BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

dokumen-dokumen yang mirip
Rizki Lestari F

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. fenomena ini muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Pada

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. nantinya akan membawa bangsa menuju kearah kemajuan karena di. taraf kemajuan peradapan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan mempunyai tiga lingkungan, yakni lingkungan keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tantangan baru dan berkembang cepat, karenanya perlu kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran menurut Sardiman (2007: 59) dapat diartikan, Suatu usaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait bagi guru, tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan generasi muda yang belajar dan menuntut ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

PENGARUH NILAI TES MASUK DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjaga dari perilaku yang menyimpang dan hal-hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

Partono 1 Tri Minarni 2

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

HUBUNGAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK KARTANEGARA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia yang saat ini dilanda krisis multidimensi. Oleh karena itu untuk menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui jalur pendidikan dengan tujuan meningkatan mutu pendidikan. Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi makin pesat. Arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Seberapa besar kontribusi pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia dapat diketahui dari keberhasilan pendidikan yang telah dilakukan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang mempunyai proses belajar terencana, teratur, terawasi dan dipimpin oleh orang yang bertanggung jawab serta memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai. Keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan formal dapat dilihat dari pencapaian prestasi yang diperoleh. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercemin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang

memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Pemerintah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan meningkat, diantaranya dengan perbaikan kurikulum penataran bagi guru-guru, penyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan alat peraga. Namun demikian mutu pendidikan yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak ada artinya, jika tanpa dukungan dari guru, orang tua siswa, siswa dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatan mutu pendidikan. Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Hasil kegiatan belajar yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik. Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik orang tua, guru dan lebih-lebih bagi siswa. Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal tidak lepas dari kondisi-kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal. Namun perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam

beberapa gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah. Setiap gejala masalah ada sesuatu yang melatarbelakanginya, demikian juga dengan masalah belajar. Umpamanya prestasi belajar rendah dapat dilatarbelakangi oleh kecerdasan rendah, kekurangan motivasi belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik, gangguan kesehatan, kekusutan psikis, kekurangan sarana belajar, kondisi keluarga yang kurang mendukung, cara guru mengajar yang kurang sesuai, materi pelajaran yang terlalu sulit, kondisi sekolah yang kurang baik dan sebagainya. Untuk setiap jenis masalah banyak sekali faktor yang dapat melatarbelakanginya. Gejala masalah yang sama dapat dilatarbelakangi oleh faktor yang sama tetapi juga dapat dilatarbelakangi oleh faktor yang berbeda. Prestasi belajar dapat diketahui dari tindakan seseorang yang mencerminkan hasil belajarnya, sebagaimana pendapat Tu u (2004), yang mengatakan prestasi belajar adalah suatu hasil dari kegiatan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan melalui nilai tes atau angka yang diberikan guru pada evaluasi belajar. Prestasi belajar terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran disekolah. Hasil belajar yang diwujudkan dengan angkaangka berfungsi sebagai indikator untuk melihat kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai oleh siswa. Memperoleh prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor siswa memegang peranan dalam mencapai prestasi

belajar yang baik, karena siswa yang melakukan kegiatan belajar perlu memiliki karakter belajar dan disiplin belajar. Kondisi para siswa saat ini penuh dengan tantangan dan tuntutan, untuk dapat dipandang dan memiliki kemampuan cukup baik, sehingga dapat diharapkan menyelesaikan pendidikan tepat waktu dan melanjutkan ketingkat selanjutnya. Pada kenyataannya para siswa tidak selalu lancar dalam belajarnya. Para pelajar sering sekali tidak mampu menunjukkan prestasi akademiknya secara optimal. Sebagaimana kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Berdasarkan interview dengan ibu Roosmaningsih selaku guru bimbingan dan konseling (BK) SMP Negeri 2 Pekalongan pada tanggal 17 September 2011 mengatakan bahwa ada beberapa siswa-siswinya yang mengalami peningkatan belajar yang sangat baik. Salah satunya adalah Arienda siswa kelas 8C aktif dalam kegiatan kursus di luar sekolah. Selain itu setiap ada ulangan umum dan harian hasil belajarnya lebih dari rata-rata kelas. Arienda merupakan salah satu dari semua siswa-siswi SMP Negeri 2 pekalongan yang memiliki pemikiran yang kritis, rasa ingin tahu yang tinggi dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Ketika di berikan tugas langsung di kerjakan. Selain itu Vindy adalah siswa

kelas 8A yang mempunyai cara belajar yang biasa saja, namun aktif mengikuti ekstrakurikuler yaitu karya ilmiah remaja (KIR) dan mapel sain matematika atau IPA yang dipilih langsung dari guru. Dan aktif mengikuti kegiatan kursus di luar sekolah, meliputi bahasa inggris, matematika, dan fisika. Informasi yang diterima guru BK dari orangtua siswa, bahwa anaknya setiap hari selalu belajar dengan rutin dirumah baik ada ulangan atau tidak kecuali hari sabtu. Dari hasil pemeriksaan psikologis untuk mengetahui IQ di kelas 7 hasil dari tes intelegensi Arienda menunjukkan bahwa dia memiliki taraf kecerdasan di atas rata-rata. Namun Vindy menunjukkan memiliki taraf kecerdasan sedang atau di tengah ratarata. Arienda memperoleh skor 125 yang menunjukkan bahwa taraf kecerdasan (IQ) nya tergolong high average (rata-rata tinggi), sedangkan Vindy memperoleh skor 91 untuk tes intelegensi dan menunjukkan bahwa ia memiliki IQ yang tergolong average (rata-rata sedang). Pencapaian prestasi belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalyono (1997) secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki integensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya juga cenderung baik. Sebaliknya orang yang memiliki intelegensi rendah cenderung mengalami kesulitan belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya pun rendah. Sekitar 25% hasil belajar di sekolah bisa dijelaskan dari IQ yang diukur dengan tes intelegensi. Anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 pada umumnya mampu menyelesaikan sekolah dasar tanpa mengalami banyak kesulitan, sedangkan anak yang mempunyai IQ 70-89 pada umumnya akan

memerlukan bantuan khusus untuk dapat menyelesaikan sekolahnya (Nasution, 1993). Tabel 1.1. Rekapitulasi Hasil Kelulusan Siswa SMP Di Kabupaten Batang No. Keterangan Jumlah Prosentase 1. Lulus 10.118 97.95 2. Tidak Lulus 212 2.05 Total 10.330 100 Tabel 1.2. Jumlah Siswa SMP Yang Tidak Lulus di Kabupaten Batang No. Nama Sekolah Jumlah Siswa 1. SMPT Wonotunggal 2 2. SMPT Bandar 10 3. SMPT Blado 8 4. SMPT Gringsing 8 5. SMPT Tersono 14 6. SMPT Subah 21 7. SMPT Limpung 3 8. SMPT Kandeman 12 9. MTs Muhammadiyah Batang 6 10. MTs Darussalam Subah 1 11. MTs Salima 1 12. MTs Agung Alim Blado 3 13. SMP N 2 Wonotunggal 2 14. SMP N 2 Bandar 26 15. SMP N 4 Bandar 12 16. SMP N I Blado 3 17. SMP N 3 Bandar 11 18. SMP N 1 Tersono 1 19. SMP N 3 Tersono 3 20. SMP N 1 Grising 1 21. SMP N 2 Grising 1 22. SMP N 1 Limpung 1 23. SMP N 1 Subah 12 24. SMP N 2 Subah 3 25. SMP N 3 Subah 2 26. SMP N 2 Tulis 2 27. SMP N 1 Batang 2 28. SMP N 3 Batang 1 29. SMP N 4 Batang 10 30. SMP N 5 Batang 1

31. SMP N 7 Batang 15 32. SMP N 9 Batang 7 33. SMP N 2 Warungasem 1 34. SMP N 3 Kandeman 1 35. SMP N 1 Pecalungan 5 Jumlah 212 Tabel 1.3. Rekapitulasi Hasil Kelulusan Siswa SMP Di Kabupaten Pekalongan No Keterangan Jumlah Prosentase 1 Lulus 12.910 99.07 2 Tidak Lulus 120 0.93 13.030 100 Tabel 1.4. Data Siswa Yang Tidak Lulus Ujian Nasional di Kabupaten Pekalongan No. Kategori Jumlah 1 SMP Negeri 74 2 SMP Swasta 16 3 MTs Swasta 30 Total 120 Menurut Winkel (1992) prestasi belajar merupakan hasil pengukuran mengenai perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa setelah periode pembelajaran. Prestasi belajar dapat berupa nilai Pekerjaan Rumah (PR), Pekerjaan Sekolah (PS), tugas-tugas dan ulangan harian yang terangkum dalam nilai raport. Beberapa dikalangan pelajar juga menunjukkan adanya gejala rendahnya kedisiplinan belajar pada pelajar. Sering di jumpai pelanggaran yang dilakukan siswa di sekolah misalnya sering membolos, datang terlambat, sering membuat keributan di sekolah, tidak mengerjakan tugas, berpakaian atau berpenampilan yang kurang sopan di sekolah dan masih banyak lagi pelanggaran lainnya. Untuk mengatasinya pihak sekolah membuat peraturan atau tata tertib beserta sanksi jika

peraturan tersebut dilanggar. Banyak siswa yang benar-benar mentaati peraturan tersebut, namun juga tidak sedikit yang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Pihak sekolah memberikan peraturan sebenarnya untuk kebaikan siswa itu sendiri, yaitu agar siswa dapat disiplin dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pentingnya disiplin dalam belajar. Siswa yang memiliki disiplin belajar akan menunjukkan kesiapannya dalam mengikuti pelajaran di kelas, memperhatikan pelajaran guru, mengerjakan tugas dan memiliki kelengkapan belajar seperti buku dan alat-alat belajar lainnya, menurut Allen Jane (2003). Masalah kedisiplinan belajar merupakan masalah yang patut diperhatikan, sebab adanya kedisiplinan belajar bukan hanya sekedar menunjukkan indikasi turunnya semangat dan kegairahan belajar tetapi dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar. Menurut Arikunto (1990), Orang-orang yang berhasil dalam belajar atau prestasi belajarnya dan berkarya disebabkan selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal belajar yang telah disusun di taati dengan ikhlas, sehingga dalam melaksanakannya dengan penuh semangat. rela mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakkan disiplin pribadi. Berdasarkan uraian dapat dijelaskan bahwa berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu kegiatan belajar tersebut yang diinginkan adalah prestasi belajar yang baik. Namun pada kenyataannya para siswa tidak selalu lancar dalam belajarnya. Para pelajar/siswa sering sekali tidak

mampu menunjukkan prestasi akademiknya secara optimal. Adakalanya menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan dalam belajar. Sedangkan kesulitan atau hambatan ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah, seperti misalnya prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah. Maka memperoleh prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor siswa memegang peranan dalam mencapai prestasi belajar yang baik, karena siswa yang melakukan kegiatan belajar perlu memiliki karakter belajar dan disiplin belajar. Oleh karena itu pentingnya disiplin dalam belajar. Siswa yang memiliki disiplin belajar akan menunjukkan kesiapannya dalam mengikuti pelajaran di kelas, memperhatikan pelajaran guru, mengerjakan tugas dan memiliki kelengkapan belajar seperti buku dan alat-alat belajar lainnya. Masalah kedisiplinan belajar merupakan masalah yang patut diperhatikan, sebab adanya kedisiplinan belajar bukan hanya sekedar menunjukkan indikasi turunnya semangat dan kegairahan belajar tetapi dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, Arikunto (1990). Orang-orang yang berhasil dalam belajar atau prestasi belajarnya dan berkarya disebabkan selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Adanya kedisiplinan belajar yang tinggi remaja dapat menunjukkan prestasi akademiknya secara optimal sesuai dengan potensi yang individu miliki, sehingga mereka mampu bersaing di dalam kehidupan global. Dengan permasalahan diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar? Maka dari masalah tersebut di atas penulis tertarik lebih dalam melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMP Negeri 2 Pekalongan B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar 2. Tingkat kedisiplinan belajar pada subjek penelitian 3. Tinggi rendahnya prestasi belajar pada subjek penelitian C. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dalam penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah dapat menjadi masukan bagi para ilmuwan psikologi khususnya pendidikan yang berkaitan dengan kedisiplinan belajar siswa dengan prestasi belajar. 2. Secara Praktis a. Bagi kepala sekolah sebagai kebijakan untuk membuat dan menerapkan aturan jam wajib belajar di sekolah yang di berlakukan setiap harinya agar dapat meningkatkan mutu pendidikan yang baik dan berkualitas di sekolah.

b. Bagi guru supaya menerapkan kontrol belajar seperti membuat kontrak belajar yang dimana telah disepakati bersama dengan para murid untuk melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan aturan yang telah dibuat agar lebih baik dalam menjalankan kegiatan belajar. c. Bagi orang tua supaya memberikan aturan jam wajib belajar seperti membuat jadwal waktu untuk belajar kepada putra-putrinya, kapan di mulainya belajar dan kapan di mulainya waktu istirahat, agar putraputrinya dapat belajar dengan tertib dan baik di rumah. d. Bagi siswa memiliki kesadaran untuk membuat jadwal belajarnya sendiri supaya rutin menjalankan tugasnya dengan baik sebagai siswa yaitu belajar secara menjadwal agar lebih baik dan teratur. e. Bagi peneliti sebagai acuan pemahaman dan sebagaimana untuk mengetahui arti penting belajar dengan baik secara terjadwal dan sebagaimana dapat melaksanakannya dengan tertib, teratur dan baik.