BAB II. 1. Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB II TINJAUAN TEORI

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PRESTASI UJI OSCA I PADA MAHASISWA AKPER PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

mahasiswa fakultas kedokteran di dunia Pendahuluan rata-ratanya mencapai 80%. Ketika ujian Objective Structured Clinical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lembar Persetujuan Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, kecemasan

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) a. Pengertian OSCE Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan metode evaluasi yang digunakan untuk menilai kemampuan klinik yang besifat objektif dan terstruktur. Kemampuan pengetahuan, psikomotor, dan sikap dapat secara bersamaan di evaluasi melalui OSCE (Nursalam, 2011). Menurut Bahari (2015) OSCE adalah bentuk pengujian yang digunakan untuk mengukur calon kompetensi klinis dalam pendidikan kesehatan. Selanjutnya Munkhondya dkk (2014) juga menyebutkan OSCE sebagai suatu pendekatan untuk menilai kompetensi klinis, komponen kompetensi dinilai secara objektif dan terencana. Menurut Alfandro (2013) OSCE merupakan sebuah sistem untuk menilai kompetensi seorang mahasiswa kedokteran. Metode evaluasi ini masih tergolong baru di Indonesia, dan sekarang menjadi bagian dalam uji kompetensi di Indonesia. b. Tujuan OSCE Tujuan OSCE yaitu untuk mengetahui sejauh mana kompetensi dan keterampilan praktik mahasiswa secara objektif dan terstruktur. Objektif maksudnya adalah setiap mahasiswa yang diukur dengan alat uji berupa daftar penilaian yang sama, dengan kriteria 10

11 kinerja yang terukur. Terstruktur maksudnya adalah bahwa mahasiswa diuji dengan jenis tugas yang sama, dan alokasi waktu ujian yang sama (Andrianie dkk, 2013). Menurut Munkhondya dkk (2014) tujuan OSCE adalah untuk memfasilitasi pembelajaran dan menilai apakah mahasiswa telah memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tepat. c. Manfaat OSCE Objective Structured Clinical Examination dapat digunakan sebagai evaluasi pendidikan kesehatan, menilai keterampilan individu, dan untuk uji kompetensi nasional. Objective Structured Clinical Examination memiliki keunggulan karena dapat menguji tahap demonstrasi yang lebih tinggi tingkatannya, selain itu efektif untuk menguji keterampilan klinis mahasiswa dibandingkan ujian tulis yang saat ini berjalan (Alfandro,2013). Kemudian Eswi dkk (2013) juga mengungkapkan bahwa OSCE efektif digunakan dalam kurikulum sarjana keperawatan untuk menilai praktek dalam hal kinerja keterampilan psikomotor, pengetahuan deklaratif, dan skema yang terkait dengan aplikasi mereka. Menurut Bahari (2015) manfaat OSCE antara lain: a. Secara keseluruhan OSCE adalah latihan yang sangat berharga bagi peserta didik b. pengalaman OSCE menambah pengetahuan dalam pendidikan praktik kesehatan

12 c. Objective Structured Clinical Examination mencerminkan tujuan belajar dari topik yang bersangkutan. d. Objective Structured Clinical Examination mampu menilai sejauh mana pengetahuan yang dimiliki peserta didik. e. Pertimbangan Dalam OSCE Menurut Suryadi (2008) beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk menyelenggarakan OSCE adalah : 1. Jumlah ruang yang disediakan sesuai dengan kebutuhan untuk masing-masing topik yang diuji. 2. Tanggal dan hari terjadwal dalam kalender kurikulum akademik. 3. Jumlah mahasiswa yang akan diuji. 4. Staf edukatif sebagai observer dan staf edukatif sebagai pelaksana. 5. Jumlah maupun jenis pasien simulasi yang digunakan selama ujian. 6. Bahan dan perlengkapan yang tersedia mencukupi kebutuhan yang akan digunakan. f. Tahapan OSCE Menurut Suryadi (2008) tahapan pelaksanaan OSCE antara lain sebagai berikut : 1. Melakukan koordinasi antar koordinator penyelenggara dan tim penilai untuk : a. Menetapkan kisi-kisi yang akan diujikan pada OSCE, menetapkan jumlah station, dan kompetensi yang diujikan pada masing-masing station. b. Menetapkan kasus untuk pasien simulasi pada setiap station.

13 c. Membuat kasus yang terkait dengan pasien, kemudian mahasiswa diharuskan mampu untuk memecahkan masalah tersebut. d. Memilih staf ahli untuk masing-masing masalah sebagai konsultan dan narasumber. 2. Koordinator penyelenggara melakukan kegiatan untuk: a. Menyediakan atau mempersiapkan seseorang sebagai narasumber. b. Menetapkan keterampilan-keterampilan yang dapat dinilai berdasarkan pertimbangan tujuan pembelajaran. 3. Melakukan kegiatan menulis tugas untuk mahasiswa pada masingmasing station, mana bagian yang harus dikomunikasikan dan mana yang harus ditunjukkan atau didemonstrasikan serta waktu maksimum mahasiswa untuk melakukan. 4. Melanjutkan untuk menulis kata kunci tahap demi tahap apa yang paling tepat dilakukan oleh mahasiswa pada setiap topik dalam bentuk poin-poin yang berurutan atau check list. Kemudian melakukan seleksi dan membuang poin-poin dalam daftar di atas yang kurang jelas, atau sangat mudah bagi mahasiswa. 5. Melakukan pembicaraan bersama antara koordinator dengan ahli untuk memilih penilaian dengan check list global atau penilaian yang lebih detail. 6. Para ahli menulis perintah untuk kegiatan penguji, dan membuat check list dan petunjuk yang rinci untuk pengawas.

14 7. Menanyakan pada rekannya yang berpengalaman untuk melihat kembali soal atau tugas di masing-masing station. Kemudian mendiskusikan dengan rekan bagaimana kriteria skor mahasiswa pada setiap station. 8. Koordinator memeriksa kembali semua konsep yang tertulis. 9. Melakukan pelatihan pasien simulasi, pelatihan pengawas, dan mengecek alat-alat yang dibutuhkan. 10. Selanjutnya koordinator melakukan: a. Cek kondisi tempat, sarana, dan perlengkapan ujian b. Cek perlengkapan administrasi. c. Diseminasi informasi tentang jadwal kepada semua yang terlibat OSCE (instruktur, pasien simulasi, staf pendukung). d. Pengumuman pemberian informasi tata cara dan aturan tentang pelaksanaan OSCE kepada mahasiswa. e. Gladi bersih untuk staf pendukung dalam pelaksanaan OSCE. 11. Tahap akhit penyelenggaraan OSCE: a. Semua perlengakapan dan staf yang terlibat sudah siap di tempat beberapa menit sebelum ujian. b. Mahasiswa sudah disiapkan sebelum masuk station. 2. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan merupakan respon emosional individu yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum tahu faktor penyebabnya, sehingga seseorang akan merasa khawatir seakan hal

15 buruk akan menimpanya. Selain itu dia juga mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan peringatan terhadap bahaya yang datang ditandai dengan perasaan afektif yang tidak menyenangkan serta sensasi fisik (Lestari, 2015). Menurut Suliswati (2005) Kecemasa n adalah keadaan bingunga pada sesuatu hal yang akan dihadapi namun penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, sehingga orang yang mengalami kecemasan merasa tidak menentu dan berdaya. Kemudian kecemasan merupakan sesuatu keadaan yang tidak menyenangkan yang sering dialami oleh makhluk hidup. Kemudian menurut Herdman (20 12) kecemasan merupakan Rasa khawatir atau tidak nyaman yang tidak jelas disertai respon atonom (sumber tidak diketahui oleh individu), serta muncul perasaan takut sebagai antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan respon kewaspadaan individu ketika ada bahaya dan kemampuan individu untuk menghadapi ancaman. Menurut Ovedoff (2009) kecemasan didefinisikan berbagai kombinasi dari gambaran fisik dan mental yang tidak memadai terhadap provokasi yang ditutup-tutupi yang dapat bervariasi dalam intensitas dan lamanya. b. Tanda Dan Gejala Kecemasan Menurut Lestari (2015) orang yang mengalami kecemasan akan mengalami keluhan-keluhan, antara lain:

16 1. Khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung 2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut 3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang 4. Mengalami gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan 5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat 6. Keluhan keluhan somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, jantung berdebar-debar, sesak nafas, dan sakit kepala. Menurut Herdman (2012) gejala kecemasan berdasarkan tanda-tanda afektif antara lain: gelisah, kesedihan yang mendalam, distres, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup, senang berlebihan, peningkatan rasa tidak berdaya yang persisten, bingung, menyesal, tidak percaya diri, dan khawatir. c. Tingkat Kecemasan Menurut Lestari (2015) tingkat kecemasan yang dialami oleh individu antara lain: 1. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungkan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta lapang persepsinya meningkat. Kecemasan ringan dapat memotivasi individu untuk belajar dan dapat menyelesaikan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan

17 kreatifitas. Manifestasi yang muncul antara lain kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi. 2. Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pikiran pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini antara lain kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu belajar namun tdak optimal, konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah, dan menangis. 3. Kecemasan berat Individu yang mengalami kecemasan berat membuat lapang persepsinya semakin menyempit. Perhatiannya hanya berfokus pada hal yang kecil (spesifik) dan tidak mampu memikirkan hal lain. Perilaku tersebut merupakan cara untuk mengurangi kecemasannya dan perlu banyak perintah untuk fokus terhadap kegiatan lain. Tanda gejala yang muncul pada seperti pusing, sakit kepala, nausea, insomnia, sering kencing, diare, palpitasi, tidak mau belajar secara efektif, fokus pada diri sendiri, merasa tidak berdaya, bingung, dan disorientasi.

18 d. Karakteristik Kecemasan Menurut Lestari (2015) karakteristik kecemasan berdasarkan tingkatannya antara lain: 1. Kecemasan ringan a. Berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan ketegangan, terjadi peningkatan kewaspadan dan persepsi terhadap sekitar, keadaan ini dapat menjadi motivasi seseorang untuk belajar dan berkreatifitas. b. Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah sedikit meningkat, muka cemberut, serta bibir tremor. c. Respon kognitif: berkonsentrasi pada masalah, mampu menerima rangsangan, masalah diselesaikan dengan efektif, dan terpacu untuk bertindakan. d. Respon emosi dan prilaku : terkadang bersuara tinggi, duduk tidak tenang, dan sedikit tremor pada tangan. 2. Kecemasan sedang a. Respon biologis: nafas terkadang pendek, sering kencing, mulut kering, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, dan letih peningkatan nadi dan tekanan darah. b. Respon kognitif : perhatian fokus pada hal yang penting, persepsi sempit, dan tidak mampu menerima rangsangan dari luar.

19 c. Respon emosi dan prilaku : gerakan tersentak-sentak, lebih tegas, lebih cepat berbicara, tidur terganggu, dan tidak merasa aman. 3. Kecemasan berat a. Individu mengabaikan hal lain dan hanya bisa memikikan hal yang sederhana. b. Rspon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan naik, terlihat tegang, berkeringat dan sakit kepala, pengelihatan kabur. c. Respon kognitif: tidak mampu berpikir keras dan membutuhkan perintah, serta terjadi penyempitan lapang persepsi. d. Respon emosi dan pilaku: merasa terancam tinggi dan terganggunya saat. e. Reaksi Kecemasan Menurut Suliswati (2005) Reaksi yang muncul pada seseorang yang mengalami kecemasan yaitu: 1. Reaksi konstruktif : individu menjadi termotivasi untuk belajar, melakukan perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan fokus pada kelangsungan hidup. 2. Reaksi destruktif : individu menunjukkan tingkah laku yang tidak baik dan disfungsional. Pada kondisi ini individu menghindar dari orang lain atau mengurung diri serta tidak dapat mengurus diri.

20 f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Menurut Lestari (2015) Faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu sebagai berikut: 1. Umur Dikatakan bahwa seseorang yang mempunyai umur lebih muda akan lebih rentan menderita kecemasan dari pada orang yang umurnya lebih tua. 2. Keadaan fisik Kecemasan disebabkan oleh faktor penyakit. Ketika seseorang sedang menderita penyakit maka ia akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan orang yang tidak menderita penyakit. 3. Sosial budaya Individu yang mempunyai cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas sehingga tidak mudah mengalami kecemasan, demikian juga halnya dengan seseorang yang keyakinan agamanya rendah. 4. Tingkat pendidikan Individu yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan individu yang berpendidikan rendah. Karena respon yang ditimbulkan akibat kecemasan dapat dipelajari.

21 5. Tingkat pengetahuan Ketidaktahuan terhadap suatu hal akan dianggap sebagai suatu tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi karena individu kurang memperoleh informasi akan hal yang dianggap sebagai tekanan. g. Faktor Penyebab Kecemasan Menurut Luana dkk (2012) menyebutkan kecemasan dapat disebabkan oleh faktor genetik, gangguan neurobiokimiawi, aspek kepribadian, dan penyakit fisik. Kemudian Keliat dkk (2012) juga menyebutkan penyebab ansietas dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Genetik dan early learning : gangguan ansietas cenderung diturunkan dalam keluarga. Bila ibu, bapak, atau keluarga dekat lainnya menderita ansietas, anaknya kemungkinan besar mengalami ansietas. 2. Biokimia otak : ansietas berkaitan dengan fungsi pembawa pesan di otak yang berhubungan dengan ketidakseimbangan neurotransmitter serotonin dan dopamin. 3. Mekanisme Fight-flight : apabila seseorang merasa dalam bahaya, tubuh akan menyiapkan diri untuk mempertahankan diri atau melarikan diri dari situasi yang membahayakan tersebut. Mekanisme fight-flight tersebut menyebabkan denyut jantung meningkat, pupil dilatasi, dan tubuh menyiapkan diri terhadap situasi berbahaya tersebut.

22 3. Relaksasi Otot Progresif a. Pengertian Relaksasi Otot Progresif Relaksasi otot progresif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat digunakan sebagai tindakan untuk meningkatkan kenyamananan. Relaksasi ini mudah dilakukan, dapat digunakan pada berbagai kondisi, mudah dipelajari, murah, dan aman dan berpengaruh terhadap respon fisiologis maupun psikologis (Amila, 2012). Menurut Alkin (2010) teknik yang paling baik untuk mengatasi kecemasan adalah relaksasi otot progresif, dimana penderita secara sistematis membuat otot utama di tubuh menjadi rileks satu demi satu. Selain itu, Zainul (2007) juga menyebutkan bahwa cara yang paling mudah dan paling cepat untuk menenangkan pikiran adalah melalui aktivitas relaksasi otot progresif sehingga kita dapat mengendalikan pikiran buruk yang dialami tersebut (Zainul, 2007). b. Prosedur Relaksasi Progresif Menurut Townsend dalam Anindita (2012) teknik relaksasi progresif dapat dilakukan dengan posisi berbaring atau duduk di kursi. Penderita diminta untuk mengulangi setiap petunjuk dalam melakukan teknik relaksasi progresif. Tegangkan setiap kelompok otot selama 5-7 detik kemudian dirilekskan selama 20-30 detik. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

23 1. Mulailah dengan mengambil nafas dalam tiga kali, menghirup udara melalui hidung dan melepaskan udara perlahan-lahan melalui mulut. 2. Kedua telapak tangan dikepalkan, kencangkan otot bisep dan lengan bagian bawah. Bimbing pasien menegangkan ototnya, anjurkan memikirkan rasa dan ketegangan otot sepenuhnya. Kemudian rileks. 3. Dahi dikerutkan ke atas. Lalu tekanlah kepala sejauh mungkin kebelakang, lalu putar searah jarum jam dan sebaliknya, selanjutnya relakskan kembali. 4. Otot muka dikerutkan seperti orang cemberut, kedipkan mata, bibir dimoncongkan, dan bungkukan bahu. Kemudian rileks 5. Lengkukan punggung kebelakang sambil tarik napas dalam, tahan. Kemudian rileks. 6. Kaki dan ibu jari ditarik kebelakang mengarah ke muka, tahan beberapa saat kemudian rilekskan. Lipat ibu jari secara serentak, kencangkaan betis, paha, dan pantat lalu kemudian rileks. 7. Sekarang rasakan rileks di seluruh tubuh. Rasakan perasaan ketegangan meninggalkan seluruh diri, dan merasa benar-benar rileks. c. Mekanisme Relaksasi Otot Progresif Relaksasi adalah teknik dalam terapi perilaku yang di kembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Pengembangan metode ini didasarkan pada prinsip

24 bahwa pada saat pikiran merasa cemas, otot-otot secara otomatis akan mengencang (Ramdani, 2009). Tujuan dari latihan relaksasi progresif adalah untuk memicu reaksi dari hipotalamus yang akan menyesuaikan aktifitas saraf parasimpatis dan simpatis ( Smeltzer & Bare, 2009). Latihan relaksasi otot progressif ini didasarkan pada 2 sistem saraf yang di miliki oleh manusia yaitu system saraf pusat dan system saraf otonom. Sistem saraf pusat adalah yang mengendalikan gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, dan jarijari. Sedangkan sistem saraf otonom adalah yang berfungsi mengatur gerakan-gerakan otomatis seperti digestif atau sistem kardiovaskular. Pada saat mengalami kecemasan, yang bekerja adalah saraf simpatis, sehingga denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, aliran darah, dan dilatasi pupil meningkat. Pada kondisi stress yang terus menerus memungkinkan untuk terjadinya efek seperti tekanan darah tinggi, distress gastrointestinal, dan melemahkan sistem imun (Utami, 2012). Relaksasi otot progressif bertujuan untuk menurunkan kerja system saraf simpatis melalui peningkatan kerja saraf parasimpatis yaitu dengan menggerakan otot-otot yang terletak di beberapa bagian tubuh. Beberapa perubahan fisiologis tubuh yang akan terjadi setelah melakukan relaksasi adalah menurunnya tekanan darah, frekuensi jantung, dan juga pernapasan serta mengurangi ketegangan otot. Selain itu relaksasi juga akan mengalihkan fokus perhatian penderita kecemasan, meningkatkan konsentrasi, serta memperbaiki

25 kemampuan untuk mengatasi sumber permasalahan (Potter & Perry, 2013). Berdasarkan teori adaptasi yang di kemukakan oleh Calista Roy, mekanisme koping yang baik di dapatkan dari input-input dari luar baik dari lingkungan maupun dari proses pertahanan tubuh kita sendiri. Dalam hal ini relaksasi otot progressif di kategorikan sebagai input atau sumber koping yang di dapatkan dari pertahanan tubuh kita sendiri. Pemberian latihan relaksasi progressif akan mempengaruhi koping individu baik dari fisiologi maupun dari hal konsep diri. Hasil keluaran dari efek tersebut akan memberikan respon adaptif berupa kenyamanan terhadap perubahan yang terjadi. Apabila individu masih menunjukan respon maladaptive, makan perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap stimulus kecemasan yang ada, tingkat adaptasi terhadap stimulus, serta mekanisme koping yang biasa digunakan oleh individu (Tomey & Alligood, 2011)

26 B. Kerangka Teori OSCE CEMAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF Mempengaruhi hasil: Tanda dan gejala: Kecemasan Waktu pelaksanaan Afektif somatik Manfaat: Menguji keterampilan klinis Menilai keterampilan individu Menilai kemampuan mahasiswa Mencerminkan tujuan belajar dari topik Faktor yang mempengaruhi: Umur Keadaan fisik Sosial budaya Tingkat pendidikan Tingkat pengetahuan Tingkat kecemasan: Tidak cemas Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Reaksi kecemasan: Reaksi konstruktif Reaksi destruktif Gambar 1: kerangka teori penelitian

27 C. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas : Teknik Relaksasi Otot Progresif Variabel Terikat : Tanda afektif kecemasan pada mahasiswa OSCE Variabel Pengganggu : Lokasi dan waktu Konsentrasi Distraksi Gambar 2 : Kerangka konsep penelitian Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Arah pengaruh D. Hipotesis Penelitian Terdapat pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tanda afektif kecemasan pada mahasiswa PSIK semester II saat OSCE di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.