkahlangkah kerja dalam penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka digunakan dalam penelitian ini sebagai pemecahan masalah penelitian. Landasan teori ini terdiri dari pengertian wacana, analisis wacana kritis, feminisme Sara Mills, representasi ketidakadilan gender dalam wacana, serta sastra feminis. Pada Bab III Metodei Penelitian, diuraikan secara rinci, lengkap, dan jelas agar penulis dapat memahami proses penelitian yang dilakukan. Metode penelitian tersebut mencakup beberapa hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber 7
data, tahap penelitian (tahap penyediaan data, tahap analisis data, tahap penyajian hasil analisis data), dan instrumen penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan yang menyajikan hasil penelitian terkait representasi ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu. Bab V Penutup berisi simpulan dari keseluruhan hasil analisis pembahasan penelitian ini dan saran. 8