BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencapaian tujuan nasional yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin berdasarkan Pancasila, salah satunya dengan jalan pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan. Pembangunan pada hakekatnya merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju pada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam upaya meningkatkan, memaksimalkan, serta melancarkan jalannya pembangunan nasional diperlukan adanya partisipasi dari seluruh rakyat Indonesia, diantaranya dengan memanfaatkan modal dasar yang dimiliki bangsa Indonesia. Dalam menjalankan pemerintahannya Negara Republik Indonesia memiliki beberapa bentuk penerimaan Negara atau penerimaan bagi kas Negara. Sumber penerimaan Negara terbagi menjadi dua sumber utama, yaitu Penerimaan Dalam Negeri dan Pinjaman Luar Negeri. Semakin banyak penerimaan dalam negeri dan semakin sedikit pinjaman keluar negeri, maka negara itu dapat dikatakan sebagai Negara yang mandiri. Salah satu bentuk penerimaan Dalam Negeri adalah berupa pajak. Pajak digunakan oleh pemerintah untuk penyelenggaraan pembangunan negaranya dan ditujukan bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dalam majalah Indonesia Tax Revenue terdapat artikel yang berjudul Ekstensifikasi Modernisasi KPP yang ditulis oleh Edi Suprapto, dikatakan bahwa penerimaan Negara yang paling besar dalam APBN adalah penerimaan dari sektor pajak. Hal ini dapat dilihat dari persentase penerimaan pajak yang mencapai 70 persen dari sektor ini. Pajak adalah kewajiban dari orang atau badan untuk menyerahkan sebagian daripada kekayaan atau perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tapi bukan suatu hukuman dan ditetapkan dengan peraturan hukum sehingga pelaksanaannya dapat dipaksakan dan tidak mendapat imbalan jasa. Sebagai sumber utama penerimaan Negara, maka pajak perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat berjalan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Penerimaan pajak baik yang terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, Bea Masukan dan Cukai, diharapkan dapat menggantikan peranan pinjaman luar negeri agar ketergantungan kepada pihak luar negeri dapat dikurangi. Selaras dengan hal itu, pemerintah secara berkesinambungan melakukan upaya ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pemungutannya dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak menuju arah kemandirian pembiayaan pembangunan. Walaupun sifat pajak adalah memaksa tetapi pajak tersebut dapat dikendalikan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan dan memahami perkembangan serta perubahan atas pajak yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Apabila wajib pajak sudah mengerti tentang tata cara dan aturan dalam perpajakan maka akan mudah bagi mereka untuk menyadari dan memahami kewajibannya untuk membayar pajak. Sistem pemungutan yang dianut Indonesia saat ini, adalah sistem self assessment, yang berarti ketepatan pajak yang ditetapkan Wajib Pajak sendiri yang dilakukannya dalam Surat Pemberitahuan (SPT), Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terhutang, ditentukan sendiri oleh perhitungan yang dilakukan oleh Wajib Pajak itu sendiri. Dalam hal ini Wajib Pajak harus teliti, dan benar dengan tanggung jawab yang ada, karena Wajib Pajak harus melaporkan semua informasi yang relevan dalam Surat Pemberitahuannya, menghitung dasar pengenaan pajaknya, menghitung jumlah pajak yang terhutang dan melunasi pajak yang terhutang atau mengangsur jumlah pajak yang terhutang.
Wajib pajak pun merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan peraturan-peraturan pajak yang berlaku, wajib pajak perlu berperan aktif dalam mensukseskan rencana yang telah dirancang. Kesadaran dalam memahami apa yang menjadi kewajiban, hak, dan sanksi yang melekat pada diri Wajib Pajak itu sendiri. Apabila mereka tidak menyadari pentingnya pajak maka mereka tidak menyadari kewajibannya dalam membayar pajak. Sebenarnya pemerintah dan aparat perpajakan telah memberikan banyak keringanan dalam hal pembayaran pajak, baik itu dari tata cara pembayarannya maupun dari jumlah yang wajib dibayarnya mendapatkan sedikit keringanan. Sehingga masyarakan atau wajib pajak dapat kemudahan dalam pembayaran pajak, lebih mudah jika dibandingkan dengan sebelumnya. Sekarang masyarakat hanya butuh kesadaran untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan Negara Republik Indonesia dengan membayar pajak. Upaya penyempurnaan UU pajak penghasilan dari waktu ke waktu terus dilakukan. Sejak dilakukan reformasi perpajakan dengan dikeluarkannya UU no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, serta UU no 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, pemerintah terus melakukan perubahan untuk mengakomodasi perkembangan usaha dan lingkungan bisnis yang relevan. (www.pajak.com). Modernisasi KPP merupakan salah satu bentuk reformasi yang dilakukan oleh pemerintah. Hal yang mendasari adanya modernisasi pajak dikarenakan terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Semula berbasis jenis pajak, yang dirubah menjadi berbasis fungsi yang lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat (www.pajak.go.id). Sejak tahun 2002 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan program perubahan (change program) atau reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut Modernisasi. Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Penerapan
sistem modernisasi ini dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan kantor pajak kapada Wajib Pajak. Hal ini dilakukan agar adanya kejelasan atas hak dan kewajiban-kewajiban pihak yang terkait, sehingga akan terkontrol dengan baik. Oleh karenanya seluruh unit kerja Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan Kantor Pelayanan Pajak selaku unit pelaksana perpajakan, mulai melakukan penyesuaian dalam pelaksanaannya, sesuai dengan konsep, prinsip dan sasaran yang sudah ditetapkan di unit masing-masing. Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk meneliti lebih lanjut mengenai Pengaruh Modernisasi dalam hal ini untuk mengetahui pengaruh modernisasi terhadap transparansi dan akuntabilitas yang dijalankan di KPP Madya. Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada salah satu Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah Bandung dan menuliskan hasil penelitian ini dalam sebuah skripsi yang berjudul : PENGARUH MODERNISASI KPP TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DI KPP MADYA BANDUNG Sebelumnya dengan judul Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Kerja Fiskus telah dilakukan penelitian oleh Satrio Sulistiyanto dengan NPM 01.04.433 di Universitas Widyatama Bandung. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah : - Waktu Penelitian : Penelitian terdahulu dilakukan sejak bulan Januari hingga bulan Februari 2009 - Tempat Penelitian : Tempat penelitian terdahulu adalah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung Jl. Soekarno Hatta No. 781. - Objek Penelitian : KPP Pratama Cicadas yang menjadi Objek Penelitian sebelumnya.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini : Apakah modernisasi KPP berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas di KPP Madya Bandung. 1.3 Pembatasan Masalah Penulis membatasi masalah Good Governance, penulis hanya akan membahas mengenai prinsip transparansi dan akuntabilitas. Sekalipun Good Governance menyangkut empat prinsip utama tidak hanya transparansi dan akuntabilitas saja dan pajak merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian Penelitian didefinisikan sebagai : suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dan usahausaha itu dilakukan dengan metode ilmiah (sutrisno Hadi,2001). Sehingga maksud penelitian untuk mengetahui apakah modernisasi KPP berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas, dan mengetahui apakah ada pengaruh positif antara modernifikasi KPP terhadap transparansi dan akuntabilitas di KPP Madya Bandung. 1.4.2 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Mengetahui apakah modernifikasi KPP berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas.
1.5 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak diantaranya : 1. Bagi Dirjen Pajak Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan yang dapat berguna bagi bahan pertimbangan pengambilan keputusan agar program-program atau kebijakan-kebijakan pajak yang akan datang dapat berjalan dengan lebih baik lagi. 2. Bagi Penulis Untuk memperoleh informasi dan wawasan yang lebih lagi terutama dalam hal perpajakan, sebagai bagian dari pembekalan diri untuk menuju ke dunia pekerjaan, serta untuk memenuhi syarat dan menempuh ujian sidang sarjana ekonomi di Universitas Widyatama. 3. Bagi pihak lain Dapat menambah pengetahuan dan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi untuk melanjutkan pokok pembahasan mengenai penelitian ini. 4. Bagi pihak KPP Madya Bandung Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar pelaksanaan mengenai modernisasi KPP bisa semakin baik dan semakin maksimal dalam penerapannya. 1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pemerintah dalam peraturannya yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang, dalam hal ini menyiratkan bahwa pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak dan Negara. Dalam upaya membiayai pembangunan di Indonesia, sumber-sumber penerimaan Negara terus digali dan mengingat bahwa sektor migas tidak dapat
dijadikan andalan sumber penerimaan Negara, maka sumber penerimaan dalam negeri yang menjadi pusat perhatian utama yaitu berupa pajak. Menurut buku Rochmat Soemitro, yang dikutip dari buku yang disusun oleh Mardiasmo, yang berjudul Perpajakan (2003;1) bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasaran Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa atau timbal balik kontrapretasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Penggolongan jenis pajak, terdiri dari tiga golongan yaitu : 1. Menurut sifatnya, jenis-jenis pajak terdiri dari dua yaitu : pajak langsung (pajak Penghasilan), dan pajak tidak langsung (pajak Pertambahan Nilai). 2. Menurut sasarannya /objeknya, jenis-jenis pajak terdiri dari dua yaitu : pajak subjektif (pajak penghasilan), dan pajak objektif (pajak Pertambahan Nilai). 3. Menurut lembaga pemungutan, dapat dibagi menjadi dua yaitu : pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak juga memiliki dua fungsi utama yaitu : 1. Fungsi Budgeter (Penerimaan ) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2. Fungsi Regureled (Mengatur) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, agar peredaran minuman keras dapat ditekan. Wajib pajak juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan peraturan-peraturan pajak yang berlaku, wajib pajak perlu berperan aktif dalam mensukseskan rencana yang telah dirancang. Kesadaran dalam memahami apa yang menjadi kewajiban, hak, dan sanksi yang melekat
pada diri Wajib Pajak itu sendiri. Apabila mereka tidak menyadari pentingnya pajak maka mereka tidak menyadari kewajibannya dalam membayar pajak. Modernisasi KPP dilakukan agar hak dan tanggung jawab yang ada dapat dijalankan sesuai dengan porsinya masing-masing, sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepada setiap unit. Tujuan lainnya adalah untuk menerapkan Good Governance. Pelaksanaan good governance, seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Suatu organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik manakala terdapat rambu-rambu yang jelas untuk memandu pelaksanaan tugas dan pekerjaannya, serta yang lebih penting lagi, konsistensi implementasi rambu-rambu tersebut. Dalam praktek berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak. Secara simple pengertian Good Governance sendiri dalam artian umum adalah komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika. Terdapat empat prinsip utama dari Good Governance yaitu : 1. Keadilan/ kewajaran (fairness) : keadilan bagi pemilik saham baik mayoritas dan terutama saham minoritas untuk memperoleh perlindungan dari penipuan insider trading serta praktek tidak sehat lainnya. 2. Transparansi : peningkatan keterbukaan atas informasi yang akurat dan tepat waktu atas kinerja perusahaan. 3. Akuntabilitas (Accountability) : akuntabilitas manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan kesetaraan dan keseimbangan kekuasaan antara manajer, pemegang saham, dewan direksi dan auditor. 4. Tanggung jawab ( Responsibility ) : tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi ketentuan yang berlaku suatu negara atau lingkungan masyarakat.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengajukan hipotesis bahwa : Modernisasi KPP memiliki pengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas. Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 1.7 Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan menguraikan terlebih dahulu kondisi objek penelitian berdasarkan fakta dan data yang ada, sehingga memperoleh gambaran yang jelas terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan dua cara, yaitu : 1. Studi Literatur Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji melalui buku-buku, diklat dan bahan-bahan bacaan lain yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan dan dijadikan pedoman
atau pegangan peneliti dalam penentuan teori-teori yang dapat menunjang penyusunan skripsi. Tujuannya untuk mendapatkan data sekunder yang akan digunakan sebagai bahan dalam penyusunan skripsi. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data primer. 2. Studi Lapangan Yaitu, metode pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh data langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Madya di kota Bandung, melalui observasi sehingga memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Palayanan Pajak Madya Bandung JL. Soekarno Hatta No 781. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober sampai dengan Januari 2010.