PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK NON RUMINANSIA TAHUN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DI KABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DIKABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2015

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

DAFTAR ISI. Dr. Ir. Riwantoro, MM NIP i KATA PENGANTAR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Bagian Kelima Bidang Produksi Pasal 12 (1) Bidang Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN PENGAWASAN TERNAK RUMINANSIA BESAR BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK

PEDOMAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KELINCI DI PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Ir. Fauzi Luthan NIP

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN USAHA BUDIDAYA BABI RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

Transkripsi:

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan babi merupakan program untuk penyediaan bibit babi dalam rangka mendukung peningkatan bibit dan daging. Untuk keberhasilan program ini perlu adanya persiapan yang memadai baik di tingkat pusat maupun daerah sampai tingkat kelompok peternak. Dalam rangka koordinasi dan pelaksanaan pembinaan di lapangan, Direktorat Perbibitan Ternak menyusun Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Babi tahun 2012. Pedoman Teknis ini perlu ditindak lanjuti dan dijabarkan lebih lanjut ke dalam Pedoman Pelaksanaan di tingkat provinsi, dan Pedoman Teknis Pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota, disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, serta disinkronkan dengan kebutuhan, sehingga terjadi keterkaitan yang sinergis antara daerah yang bersangkutan dengan pusat. Jakarta, Agustus 2012 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...... iii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR LAMPIRAN...... vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan dan Sasaran... 2 C. Ruang Lingkup... 2 BAB II. PERSYARATAN LOKASI, KELOMPOK PETERNAK DAN PETERNAK A. Persyaratan Lokasi... 3 B. Kriteria Kelompok Peternak... 3 C. Kriteria Peternak... 4 BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Penggunaan Dana... 5 B. Proporsi Penggunaan Dana... 5 BAB IV. TATALAKSANA PEMBIBITAN A. Persyaratan Teknis Bibit Babi... 6 B. Kandang dan Perlengkapan... 6 C. Pakan dan Obat... 7 D. Kesehatan Hewan... 8 E. Biosekuriti... 9 F. Tatacara Pengembangbiakan... 9 G. Peremajaan (replacement)... 10

BAB V. PELESTARIAN LINGKUNGAN... 11 BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN A. Pembinaan dan Pengawasan... 12 B. Pelaporan... 13 BAB VII.PENUTUP... 14

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran halaman 1. Skema Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan... 15 Pembibitan Babi 2. Laporan Administrasi dan Populasi Babi... 17

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sinergitas pembangunan nasional berbasis pada pengembangan sumberdaya manusia sangat ditentukan pula pada ketersediaan pangan yang dapat memenuhi kecukupan gizi masyarakat. Fakta dilapangan memperlihatkan bahwa usaha budidaya babi masih dipertahankan sebagai kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan, khususnya pada daerah-daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Babi merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi dan peran yang strategis dalam penyediaan protein hewani. Di Indonesia, usaha peternakan babi mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini disebabkan selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga masih terbukanya peluang ekspor ke negara lain terutama Singapura. Untuk mendukung perkembangan usaha peternakan babi di Indonesia diperlukan ketersediaan bibit yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan pengembangan babi khususnya dalam usaha pembibitan babi membutuhkan penanganan yang lebih intensif dan masih perlu campur tangan pemerintah. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan pembibitan babi adalah : 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas bibit babi 2. Menjaga dan menambah sentra/kawasan sumber bibit babi. Sasaran : 1. Meningkatnya produksi dan produktivitas bibit babi 2. Bertambahnya sentra/kawasan sumber bibit babi. C. Ruang Lingkup 1. Persyaratan Lokasi, Kelompok Peternak dan Peternak; 2. Pelaksanaan Kegiatan; 3. Tatalaksana Pembibitan; 4. Pengawalan dan Pembinaan; 5. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan. 1

BAB II PERSYARATAN LOKASI, KELOMPOK PETERNAK DAN PETERNAK A. Persyaratan Lokasi Lokasi yang dipilih dalam kegiatan ini adalah daerah/kawasan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Merupakan sentra pengembangan babi; 2. Lokasi mudah dijangkau oleh pelaku usaha budidaya babi 3. Memiliki banyak sumber pakan dan sarana/prasarana pendukung bagi keberlanjutan kegiatan pembibitan. 4. Lokasi memperoleh ijin dari masyarakat dan pemerintah setempat. B. Kriteria Kelompok Peternak 1. Merupakan kelompok binaan dan terdaftar pada dinas yang membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota; 2. Mempunyai kepengurusan dan alamat yang jelas; 3. Sudah berpengalaman dalam kegiatan usaha peternakan babi; 4. Tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan atau mendapat modal pada tahun-tahun sebelumnya; 5. Tidak bermasalah dengan perbankan atau sumber permodalan lainnya. C. Kriteria Peternak 1. Memiliki pengalaman dalam pengembangbiakan babi; 2. Terdaftar secara resmi sebagai anggota kelompok; 3. Bersedia melakukan usaha pembibitan babi; 4. Memiliki sarana kandang sendiri atau kandang kelompok sesuai kapasitas yang akan diberikan kepada kelompok, minimal untuk 10 ekor induk dan 3 ekor pejantan. 5. Bersedia mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam penerimaan bantuan ternak. 6. Peternak yang terpilih dalam kegiatan ini dipersiapkan untuk melaksanakan usaha pembibitan babi (sebagai produsen) dengan tujuan memproduksi bibit dan daging. 2

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Dana pengembangan pembibitan babi tahun 2012 dialokasikan dalam bentuk dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), pada Tugas Pembantuan DIPA Satuan Kerja Dinas Peternakan Provinsi/Kabupaten tahun 2012. Tata cara pengajuan, penyaluran, penggunaan dan pertanggungjawaban dana dilakukan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. A. Penggunaan Dana Dana yang telah dialokasikan, digunakan untuk : 1. Pembelian bibit babi sesuai spesifikasi teknis; 2. Bantuan perbaikan kandang, pembelian peralatan, peningkatan kemampuan SDM, pakan, obat-obatan dan sarana pembibitan lainnya B. Proporsi penggunaan dana Perlu dibuat kesepakatan antar anggota kelompok yang diketahui oleh Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota mengenai sistem kerja dalam pemanfaatan dana, dengan proporsi sebagai berikut : 1. Sekitar 80% dari dana yang diterima digunakan untuk pembelian bibit (minimal 10 ekor betina dan 3 ekor pejantan); 2. Sekitar 20% sisanya digunakan untuk pembiayaan kebutuhan lainnya termasuk peningkatan kemampuan SDM kelompok peternak. 3

BAB IV TATALAKSANA PEMBIBITAN Tatalaksana pembibitan babi adalah kegiatan melakukan pembiakan babi hasil seleksi melalui perkawinan yang seleksinya didasarkan pada sifat produksi dan/atau reproduksi. Tatacara pembiakannya adalah : (a) melakukan perkawinan babi jantan dan betina untuk menghasilkan bibit; (b) menghasilkan untuk pedaging. Usaha pembibitan babi dilakukan dengan mengacu kepada Pedoman Pembibitan Babi Yang Baik (GBP). A. Pesyaratan Teknis Bibit Babi 1. Bibit diutamakan hasil produksi dari pembibit; 2. Babi bebas dari penyakit menular; 3. Memenuhi persyaratan teknis minimal bibit babi sesuai galur yang digunakan; 4. Babi betina induk siap berproduksi dan pejantan siap kawin. Untuk mengatasi kesulitan penyediaan babi induk, dipertimbangkan pengadaan bibit dengan memperhitungkan pakan sampai dengan babi siap produksi. B. Kandang dan Perlengkapan 1. Bangunan kandang pejantan harus kuat dengan ukuran 3m x 2m. Kandang induk/induk bunting 3m x 2,5m yang bisa dilengkapi halaman umbaran 2. Kandang cukup ventilasi, memperoleh cukup sinar matahari dan terhindar dari aliran hembusan angin yang terus menerus. 3. Tempat pakan dan air minum terbuat dari bahan semen dan sesuai dengan umur babi, baik ukuran maupun bentuknya. 4. Tempat pakan dan air minum harus diletakan secara praktis, berdekatan, mudah terjangkau, sehingga pakan tidak tercecer. 5. Babi yang sakit ditempatkan di kandang isolasi, alat untuk membersihkan kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain. 7. Lantai kandang terbuat dari semen dan dibuat miring agar memudahkan dalam pembersihan C. Pakan dan Obat 1. Pakan a. Pakan yang digunakan berupa pakan komersial dan/atau campuran sesuai dengan kebutuhan minimal gizi untuk babi dan layak konsumsi; 4

b. Pakan dapat diberikan dalam bentuk konsentrat, dedak, ampas tahu dan campuran. 2. Obat a. Obat hewan yang digunakan seperti biologik, premik, farmasbabi adalah obat hewan yang telah terdaftar dan memiliki nomor pendaftaran obat hewan; b. Penggunaan obat hewan harus dibawah pengawasan dokter hewan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. D. Kesehatan Hewan 1. Kandang yang digunakan untuk pembibitan babi dirancang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dimasuki dan tidak lembab 2. Pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan dilakukan dengan menggunakan desinfektan. 3. Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit dan hama lainnya dilakukan secara teratur. 4. Kandang harus dikosongkan minimal 2 minggu sebelum digunakan kembali; 5. Setiap individu, kendaraan, peralatan dan atau barang lainnya yang akan masuk atau dibawa ke dalam lokasi pembibitan harus didesinfeksi. 6. Pencegahan terhadap penyakit menular yaitu H1N1 dan penyakit cacing serta penyakit lainnya dilakukan sesuai petunjuk teknis kesehatan hewan. 7. Apabila terjadi kasus penyakit hewan menular yang menyerang babi di lokasi pembibitan harus segera dilaporkan kepada dinas setempat untuk dilakukan tindakan sebagaimana mestinya. 8. Babi, bangkai babi dan limbah pembibitan yang terkena penyakit hewan menular tidak boleh dibawa keluar lokasi pembibitan dan harus segera dimusnahkan dengan dibakar dan/atau dikubur. E. Biosekuriti Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit hewan pada ternak, dilakukan tindakan sebagai berikut : (1) lokasi pembibitan harus memiliki pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan, barang serta mencegah masuknya hewan lain; (2) Setiap individu sebelum masuk ke unit kandang harus melalui ruang sanitasi untuk disemprot dengan desinfeksi. atau mencelupkan kaki ke bak cuci yang telah diberi disinfektans, (3) pengunjung yang hendak masuk lokasi pembibitan harus meminta izin dan mengikuti peraturan yang ada. 5

F. Tatacara Pengembangbiakan 1. Sistem Perkawinan Perkawinan antara babi jantan dan betina dilakukan secara alami dengan perbandingan 1 :20-30 ekor betina 2. Penanganan anak Penanganan anak pada pembibitan babi yang baik dilakukan sebagai berikut : a. Pemeliharaan babi grower (umur 2-4 bulan) b. Pemeliharaan babi finisher (umur >4-6 bulan) c. Pemeliharaan babi dara umur >6 bulan 3. Pencatatan Pencatatan pada pembibitan babi yang baik meliputi : a. Produksi (bibit, jantan, betina) dan indukan b. Data (umur, jumlah ternak, jumlah pakan, bobot badan, jenis penyakit, penggunaan obat/vaksin dan kematian); c. Pemasukan dan pengeluaran bibit babi (tanggal, asal/tujuan, galur, jumlah, jenis kelamin, kondisi). G. Peremajaan (Replacement) Untuk keberlanjutan usaha pembibitan babi, maka pengafkiran untuk ternak babi jantan pada umur 2,5-3 tahun dan umur 3-4 tahun untuk babi betina. 6

BAB V PELESTARIAN LINGKUNGAN Setiap usaha pembibitan babi selalu memperhatikan aspek pesestarian lingkungan antara lain dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : A. Menyusun rencana pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan sebagaimana diatur dalam: 1. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 3. Peraturan Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). B. Melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan, sebagai berikut : 1. mencegah terjadinya erosi dan membantu pelaksanaan penghijauan di areal peternakan; 2. mencegah terjadinya polusi dan gangguan lain seperti bau busuk, serangga, pencemaran air sungai dan lain-lain; 3. membuat dan mengoperasionalkan unit pengolah limbah peternakan (padat, cair, gas) sesuai kapasitas produksi limbah yang dihasilkan. Pada peternakan rakyat dapat dilakukan secara kolektif oleh kelompok. 7

BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN A. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan dilakukan bersama Dinas Provinsi dan atau Kabupaten/Kota. Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilakukan untuk mengetahui : 1. Kesiapan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam pedoman teknis ini; 2. Tingkat keberhasilan yang dicapai (populasi ternak, dan pola pembibitan); 3. Permasalahan dan pemecahannya. Pembinaan terhadap peternak dilakukan secara terarah dan terus menerus. Pembinaan tersebut dilakukan oleh unsur pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah (Pusat), Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Dalam rangka pengembangan Pembibitan Babi diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan, sehingga dana yang disalurkan kepada kelompok yang merupakan penguatan modal dapat terus dipupuk dan selanjutnya dikembangkan untuk kelompok lain. Pola pengembangan berdasarkan kesepakatan antara pemerintah daerah (kabupaten/kota) bersama dengan kelompok. B. Pelaporan Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan pembibitan babi dengan tahapan sebagai berikut : 1. Kelompok peternak penerima bantuan Dana Tugas Pembantuan wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap bulan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. 2. Dinas Kabupaten/Kota melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan Ternak, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Format laporan terdapat pada lampiran 3 dan 4. 8

BAB VII PENUTUP Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Babi ini merupakan acuan untuk kelancaran kegiatan pengembangan pembibitan babi tahun 2012. Dengan pedoman ini diharapkan semua pelaksana kegiatan, dapat melaksanakan kegiatan pengembangan pembibitan babi dengan baik, sehingga berhasil sesuai dengan tujuan. Direktorat Perbibitan Ternak, 9

LAMPIRAN-LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Nomor :... 10

Lampiran 1 : Lokasi Pengembangan Pembibitan Babi Tahun 2012 1. Provinsi Bali 2. Provinsi Nusa Tenggara Timur 3. Provinsi Kalimantan Barat 4. Provinsi Sulawesi Utara 11

12

Lampiran 1 : SKEMA PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI Replacement stock Pakan Pembinaan Betina Bibt Dana TP Itik Bibit Kelompok peternak Itik Bibit Berkualitas Daging Pasar obat 2 an Pelatihan Pejantan 13

Lampiran 2 : LAPORAN ADMINISTRASI DAN POPULASI BABI Nama Kelompok :... Alamat Kelompok :... 1. LAPORAN ADMINISTRASI No. Uraian Fisik Target Realisasi 1. Bibit 2. Pakan 3. Kandang 4. Pelatihan/studi banding 5.... Keuangan 2. LAPORAN POPULASI Perkembangan Populasi awal Uraian Populasi No. Jtn Btn Jml Jtn Btn Jml 1. Nama Anggota... Induk Muda/Dara Anak 2. Nama Anggota... Induk Muda/Dara Anak 3. Dan seterusnya Jumlah Induk Muda/Dara Anak 3. LAIN-LAIN - Kematian : - Permasalahan : - Pemecahan : Mengetahui Ketua Kelompok (...) 14