1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kesehatan kerja di dalam lingkungan pekerjaan untuk mencegah dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan dicantumkan dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 dimana setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Undang-undang ini disahkan dalam membangun kebutuhan untuk kondisi kerja yang aman dan pekerjaan yang produktif. Ini berakar pada praktek kerja kasar dan tragedi pekerja terluka pada pekerjaan yang menderita tidak hanya dari cedera yang dialami tetapi juga dari hilangnya mata pencaharian dan kemampuan untuk membayar perawatan medis yang diperlukan dan menyediakan kebutuhan bagi keluarga mereka. Deskripsi pekerjaan tangan atau penyakit pergelangan tangan (misalnya, "kram penulis," "kram pengirim kawat itu," dan "kram penjahit") telah muncul dalam literatur medis dari awal 1900-an. Mereka termasuk tanda-tanda dan gejala yang kita kenali saat ini sebagai CTS. Pada tahun 1913, Marie dan Foix melihat "lesi" di terowongan karpal di pergelangan tangan berdasarkan temuan otopsi dan seorang yang pertama untuk merekomendasikan dekompresi bedah. Learmouth orang pertama yang melakukan dekompresi bedah di 1.930. Pada tahun 1938, istilah "carpal tunnel syndrome" pertama kali digunakan oleh Moersch. Namun,
2 patologi CTS tidak dipahami dengan baik sampai seorang ahli bedah tangan berpengaruh Dr George Phalen mempresentasikan pengalamannya dari mengobati 439 pasien di Klinik Cleveland selama 1950-an dan 1960-an. Ironisnya, karena sebagian besar pasiennya adalah wanita paruh baya dan karena itu tidak bekerja di luar rumah, Dr Phalen menyimpulkan bahwa CTS bukanlah penyakit akibat kerja tetapi sebaliknya Dia mengamati, bagaimanapun, bahwa berulang, kuat menggenggam "idiopatik." gerakan tangan tampaknya memperburuk gejala. Klaim CTS kerja telah meningkat pesat dalam 2 dekade sejak 1980-an. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, 46.000 kasus cedera yang berhubungan dengan trauma berulang (CTS dianggap salah satu gangguan trauma berulang) dilaporkan pada tahun 1986, kasus-kasus dalam kategori tersebut meningkat menjadi 281.800 pada tahun 1992. Angka-angka ini mewakili 6,4 kasus (1986) dan 36,8 kasus (1992) per 10.000 penuh waktu workers. Oleh karena itu, jumlah dan frekuensi pekerja kompensasi CTS klaim meningkat lebih dari 500%, meskipun peraturan meningkat dan monitoring, dan tempat kerja mungkin meningkat kondisi. Saat ini, CTS mengarah ke hari kerja lebih kehilangan daripada cedera kerja lainnya. Kerja CTS bukan masalah yang unik ke Amerika Serikat. Di Australia, ada pembebasan hukum terhadap CTS (biasanya disebut sebagai "cedera regangan pengulangan" (RSI) di Australia) sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan cedera di awal 1980. Selanjutnya, dari 1983 sampai 1986, tercatat bahwa ada tampaknya menjadi "epidemi" RSI. Skeptisisme meningkat pada validitas RSI menyebabkan diskusi publik tentang bagaimana faktor-faktor sosial atau psikologis
3 dapat mempengaruhi diagnosis. Setelah Mahkamah Agung Australia memutuskan dalam keputusan terhadap penggugat dan tidak menemukan bukti RSI di karyawan (Cooper v Commonwealth of Australia), kejadian RSI menurun secara signifikan. Sebagai contoh, jumlah kasus RSI dilaporkan di Australia Selatan turun dari 1000 kasus pada 1.984-1.985 hingga 600 sampai 700 pada tahun 1986-1987. Beberapa menyarankan bahwa putusan pengadilan adalah penyebab penurunan, meskipun orang lain disebabkan penurunan untuk perbaikan dalam ergonomi pada tempat kerja. Akhir dalam pemerintahan Clinton, OSHA mengusulkan sebuah program ergonomi yang akan dibahas 102 juta pekerja dan pengusaha diamanatkan bertanggung jawab bagi karyawan melaporkan pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal (WMSDs) dengan menyediakan perawatan kesehatan gratis, pembatasan kerja, penggantian upah, dan modifikasi ergonomi pada area kerja. http://www.jabfm.org/content/16/6/533.full (Journal of the American board of the family medicine). Penelitian di Indonesia yang dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi risiko dan prevalensi sindroma ini pada pekerja masih sangat sedikit. PT. Istech Resourse Asia adalah Perusahaan Outsourcing engineering services oil and gas company office berlokasi di Gedung Graha Irama, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-1 Jakarta. Didirikan pada tahun 1999 oleh suatu Tim Manajemen Konsultasi yang profesional dan berpengalaman pada penyediaan jasa Teknik dan Rancang-Bangun secara lengkap kepada Perusahaan Klien pada berbagai area wilayah yang ada pada saat ini. PT. Istech Resource Asia adalah sebagai pusat
4 pelatihan dan kegiatan perkantoran. Kegiatan perkantoran ini sangat membutuhkan komputer dalam menyelesaikan pekerjaan kantor tersebut, sehingga semua pekerja mempunyai tempat kerja sendiri dengan fasilitas komputer masing-masing mendapatkan satu buah perangkat komputer. Oleh karena itu, setiap pekerja mempunyai intensitas yang cukup lama dalam menggunakan komputer, yaitu hampir setiap hari dalam seminggu dengan aktifitas kerja yang dimulai dari pukul 07.00 hingga 16.00 wib dan jarang sekali pekerja melakukan kegiatan peregangan tubuh di saat sedang istirahat. Selain itu, pekerja yang bekerja dapat melebihi jam kerja yang seharusnya, apabila masih terdapat pekerjaan yang harus selesai pada saat itu juga, sehingga munculah keluhan yang dirasakan oleh pekerja pada pergelangan tangan akibat posisi janggal yang terlalu lama. Hal ini dapat diketahui dari hasil inspeksi kesehatan kerja yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Repetitive Movement dan Bad Posture dengan resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. B. Identifikasi Masalah Carpal tunnel syndrome seringkali merupakan hasil dari kombinasi faktorfaktor yang meningkatkan tekanan pada saraf median dan tendon di terowongan karpal, ketimbang masalah dengan saraf itu sendiri. Kemungkinan besar gangguan tersebut adalah karena kecenderungan bawaan - terowongan karpal hanya lebih kecil pada beberapa orang dibanding yang lain. Faktor lain termasuk trauma atau cedera pada pergelangan tangan yang menyebabkan pembengkakan, seperti keseleo atau patah tulang, aktifitas yang berlebihan dari kelenjar hipofisis,
5 hipotiroidisme, rheumatoid arthritis, masalah mekanik pada sendi pergelangan tangan, stres kerja, penggunaan berulang dari alat-alat tangan bergetar; retensi cairan selama kehamilan atau menopause, atau pengembangan dari kista atau tumor di kanal. Carpal tunnel syndrome juga berhubungan dengan kehamilan dan penyakit seperti diabetes, penyakit tiroid, atau rheumatoid arthritis. Dalam beberapa kasus penyebabnya tidak dapat diidentifikasi. Ada sedikit data klinis untuk membuktikan apakah gerakan berulang dan kuat dari tangan dan pergelangan tangan selama kegiatan bekerja atau bersantai dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome. Gerakan berulang dilakukan dalam program kerja normal atau kegiatan sehari-hari lainnya dapat mengakibatkan gangguan gerakan berulang seperti bursitis dan tendonitis. Kram penulis - suatu kondisi di mana kurangnya keterampilan koordinasi motorik halus dan sakit dan tekanan di jari, pergelangan tangan, atau lengan bawah yang disebabkan oleh aktivitas berulang - bukan merupakan gejala dari carpal tunnel syndrome. http://www.ninds.nih.gov/disorders/carpal_tunnel/detail_carpal_tunnel.htm (July 2012). C. Pembatasan Masalah Dari berbagai resiko yang timbul akibat manusia, alat dan sistem dimana menimbulkan aktifitas tangan yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, penulis mengambil permasalahan mengenai Hubungan Repetitive Movement dan Bad Posture dengan resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome.
6 D. Rumusan Masalah Apakah ada Hubungan Repetitive Movement dan Bad Posture dengan resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja PT. Istech Resources Asia? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan Repetitive Movement dan Bad Posture pada saat mengoperasikan komputer dengan resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome di PT. Istech Resources Asia, Jakarta Selatan tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran workstation (bentuk dan letak keyboard, bentuk dan letak mouse) terhadap faktor risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja di di PT. Istech Resources Asia tahun 2011. b. Diketahuinya karakteristik pekerja (umur, riwayat penyakit, Indeks Massa Tubuh, dan jenis kelamin) terhadap faktor risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja di di PT. Istech Resources Asia tahun 2011. c. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan (postur janggal, durasi, dan frekuensi postur janggal) terhadap faktor risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja di di PT. Istech Resources Asia tahun 2011.
7 d. Diketahuinya gambaran faktor lama bekerja terhadap faktor risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja di di PT. Istech Resources Asia tahun 2011. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Perusahaan a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk menerapkan kesehatan kerja pada penggunaan komputer. b. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan pekerja terhadap bahaya kesehatan kerja, khususnya bahaya Ergonomi. 2. Manfaat Bagi FKM Esa Unggul a. Mengetahui perkembangan K3 di perusahaan, terutama mengenai Hubungan lamanya penggunaan komputer dengan Carpal Tunnel Syndrome sebagai bahan pendidikan yang akan datang. b. Menambah ilmu pengetahuan di bidang K3, terutama di sektor Kesehatan Kerja, yaitu Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome. 3. Manfaat Bagi Penulis c. Mampu mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan di bangku kuliah ke dalam kehidupan nyata. d. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan kesehatan masyarakat di tempat belajar pada tempat kerja.