KONSEP KRITERIA PENILAIAN FUNGSI DAN KONDISI SUNGAI BERDASARKAN KEADAAN ALUR SUNGAI (STUDI KASUS SUNGAI PEPE SURAKARTA)

dokumen-dokumen yang mirip
MOTTO. Berlarilah dalam urusan akhirat dan berjalanlah dalam urusan dunia

DESAIN KRITERIA PENILAIAN KONDISI SUNGAI BERDASARKAN ASPEK STRUKTUR BANGUNAN (STUDI KASUS SUNGAI PEPE BARU SURAKARTA)

DESAIN KRITERIA PENILAIAN KONDISI SUNGAI BERDASARKAN ASPEK STRUKTUR BANGUNAN (STUDI KASUS SUNGAI PEPE BARU SURAKARTA)

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

DESAIN KRITERIA PENILAIAN KINERJA SUNGAI BERDASARKAN ASPEK FUNGSI BANGUNAN (STUDI KASUS SUNGAI PEPE BARU SURAKARTA)

BAB 3 METODE PENELITIAN

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

PENDAHULUAN. Keywords: maintenance, visual basic, damage of the buildings, health centers, AHP

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN RANGKING KABUPATEN PROPINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN NILAI INFRASTRUKTUR DENGAN METODE ANALITIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

TESIS. Dr. Ir. Indratmo Soekarno, MSc. Pembimbing :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan

BAB 3 METODE PENELITIAN

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN SUPPLIER (PEMASOK) SKRIPSI RIMBUN D.R. SIAHAAN

Metode Analytical Hierarchy Process Pada Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Program Jaminan Sosial

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI

3 BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

ANALISIS INVESTASI PENAMBAHAN GUDANG PADA DISTRIBUTOR SEMEN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

SKRIPSI ANALISIS RISIKO KONSTRUKSI STRUKTUR BORE PILE PADA PROYEK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

PERENCANAAN DIMENSI HIDROLIS KALI PEPE SEBAGAI TRANSPORTASI WISATA AIR

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

ANALISA KINERJA BENDUNG BERDASARKAN ASPEK FUNGSI STRUKTUR BANGUNAN ( STUDI KASUS BENDUNG PEKATINGAN )

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA MEDAN SKRIPSI

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

EVALUASI ANALISIS TEGANGAN GESER PADA DAERAH HULU DAN HILIR SUDETAN WONOSARI SUNGAI BENGAWAN SOLO

EVALUASI TINGGI MUKA AIR KALI MUNGKUNG SRAGEN TERHADAP ELEVASI BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. air. Kota Medan dilintasi oleh beberapa sungai termasuk diantaranya Sungai Sei

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI DENGAN STANDAR PERMUKIMAN LAYAK HUNI

Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process dalam Analisis Profil Badan Usaha Milik Negara Tempat Kerja bagi Lulusan Program Studi Matematika

Studi Pengendalian Banjir Sungai Kalidawir Tulungagung

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN AHP DAN SOFTWARE METRIC DALAM MENENTUKAN KUALITAS DESAIN SOFTWARE BERORIENTASI OBJEK DES DULIANTO

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

TUGAS AKHIR. Oleh: MOHAMAD NURIMAN I Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai. Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERANAN KONSTRUKSI PELINDUNG TEBING DAN DASAR SUNGAI PADA PERBAIKAN ALUR SUNGAI

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Ade Kusnady

Pemilihan Alternatif Jenis Konstruksi Rangka Atap Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

Transkripsi:

KONSEP KRITERIA PENILAIAN FUNGSI DAN KONDISI SUNGAI BERDASARKAN KEADAAN ALUR SUNGAI (STUDI KASUS SUNGAI PEPE SURAKARTA) Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc. 1), Dr. Ir. Mamok Suprapro, M.Eng. 2), Amri Irsyad Addina 3) 1) 2) Pengajar Fakultas Teknik, Prodi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret 3) Mahasiswa Fakultas Teknik, Prodi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No.36A Surakarta 57126.Telp.0271647069. Email: amriia.1235@gmail.com Abstrak Sungai merupakan salah satu sumber air yang memiliki peranan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Pembangunan struktur sungai dilakukan untuk memaksimalkan pemanfaatan air Kurang terawatnya sungai serta infrastruktur dapat menurunkan fungsi dan kondisi sungai dan dapat menjadi bencana. Saat ini sudah terdapat surat edaran untuk penilaian kinerja bangunan sungai, namun surat edaran tersebut belum dijadikan standar penilaian untuk umum. Sehingga, penelitian ini menjadi tindakan lebih lanjut sebagai bentuk penerapan surat edaran tersebut. Penelitian dilakukan di Sungai Pepe, Kota Surakarta. Tahapan penelitian ini antara lain (1) Menentukan komponenkomponen sungai sebagai pengendali (2) Menyusun indikator komponen (3) Menyusun kriteria komponen sungai berdasarkan fungsi dan kondisi fisiknya. (4) Membuat teknik penilaian fungsi dan kondisi. (5) Menghitung distribusi bobot antar komponen (6) Menerapkan konsep penilaian pada Sungai Pepe. Komponen penyusun sungai berdasarkan hasil penelitian terdiri dari bangunan konservasi, bangunan pengendalian daya rusak air dan bangunan pendayagunaan. Hasil distribusi bobot yang dihitung dengan metode Analytic Hierarchy Process untuk tiap komponen adalah 15.6% untuk bangunan konservasi, 65,9% untuk bangunan pengendalian daya rusak air, 18,5% untuk bangunan pendayagunaan. Konsep kemudian diterapkan pada Sungai Pepe, dan menghasilkan nilai keseluruhan 78,76% yang termasuk kategori BAIK, dengan nilai fungsi dan kondisi untuk bangunan konservasi 49,55% termasuk kategori BAIK, bangunan pengendalian daya rusak air 88,17% dengan kategori BAIK, bangunan pendayagunaan 54,27% dengan kategori baik. Kata Kunci: Sungai, Kriteria Penilaian, Fungsi dan Kondisi Sungai, Pematus Banjir. Abstract River is one of the water sources that have a great influence in the human society. River construction is done to maximize its water utilization. River and its structure that is poorly maintained will lessen their fuctions and conditions and it will lead to a disaster. Currently there are circulars for performance assessment of the river building, yet aren t used as assessment standards. Therefore, this research will be used as follow up the circulars. The research is conducted on river Pepe in Surakarta. The stages of this research include : (1) Determine the components of the river as a fllod control. (2) Develop indicators of the river components. (3) develop the river components criteria based on the functions and physical conditions. (4) Crete the functions and conditions assessment techniques. (5) Calculate the weight distribution between components of the river. (6) Apply the assessment concepts on the river Pepe. Components of the river based on the research consist of coservation building, water damage control building and utilization building. The result of the weight distribution is calculated by using Analytic Hierarchy Process method for each component is 15,6% for conservation building, 65,9% for water damage control building, 18,5% for utilization building. The concept is applied on the river Pepe and the result of overal value is 76,78% which is considered as cathegory (GOOD), with the value of the functions and conditions of the conservation building is 49,55% which is considered as cathegory GOOD, water damage control building 88,17% which is considered as cathegory (GOOD), utilization building 54,27% which is considered as cathegory (GOOD). Keywords : river, assessment criteria, functions and conditions, flood breaker PENDAHULUAN Sungai merupakan salah satu sumber air yang memiliki peranan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia, sehingga harus dikelola secara terpadu untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Pembangunan struktur dilakukan untuk memaksimalkan pemanfaatan air Kurang terawatnya sungai serta infrastruktur dapat menurunkan fungsi dan kondisi Penilaian kerusakan akibat kurang terawatnya sungai dan infrastruktur ini sangat diperlukan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan segera. Penilaian dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria untuk menilai setiap komponen Penelitian ini dilakukan di Sungai Pepe dengan menilai komponen Sungai Pepe secara visual dan analisis. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1187

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang penilaian sungai sudah beberapa kali dilakukan, salah satunya adalah penelitian Idham Yunanto, (2016) tentang desain kriteria penilaian kinerja sungai berdasarkan aspek fungsi sungai di Sungai Pepe menghasilkan kesimpulan bahwa hasil penilaian fungsi Sungai Pepe secara keseluruhan adalah 73,9% dengan kategori CUKUP dengan nilai bangunan pelindung 71,089% dengan kategori cukup, bangunan pengatur 68,583% dengan kategori CUKUP, serta bangunan pendukung 90,499% dengan kategori BAIK. Penelitian penilaian sungai ini juga dilakukan oleh Bagas Mahadika, (2016) tentang desain kriteria penilaian kondisi sungai berdasarkan aspek struktur bangunan di Sungai Pepe yang menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi Sungai Pepe secara keseluruhan adalah 83,71 dan dikategorikan BAIK, dengan kondisi bangunan pelindung 85,82, bangunan pengatur 78,49 serta bangunan pendukung 87,66. LANDASAN TEORI Sungai Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 pasal 1, Sungai adalah alur atau wadah air alami buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Tanggul Tanggul sungai adalah bangunan di tepi sungai yang berperan penting untuk melindungi daerah sekitar aliran sungai dari genangan yang disebabkan oleh Tanggul sungai dibangun dengan urugan tanah, pasangan batu kali, beton bertulang. Stasiun Pompa Stasiun pompa merupakan bangunan fisik yang terdapat di sungai yang berfungsi untuk mencegah terjadinya genangan dengan waktu yang lama pada dataran rendah. Stasiun pompa digunakan pula sebagai pengangkut air dari elevasi yang rendah ke elevasi yang lebih tinggi. Pompa seperti ini dapat digunakan pula untuk menaikkan air dari sungai ke kanan dan kiri sungai untuk keperluan lainnya. (Yunanto I, 2016) Perkuatan Lereng Perkuatan lereng merupakan suatu ditempatkan pada permukaan suatu lereng yang bertujuan untuk melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan berperan untuk meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya. (Sosrodarsono, dkk, 1985) Ambang Ambang atau Ground Sill merupakan salah satu dibangun menyilang sungai yang berfungsi untuk mengendalikan dasar Pengendalian dasar sungai pada pembangunan ambang ini adalah menjaga dasar sungai agar tidak turun berlebihan, mengendalikan kemiringan dan ketinggian dasar (Sosrodarsono, dkk, 1985) Pintu Air Pintu air merupakan bangunan penunjang pada suatu bendungan irigasi dan bendungan pengendali Pintu air dibangun memotong tanggul sungai berfungsi sebagai pengatur aliran air untuk pembuang (drainase), penyadap dan pengatur lalu-lintas air. (Mahadika B, 2016) Bantaran Sungai Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi palung sungai yang berfungsi untuk membantu mengalirkan aliran Sempadan Sungai Sempadan sungai menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.28/PRT/M Tahun 2015 adalah zona penyangga antara ekosistem perairan (sungai) dan daratan. Bendung Bendung adalah bangunan melintang yang terdapat pada aliran sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air agar dapat dialirkan ke tempat yang diperlukan. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1188

AHP (Analytic Hierarchy Process) AHP adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan dengan multiple criteria yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Penelitian ini menggunakan metode AHP karena, metode AHP dapat melakukan analisis antara data kualitatif dan data kuantitatif secara bersamaan. Konsep dasar AHP adalah penggunaan matriks pairwise comparison (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya Sebelum menentukan bobot untuk setiap komponen dilakukan uji konsistensi data sehingga pendapat pakar atau kuisoner terbukti konsisten. Tolak ukur dalam uji konsistensi adalah CI (Consistency Index) berbanding RI (Ratio Index) sehingga didapatkan CR (Consistency Ratio). Evaluasi Kinerja Sungai Evaluasi kinerja sungai dilakukan dengan cara menghitung fungsi dan kondisi bangunan konservasi, bangunan pengendalian daya rusak air dan bangunan pendayagunaan sumber daya air. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung komponen-komponen yang ada disungai sehingga data ini yang digunakan adalah data primer dan menggunakan studi literatur untuk melakukan penilaian kondisi sungai sebagai data sekunder. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Sungai Pepe Kota Surakarta mulai dari Kabupaten Boyolali yang merupakan titik awal sungai pepe hingga berujung di Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan sebagai pengumpul data adalah meteran gulung, meteran kayu, alat tulis dan kamera. Pengumpulan Data Data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer yang digunakan adalah kondisi fisik Sungai Pepe yang didapatkan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. 2. Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain adalah peta topografi, peta daerah aliran Sungai Pepe, data teknis Sungai Pepe yang didapatkan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Idham Yunanto (2016) dan Bagas Mahadika (2016). Tahapan Penelitian Setelah mendapatkan data primer dan sekunder, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu: 1. Mengkaji bagian-bagian sungai yang berpengaruh terhadap fungsi dan kondisi 2. Menentukan komponen-komponen bagian sungai yang berpengaruh terhadap fungsi dan kondisi 3. Menyusun indikator-indikator bagian sungai yang berpengaruh terhadap fungsi dan kondisi 4. Menyusun kriteria bagian sungai berdasarkan fungsi dan kondisinya. 5. Membuat teknik penilaian terhadap fungsi dan kondisi bagian sungai berdasarkan kerusakannya. 6. Menentukan bobot atau kriteria keadaan komponen sungai menggunakan metode AHP. 7. Menerapkan teknik penilaian bagian sungai pada Sungai Pepe. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Sungai e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1189

Komponen sebagai indikator penilaian fungsi dan kondisi sungai dibagi menjadi tiga jenis bangunan, yaitu bangunan konservasi, bangunan pengendalian daya rusak air dan bangunan pendayagunaan sumber daya air. Bangunan konservasi adalah digunakan untuk menjaga aliran sungai serta pencegahan pencemaran Bangunan pengendalian daya rusak air adalah digunakan untuk pengelolaan resiko banjir sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Bangunan pendayagunaan sumber daya air adalah digunakan untuk pemanfaatan sumber daya air pada sungai semaksimal mungkin. Pembagian komponen dan sub komponen ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Komponen-komponen Sungai NO. KOMPONEN SUB KOMPONEN 1 Bangunan Konservasi Bantaran Sempadan 2 Bangunan Pengendali Daya Rusak Air 3 Bangunan Pendayagunaan Sumber Daya Air Tanggul Perkuatan Lereng Ambang Bendung Pintu Air Kriteria Penilaian Fungsi dan Kondisi Sungai Kriteria penilaian fungsi dan kondisi dibuat untuk sub komponen Setiap kriteria dibagi menjadi empat kategori penilaian untuk penggabungan nilai fungsi dan kondisi, yaitu sangat baik (>80), baik (51-80), cukup (36-50) dan buruk (<36). Contoh pedoman penilaian ditunjukkan pada Tabel 2, sedangkan untuk pedoman secara lengkap dapat dilihat pada buku skripsi Lampiran A. Tabel 2 Kriteria Penilaian Fungsi dan Kondisi Bantaran Sungai Kondisi Bantaran Sangat Baik (50) Baik (40) Fungsi Sangat Baik (50) Baik (40) Cukup (25) Buruk (10) - Mampu dan dan bangunan pada - Mampu dan bangunan yang tidak terlalu dan bangunan pada tidak terlalu air dan bangunan air tidak terlalu mengganggu dan bangunan pada tidak terlalu e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1190

Tabel Kriteria Penilaian Fungsi dan Kondisi Bantaran Sungai (Lanjutan) Kondisi Bantaran Cukup (25) Buruk (10) Fungsi Sangat Baik (50) Baik (40) Cukup (25) Buruk (10) - Mampu dan cukup - Mampu dan - Terdapat tanaman sangat mengganggu pada cukup - Terdapat tanaman sangat air cukup mengganggu air - Terdapat sangat mengganggu cukup - Terdapat tanaman sangat Perhitungan Bobot Komponen Setelah penyusunan kriteria penilaian fungsi dan kondisi sungai, maka perlu dilakukan pembobotan untuk setiap komponen. Pembobotan dilakukan dengan metode AHP. Perhitungan AHP dilakukan berdasarkan pengaruh komponen terhadap keseluruhan fungsi dan kondisi Hasil pembobotan untuk masing-masing komponen ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan untuk hasil distribusi bobot secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 3 Rekapitulasi Pembobotan Komponen Sungai Komponen Bangunan Bobot (%) Bangunan Konservasi 15,6 Bangunan Pengendalian Daya Rusak Air 65,9 Bangunan Pendayagunaan Sumber Daya Air 18,5 e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1191

Bangunan Konservasi (15,6%) Sempadan (13,65%) Bantaran (1,95%) Tanggul (6,39%) Sungai (100%) Bangunan Pengendalian Daya Rusak Air (65,9%) Perkuatan Lereng (46,2%) Ambang (13,31%) Bangunan Pendayagunaan (18,5%) Bendung (16,19%) Pintu Air (2,31%) Gambar 1 Distribusi Bobot Komponen Sungai Penilaian Fungsi dan Kondisi Sungai Pepe Penilaian fungsi dan kondisi Sungai Pepe dilakukan dengan mengamati terdapat pada Sungai Pepe untuk mengetahui kondisi masing-masing bangunan dan melakukan analisis data menggunakan software HEC-RAS untuk mengetahui fungsi beberapa terdapat di Sungai Pepe. Hasil penggabungan pengamatan langsung dan analisis melalui HEC-RAS kemudian dicocokkan dengan kriteria yang sudah dibuat untuk mengetahui nilai fungsi dan kondisi dari Sungai Pepe. Rekapitulasi penilaian fungsi dan kondisi Sungai Pepe ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Rekapitulasi Penilaian Fungsi dan Kondisi Sungai Pepe No. Nama Bangunan Bobot Komponen (%) Nilai Kinerja (%) Bobot Lapangan (%) Kategori 1 Sempadan 13,65 47 6,35 CUKUP 2 Bantaran 1,95 71 1,38 BAIK 3 Tanggul 6,39 63 4,03 BAIK 4 Perkuatan Lereng 46,2 94 43,43 SANGAT BAIK 5 Ambang 13,31 80 10,65 BAIK 6 Bendung 16,19 50 8,10 CUKUP 7 Pintu Air 2,31 84 1,94 SANGAT BAIK KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Komponen yang digunakan sebagai indikator dalam penilaian fungsi dan kondisi sungai adalah bangunan konservasi, bangunan pengendalian daya rusak air dan bangunan pendayagunaan. Bangunan konservasi terdiri dari bantaran dan sempadan; bangunan pengendalian daya rusak air terdiri dari tanggul, perkuatan lereng dan ambang; serta bangunan pendayagunaan terdiri dari bendung dan pintu air. 2. Kriteria penilaian fungsi dan kondisi sungai diperoleh dengan 4 kategori yaitu SANGAT BAIK (>80%), BAIK (51%-80%), CUKUP (36%-50%) dan BURUK (<36%). Bobot penilaian untuk masing-masing komponen adalah 15,6% untuk bangunan konservasi; 65,9% untuk bangunan pengendalian daya rusak air dan 18,5% untuk bangunan pendayagunaan. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1192

3. Hasil penilaian komponen Sungai Pepe untuk bangunan konservasi sebesar 49,55% dan dikategorikan BAIK, bangunan pengendalian daya rusak air sebesar 88,17% dan dikategorikan BAIK, bangunan pendayagunaan sebesar 54,27% dan dikategorikan BAIK, sehingga didapatkan penilaian fungsi dan kondisi Sungai Pepe secara keseluruhan saat ini adalah 75,88% dengan kategori BAIK. REFERENSI [1] Anonim. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015. [2] Mahadika, Bagas. 2016. Desain Kriteria Penilaian Kondisi Sungai Berdasarkan Aspek Struktur Bangunan (Studi Kasus Sungai Pepe Baru Surakarta). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. [3] Saaty, Thomas L.1986. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambil Keputusan dalam situasi Kompleks, Terjemahan oleh Setiono, Liana. 1993. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. [4] Sosrodarsono, Suyono. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai Terj. dari River Improvement Works. PT Pradnya Paramita, Jakarta. [5] Yunanto, Idham. 2016. Desain Kriteria Penilaian Kondisi Sungai Berdasarkan Aspek Fungsi Bangunan (Studi Kasus Sungai Pepe Surakarta). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1193