BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yang mengenai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan emailnya masih mengalami maturasi setelah erupsi sehingga besar kemungkinan terjadinya karies. Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan, ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi dan diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Karies disebabkan karena adanya 2 faktor yaitu faktor utama dan faktor pendukung. Faktor utama adalah bakteri kariogenik, karbohidrat yang diragikan (substrat), gigi yang rentan terhadap karies (host), dan waktu. Faktor pendukung diantaranya usia, jenis kelamin, diet makanan, perilaku dan kebiasaan individu, pengetahuan, dan tempat tinggal. 1,2,3,4 Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, penyakit rongga mulut yang sering dihadapi oleh anak- anak umumnya adalah penyakit gigi berlubang (karies gigi) dan penyakit periodontal. Kira-kira 60-90% anak- anak sekolah di seluruh dunia mengalami karies gigi dan penyakit periodontal dijumpai pada 5-20 % usia dewasa muda. Menurut Riskesdas dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia dibanding tahun 2007, dari 43,4% (2007) menjadi 1

2 53,2% (2013), yaitu 93.998.727 jiwa yang menderita karies gigi. Data prevalensi karies gigi berdasarkan provinsi menunjukkan hampir semua provinsi di Indonesia mengalami kenaikan prevalensi karies dari tahun 2007 ke tahun 2013, hanya 4 provinsi yang mengalami penurunan, yaitu Maluku Utara, Papua Barat, Yogyakarta dan Riau. 5,6 Pada anak sekolah dasar, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja menyebabkan keluhan sakit, tetapi juga menyebabkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu kosentrasi belajar, mempengaruhi nafsu makan, dan asupan makanan sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan gangguan pertumbuhan fisik. 7 Gigi yang paling sering terkena karies adalah gigi molar pertama permanen. Gigi ini memiliki bentuk fisur yang dalam akibatnya sisa sisa makanan mudah melekat dan bertahan sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung cepat dan menimbulkan karies gigi. Gigi molar satu permanen merupakan gigi yang pertama kali erupsi di rongga mulut, yaitu pada usia 6-7 tahun. Gigi tersebut sangat penting ada susunannya di gigi geligi salah satunya sebagai kunci oklusi, tetapi banyak gigi molar satu permanen yang karies segera setelah erupsi. Frekuensi kerusakan gigi molar satu permanen sudah mencapai 66%. Permukaan oklusal molar permanen pertama menjadi lokasi karies terbanyak setelah gigi tersebut erupsi. 2,8 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Veronica Serban dkk di Romania tahun 2009 menyatakan bahwa kelompok umur 6-8 tahun didapatkan pasien yang

3 karies gigi molar pertama permanen adalah 34,8 %, persentase ini meningkat pada umur 9-11 tahun yaitu 37,3% dan menurun pada usia 12-13 tahun (27%). Di Jeddah tahun 2012, Khalid H.M.Al-Samadani melakukan penelitian pada 432 orang anak sekolah di Jeddah yang berumur 9-12 tahun didapatkan bahwa prevalensi karies gigi molar pertama permanen yang tertinggi pada usia 9 tahun (33%) dan terendah pada usia 12 tahun (16,5%). Penelitian Nazia Sultan Ali dkk tahun 2013 di Pakistan menyatakan bahwa prevalensi karies gigi molar pertama permanen pada anak- anak di Pakistan yang berusia 8-12 tahun adalah 30,60%. Jin Dong Wang di China tahun 2012 juga melakukan penelitian pada anak umur 7-8 tahun menyatakan bahwa prevalensi karies gigi susu dan gigi permanen pada umur 7-8 tahun sangat tinggi yaitu 68,7%, pit dan fisur yang dalam memilki resiko tinggi terkena karies. 43,44,45,46 Sebagian besar karies menyerang gigi molar pertama permanen, baik molar pertama rahang atas maupun rahang bawah. Gigi molar pertama tidak menggantikan gigi susu manapun dan letaknya di belakang. Hampir semua orang tua berfikir, gigi tersebut akan diganti dan akibat pembersihan gigi yang kurang hampir 50% gigi molar pertama pada anak- anak usia 8 tahun sudah ditemukan karies atau gigi berlubang. 47 Kehilangan gigi molar pertama permanen bawah memilki prevalensi cukup tinggi. Jika dilihat dari waktu penggunaannya, gigi ini merupakan gigi yang paling sering rusak karena karies sehingga harus dicabut (70 % ) dan paling sering direstorasi. Selain itu, gigi ini erupsi sebelum semua gigi sulung tanggal

4 sehingga banyak yang beranggapan bahwa gigi molar pertama permanen adalah gigi sulung. Jika gigi ini terkena karies, maka sering dibiarkan saja atau dicabut. 9 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinta Silaban tahun 2013 pada anak umur 8-10 tahun di Kelurahan Kawangkoan Bawah menunjukkan bahwa jumlah karies molar pertama permanen adalah 67,70% dan gigi molar yang sehat adalah 32,3%. Penelitian Ade Nurzaqiah tahun 2014 pada anak sekolah dasar di Makassar menunjukkkan bahwa prevalensi karies yang cukup tinggi yaitu 84%. 1,10 Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, salah satunya adalah perilaku. Perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena pentingnya perilaku dalam mempengaruhi status kesehatan gigi, maka frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku dapat mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut termasuk mempengaruhi skor karies dan penyakit periodontal. Tingginya angka kejadian karies baik di Indonesia maupun di dunia, tidak terlepas dari pengaruh faktor perilaku. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi. Penelitian tahun 2009 di wilayah Delitua Kabupaten Deli Sedrang Medan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan anak sekolah tentang kesehatan gigi terhadap kejadian karies gigi dengan p = 0,048 (< p = 0,05). Penelitian tahun 2011 di Kabupaten Banjar Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan terhadap karies gigi.

5 Pengetahuan yang tinggi akan memberikan kontribusi baik kepada anak untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulutnya. 11,12,13 Terjadinya karies gigi memang tidak sepenuhnya tergantung pada perilaku individu, karena banyak faktor lain yang berperan terhadap terjadinya karies gigi. Namun perilaku yang benar tentang kesehatan gigi, sangat berperan dalam proses pencegahan karies gigi baik pencegahan primer, sekunder maupun tertier, bahkan dapat menghentikan proses karies gigi pada tahap awal. 14,15 Berdasarkan laporan bulanan Puskesmas di Kabupaten Agam tahun 2014 terdapat 1.481 orang terkena karies. Pada bulan Januari - Agustus tahun 2015 sudah ditemukan 1.251 orang menderita karies. Di Puskesmas Ahad Kabupaten Agam ditemukan 50% masyarakat terkena karies pada bulan Desember 2014 dan pada bulan Januari sampai Oktober 2015 ditemukan 707 orang kelainan pulpa yang disebabkan oleh karies. Sekolah dasar yang memiliki masalah gigi dan mulut tertinggi di wilayah kerja puskesmas Ahad adalah SD N 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya. Data di atas menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Ahad tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, jumlah dokter gigi ataupun tenaga ahli dibidang kesehatan gigi dan mulut masih sangat minim di Kecamatan Tanjung Raya. 16,17 Berdasarkan alasan alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan perilaku anak terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam.

6 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan perilaku anak terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum : Untuk mengetahui hubungan perilaku anak terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. 1.3.2 Tujuan Khusus : a. Mengetahui gambaran pengetahuan anak terhadap kesehatan gigi dan mulut pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. b. Mengetahui gambaran sikap anak terhadap kesehatan gigi dan mulut pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. c. Mengetahui gambaran tindakan anak terhadap kesehatan gigi dan mulut pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam.

7 d. Mengetahui gambaran kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. e. Mengetahui hubungan pengetahuan anak terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. f. Mengetahui hubungan sikap anak terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. g. Mengetahui hubungan tindakan anak terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Setempat (PUSKESMAS) Memberikan masukan kepada petugas kesehatan di puskesmas khususnya pemegang program kesehatan gigi untuk program penanggulangan kesehatan gigi dan mulut. 2. Bagi Institusi Sekolah Memberikan informasi kepada pihak sekolah untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. 3. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman.

8 b. Mengetahui gambaran kesehatan gigi dan mulut anak sekolah dasar. c. Salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi. 4. Bagi Populasi Penelitian a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan gigi dan mulut terutama mengenai karies gigi. b. Mengetahui dampak yang ditimbulkan bila tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut. c. Mengetahui akibat yang ditimbulkan karena karies gigi. 5. Bagi Penelitian Selanjutnya Menjadi bahan informasi dan data dasar bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah dilakukan penelitian pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam untuk melihat hubungan perilaku anak terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi molar pertama permanen pada siswa SD Negeri 11 Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam tahun 2016.