31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian KPP Jakarta Kebayoran Lama, yang kini berubah menjadi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada dalam lingkungan kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta III dan didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPP BM), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. Sebelumnya berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 946/KMK.01/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, KPP Jakarta Kebayoran Lama merupakan unit pelaksana teknis dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah IV Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Raya II dan diklasifikasikan sebagai KPP tipe A. KPP Jakarta Kebayoran Lama berlokasi di Jalan Ciledug Raya No.65 Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Berdasarkan pengumuman DJP Nomor PENG-03/PJ.09/2007 tanggal 21 Juni 2007 bahwa KPP Jakarta Kebayoran Lama telah secara resmi beroperasi sebagai KPP
32 Pratama sejak 12 Juni 2007. Pembentukan KPP Pratama ini merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, serta manajemen sumber daya manusia. Perubahan tersebut meliputi perubahan struktur organisasi berdasarkan fungsi, operasional kantor dengan sistem otomatisasi, adanya Account Representative (AR) untuk pelayanan kepada wajib pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik. Sejak itu, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama tidak hanya melayani Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tetapi juga Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Selain itu KPP Pratama ini juga melakukan pemeriksaan, tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan. Pada KPP Pratama ini terdapat Account Representative (AR) yang memiliki tugas antara lain memantau keadaan Wajib Pajak (WP) dan penghubung wajib pajak untuk berkonsultasi. Wilayah kerja KPP Jakarta Kebayoran Lama meliputi 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Pesanggrahan dan Kecamatan Kebayoran Lama. Kecamatan Pesanggrahan mencakup 5 (lima) kelurahan yaitu Bintaro, Petukangan Utara, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, dan Ulujami, sedangkan Kecamatan Kebayoran Lama mencakup 6 (enam) kelurahan yaitu Pondok Pinang, Grogol Utara, Grogol
33 Selatan, Cipulir, Kebayoran Lama Utara, dan Kebayoran Lama Selatan. Jumlah Wajib Pajak (WP) yg terdaftar sampai dengan akhir triwulan ke-iii (30 September) 2007 adalah 48.186 WP (meliputi Badan dan Orang Pribadi). B. Visi, dan Misi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku induk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama telah menyusun visi, misi, dan strateginya dalam rangka menjalankan tugas-tugas pelayanan publik yang tertuang dalam cetak biru (blue print) Kebijakan DJP tahun 2001 sampai dengan 2010 sesuai dengan keputusan DJP dengan Nomor KEP-178/PJ/2004. 1. Visi Visi merupakan landasan untuk menjalankan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Visi DJP adalah menjadi model pelayanan masyarakat dengan sistem administrasi modern yang berkelas dunia, dipercaya, dan dibanggakan masyarakat. 2. Misi Misi umum DJP terbagi dalam empat bidang, yaitu fiskal, ekonomi, politik, dan kelembagaan. Misi DJP di bidang fiskal adalah menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Di bidang ekonomi, mendukung kebijaksanaan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijaksanaan yang
34 minimizing distortion. Bidang politik, mendukung proses demokratisasi bangsa. Dan misi DJP di bidang kelembagaan adalah senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir. Misi khusus di bidang perpajakan yang tercantum dalam cetak biru DJP adalah Menghimpun penerimaan negara dari sektor perpajakan guna menunjang kemandirian pembiayaan Anggaran Pandapatan dan Belanja Negara (APBN). C. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama memiliki struktur organisasi yang membentuk instansi vertikal, yaitu bentuk bagan yang menunjukkan fungsi dan wewenang mulai dari puncak pimpinan sampai dengan saluran organisasi atau jabatan terendah, seperti yang digambarkan pada Ilustrasi 3.1 berikut ini :
35 Ilustrasi 3.1 STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN LAMA Subbag Umum Sudaryatmo Pelaksana = 8 orang Kepala Kantor Budi Eko Seksi Penagihan Kusumajadi Dawanas Seksi Waskon I Dedi Rahardi Seksi Waskon II Sofyan Seksi Waskon III Dian Marheti Seksi Waskon IV Dahlia Arief Seksi Pelayanan Muhammad Anas Pelaksana = 8 orang Account Representative = 5 orang Pelaksana = 2 orang Account Representative = 4 orang Pelaksana = 2 orang Account Representative = 4 orang Pelaksana = 2 orang Account Representative = 4 orang Pelaksana = 2 orang Pelaksana = 17 orang Seksi PDI Yan Santoso Purba Pelaksana = 16 orang Seksi Ekstensifikasi Djuari Pelaksana = 16 orang Fungsional Pemeriksa Fungsional Pemeriksa = 6 orang Sumber : KPP Pratama Kebayoran Lama
36 D. Tugas Pokok dan Fungsi KPP Fungsi KPP Pratama Jakarta Kebayoran lama sama sebagaimana KPP Pratama lainnya yaitu mengemban salah satu misi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), yaitu menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak dengan uraian tugas pokok antara lain sebagai berikut: 1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan serta pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak; 2. Penelitian dan penata usahaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, SPT Masa serta berkas Wajib Pajak (WP); 3. Pengawasan pembayaran masa PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL Dikarenakan sudah menjadi KPP Pratama, maka pembayaran pajak juga meliputi PBB dan BPHTB; 4. Penata usahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan,penyelesaian kebertan dan peninjauan kembali, penata usahaan banding, dan penyelesaian restitusi PPh, PPN, PPnBM, PTLL, PBB dan BPHTB; 5. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan; 6. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP); 7. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak (SKP); 8. Pengurangan sanksi pajak; 9. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan; 10. Pelaksanaan administrasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama.
37 E. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pemilihan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakanan metode penelitian deskriptif yaitu menggambarkan secara objektif suatu keadaan tertentu dalam hal pembahasan mengenai perbedaan kepatuhan wajib pajak sebelum dengan sesudah penerapan e- Filing, Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersunber dari kepustakaan dan riset lapangan. F. Populasi dan Sampel Penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian purposive sampling, yaitu pemilihan sampel untuk tujuan tertentu dengan menggunakan kuesioner, Sampel penelitian ini adalah Wajib Pajak (WP) yang sudah menggunakan e-filing sebagai cara penyampaian SPT mereka yang berada di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama sampai dengan bulan November 2007, Agar lebih spesifik lagi penulis hanya memilih sampel yang di kriteriakan sebagai berikut : 1. Wajib Pajak yang memiliki penghasilan yang cukup besar atas usaha atau pekerjaan yang dilakukannya dengan rata-rata sekitar diatas Rp.100.000.000, (seratus juta rupiah). 2. Penelitian ini hanya fokus kepada Wajib Pajak Badan yang berada di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama terutama di wilayah kecamatan Pesanggrahan di karenakan memilki kode etik / e-fin yang sama di setiap wilayahnya.
38 3. Wajib Pajak Badan yang hanya menggunakan e-filing dalam penyampaian SPT nya, karena dari data yang didapat penulis Wajib Pajak Badan pengguna e-filing di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama sampai dengan bulan November 2007 baru hanya berjumlah 15 (empat belas) WP atau sekitar hanya 0,028 % dari jumlah seluruh WP yang terdaftar. Tabel 3.1 Teknik Sampling Jumlah keseluruhan sampel penelitian penulis melalui 100 koesioner. Wajib Pajak yang atas usaha atau pekerjaan yang (50) dilakukanya dengan rata-rata kurang dari Rp.100.000.000. Wajib Pajak yang bukan merupakan Wajib Pajak yang berada di wilayah kecamatan Pesanggrahan. Wajib Pajak Badan yang tidak menggunakan e-filling dalam penyampaian SPT nya 50 (25) 25 25 (10) Jumlah Sampel yang digunakan 15 Sumber : data diolah penulis
39 G. Definisi Operasional Variabel Dalam pelaksanaan penelitian penulis menggunakan 2 Variabel yang terdiri sebagai berikut : 1. e-filing atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik adalah suatu layanan yang disediakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) agar Wajib Pajak (WP) dapat menyampaikan SPT pajak beserta lampirannya dengan sistem on-line dan real time melalui sebuah perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider/ASP) yang telah ditunjuk oleh DJP dengan menggunakan jalur internet. 2. Tingkat kepatuhan pajak adalah Tingkat dimana para pembayar pajak mengikuti (atau tidak mengikuti) aturan-aturan perpajakan negaranya, misalnya melaporkan pendapatannya, mengisi pengembaliannya, dan membayar pajak tepat pada waktunya. H. Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dari buku-buku, serta bahan-bahan kuliah, makalah dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian Lapangan (Field Research)
40 a. wawancara (Interview), yaitu wawancara langsung dan bertatap muka untuk memungkinkan pewawancara mengajukan banyak pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen perusahaan untuk memperoleh data yang diperlukan, terutama pada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. b. Observasi (Observation). Dengan observasi ke perusahaan, diperoleh data berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi dan data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. I. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian dengan cara pengumpulan data-data yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Penulis selanjutnya akan menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode : 1. Metode Analisis Kuantitatif. Dalam metode ini penulis akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Melakukan Tabulasi data penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan sebelum dengan sesudah penerapan e-filing. b. Menganalisa perbedaan jumlah kepatuhan Wajib Pajak Badan sebelum dengan sesudah penerapan e-filing.
41 2. Metode Deskriptif Kualitatif. Dalam penulisan skripsi ini data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif yaitu metode yang menganalisis data dengan mencari makna yang lebih luas dan implikasinya terhadap hasil analisis dengan memberikan kesimpulan perbedaan kepatuhan Wajib Pajak sebelum dengan sesudah penerapan e-filing, sebagai salah satu titik yang menentukan berhasil atau tidaknya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Direktorat Jendral Pajak (DJP) atas penggunaan e-filing dalam penyampaian SPT Wajib Pajak tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.