BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, ide-ide, nilai-nilai kejadian-kejadian yang membangun cerita,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya seni; ia harus diciptakan dengan suatu daya kreativitas, kreativitas itu tidak saja dituntut dalam upaya melahirkan pengalaman batin dalam bentuk karya sastra, tetapi lebih memilih dari itu. Ia harus pula kreatif dalam memilih unsur-unsur terbaik dari pengalaman hidup manusia yang dihayatinya (Semi, 1994 : 10). Karya sastra apapun bentuknya, drama, novel, cerita pendek, serta puisi, yang kita akrabi dewasa ini, hadir di hadapan kita dalam bentuk teks. Sebagai teks, karya sastra ibarat berlian, memiliki beragam faset memantulkan gemerlap cahaya pesona. Dengan kata lain, sebuah teks novel, misalnya, memiliki beraneka ragam potensi interpretasi yang hadir di alam pikiran pembaca sebagai produk tindak membaca (Siwantoro, 2010 : 11). Davis dalam Sarumpaet, sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedangkan penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa. Sastra anak melingkupi karya sastra yang khusus dikerjakan untuk anak-anak usia dini, seperti buku berbentuk mainan, buku-buku untuk anak bayi, buku mengenai konsep dan berbagai buku lain yang membicarakan pengalaman anak seusia itu. Di samping itu, yang sangat tersohor dan diminati anak adalah buku bergambar. Kisah-kisah klasik yang dikenal sebagai cerita rakyat juga ada. Kemudian kisah-kisah fantasi, puisi, cerita realistik, fiksi kesejarahan, biografi serta buku informasi (Sarumpaet, 2009 : 2).

2 Obaketarou wa ichinensei merupakan cerita anak bergambar ditulis oleh Ookawa Essei dan diilustrasikan oleh Nagano Hideko. Ookawa Essei lahir pada tahun 1930 di kota Nagano, Jepang dan meninggal dunia pada tahun 1998. Ia adalah penulis cerita anak, karya-karyanya adalah Issunboushi, Nezumi no mochitsuki, Kasajizou, Youchien ni obake ga iru yo serta karya-karya lainnya. Buku ini merupakan buku terkenal dan terlaris dalam jangka panjang di Jepang dikarenakan buku ini pertama kali muncul pada tahun 1987. Di dalam sastra anak ini, hantu putih mendapat dua panggilan, yaitu anak hantu dan cucu hantu. Pada saat Obaasan pertama kali bertemu dengan hantu di rumah, ia memanggil hantu tersebut anak hantu. Setelah Obaasan mengangkat anak hantu sebagai cucunya, ia memanggil hantu tersebut cucu. Obaketarou adalah sebuah nama yang diberikan oleh anak-anak kelas satu. Obaketarou wa ichinensei bercerita mengenai Ohana Obaasan yang hidup sendirian sejak ditinggal oleh Ojiisan yang telah meninggal dunia. Obaasan tinggal sendiri di kampung halaman desa yang berada di kaki gunung. Setiap hari Obaasan terpaksa hidup sendirian dan merasa kesepian, tidak ada seseorang yang menemaninya. Oleh karena itu ia menginginkan seorang cucu yang lucu untuk mengisi kehidupannya. Setiap malam ia berdoa kepada dewa supaya mempunyai seorang cucu dalam wujud apapun, baik binatang maupun sosok hantu. Pada suatu malam, anak hantu masuk ke rumah Obaasan secara diam-diam. Ketika anak hantu memperlihatkan wajahnya ke Obaasan, ia tidak terkejut. Setelah melihat sosok hantu, kemudian Obaasan mengangkat anak hantu itu sebagai cucunya. Anak hantu harus memijat pundak, makan, dan tidur bersama Obaasan. Sejak ada anak hantu di rumah, kehidupan Obaasan berubah menjadi lebih bahagia dan sekarang ia mempunyai teman bicara. Setelah selesai makan, mereka berdua pergi ke ladang. Obaasan membajak tanah, sedangkan cucu memanjat pohon, melompat ke bawah, dan kadang-kadang menyembunyikan badan. Ketika telah kembali ke rumah, cucu

3 hantu memijat pundak Obaasan yang kelelahan. Setelah dipijat, kondisi badan Obaasan menjadi lebih baik. Suatu hari, cucu hantu meminta kepada Obaasan untuk masuk sekolah dan Obaasan mengizinkannya. Kadang-kadang Obaasan sangat merasa khawatir, jika cucunya tidak diterima di sekolah, dikarenakan cucunya adalah sosok hantu, bukan seorang anak manusia. Cucu hantu dan Obaasan pergi ke sekolah sambil bergandengan tangan. Cucu hantu memakai ransel kosong berwarna merah dan Obaasan memakai kimono. Ketika telah sampai di sekolah, cucu hantu disambut dengan baik oleh teman-teman baru di kelas satu. Pada waktu bertemu pertama kali dengan cucu hantu, Obaasan lupa memberikan nama kepada cucunya. Kemudian ia meminta kepada anak- anak kelas satu untuk memberikan nama yang cocok untuk cucunya. Cucu hantu diberi nama Obaketarou oleh teman-teman. Obaasan merasa bahagia karena cucunya diterima dengan baik oleh teman-teman dan bapak guru Yoshida Suatu hari, kepala desa dan kepala sekolah mendengar gosip bahwa Obaketarou menjadi anak kelas satu dan belajar di sekolah. Mereka berdua bermaksud pergi ke Sekolah untuk membuktikan gosip itu benar atau tidak. Tepat pada hari sabtu, ketika Obaketarou pulang ke rumah bersama teman-teman, ia dan teman-teman bertemu anak kelas lima dan enam yang nakal, yang tidak menyukai Obaketarou. Mereka mulai menggangu Obaketarou dan temantemannya. Karena takut, beberapa teman-temannya menjadi pucat dan melarikan diri. Akan tetapi, Obaketarou tetap berdiri dan tidak berlari. Anak-anak nakal tersebut mengelilingnya, kemudian menendang tas merah miliknya dan meninju kepalanya, sehingga membuat amarah Obaketarou bangkit dan melindungi teman-teman kelas satu. Obaketarou menyerang anak-anak nakal tersebut dengan cara membuat sebuah angin puyuh yang sangat kuat dan membuat mereka tergulung dan terbawa dalam pusaran angin puyuh. Lalu menyangkutkan anak-anak tersebut di dahan pohon pinus yang tinggi. Anak-anak nakal itu berayun-ayun dan memin

4 tolong kepada Obaketarou untuk menurunkannya. Karena telah merasa puas dan berhasil mengalahkan anak-anak nakal. Obaketarou memaafkan perilaku buruk anak tersebut dan menurunkan mereka satu persatu dengan menggunakan tali yang panjang dari dahan pohon. Obaasan yang mendengar kejadian waktu itu, merasa bangga terhadap cucunya. Sejak kejadian waktu itu, tidak ada seorangpun yang berani menggangu Obaketarou. Obaketarou diperlakukan buruk oleh anak-anak nakal yang tidak menyukainya. Ketika di tengah perjalanan pulang, teman-temannya diganggu oleh anak-anak tersebut, ia langsung melindungi teman-temannya yang merasa ketakutan. Obaketarou diserang oleh beberapa anak nakal tersebut. Kemudian ia memberikan suatu pelajaran kepada anak nakal tersebut atas perilaku buruk yang ia terima. Karena Obaketarou suka melindungi teman-teman dan adanya keberanian serta kemauan melawan anak-anak nakal tersebut dan pada akhirnya berhasil mengalahkan mereka. Berdasarkan uraian di atas di mana penulis mengangkat cerita anak Obaketarou wa Ichinensei menjadi bahan penelitian untuk penulisan skripsi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan masalah tokoh utama, yaitu Obaketarou dalam menghadapi anak-anak nakal yang mengganggunya dan membuat takut teman-teman yang lemah. Ketika anak-anak nakal menendang tas merah, lalu meninju Obaketarou, ia berhasil melindungi teman-teman dan mengalahkan mereka dengan cara membuat angin puyuh yang kuat, lalu menyangkutkan ke dahan pohon pinus yang tinggi. Penulis berasumsi bahwa tema penilitian ini adalah adalah kemauan Obaketarou dalam menghadapi anak-anak nakal. 1.3 Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah penelitian ini pada kemauan Obaketarou melawan anak-anak nakal. Penulis menganalisis unsur instrinstik, yaitu Tokoh dan penokohan, alur dan latar. Selain

5 itu juga unsur ekstrinstik, menganalisis tokoh utama dalam cerita anak Obaketarou wa Ichinensei ini, yaitu Obaketarou dengan menggunakan teori psikologi umum, yaitu motif dan kemauan. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana unsur intrinsik (tokoh dan penokohan, alur dan latar dalam cerita anak Obaketarou wa ichinensei? 2. Bagaimanakah tokoh Obaketarou dianalisis dengan teori motif dan kemauan dalam cerita anak Obaketarou wa Ichinensei? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa tokoh Obaketarou mempunyai kemauan dalam menghadapi anak-anak nakal. Untuk mencapai tujuan ini, penulis melakukan tahapan sebagai berikut : 1. Memahami unsur intrinsik (tokoh dan penokohan, alur dan latar ) dalam cerita Obaketarou wa ichinensei. 2. Memahami tokoh Obaketarou dalam cerita anak Obaketarou wa Ichinensei melalui teori motif dan kemauan. 1.6 Landasan Teori Dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori yang tercakup dalam unsurunsur instrinsik dan ekstrinsik. Melalui unsur intrinsik penulis menggunakan teori sastra yaitu, tokoh dan penokohan, alur dan latar. Melalui unsur ektrinsik yaitu, menggunakan teori psikologi umum, yaitu konasi (gejala kemauan).

6 1.6.1 Unsur instrinstik Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra itu hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 1995 : 23). 1. Tokoh dan Penokohan Tokoh cerita (character), menurut Abrams (1981:20), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 1995 : 165). Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi tokoh. Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita atau seperti dikatakan Jones (1983: 33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang sesorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995 : 165). 2. Alur Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. a. Bagian eksposisi (paparan) Eksposisi (paparan) adalah bagian awal ketika pengarang memberikan informasi latar belakang, adegan, menunjukan situasinya serta peristiwa dan waktu. Dalam eksposisi juga diperkenalkan para tokoh dan konflik atau potensi menuju konflik.

7 b. Bagian komplikasi (gawatan) Komplikasi (gawatan) mengacu pada timbulnya situasi gawat yang merusak keseimbangan selama ini serta menampilkan para tokoh yang akan terlibat dalam konflik. c. Bagian Krisis (klimaks) Krisis atau klimaks adalah saat-saat ketika alur mencapai intensitas emosional yang tinggi. Krisis ini merupakan titik balik dari alur menuju resolusi. d. Bagian Leraian (anti klimaks) Leraian (anti klimaks) adalah ketika krisis sudah dicapai, ketegangan mulai melemah menuju kesimpulan atau akhir. e. Bagian Resolusi (selesaian) Resolusi (selesaian) menggambarkan hasil konflik dan menciptakan suatu keseimbangan atau stabilitas. Resolusi kerap kali disebut kesimpulan. 3. Latar Abrams dalam Nurgiyantoro menyatakan latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995 : 216). a. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas (Nurgiyantoro, 1995 : 227).

8 b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah ( Nurgiyantoro, 1995 : 230). c. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain (Nurgiyantoro 1995 : 233). 1.6.2 Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud (Wellek & Waren, 1956:75-135) antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstinsik berikutnya adalah psikologi, baik yang psikologi pengarang akan (yang mencangkup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra, dan hal itu merupakan unsur ekstrinsik pula. Penulis menggunakan teori psikologi umum, yaitu konasi (gejala kemauan).

9 Kemauan merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Kemauan yang bersumber pada dorongan-dorongan menimbulkan aktivitas-aktivitas mengarah pada tercapainya tujuan, mempunyai proses yang bertingkat-tingkat. Berikut ini dipaparkan beberapa proses kemauan. 1. Proses kemauan menurut Meuman: a. Adanya motif. b. Saat mempertimbangkan motif-motif. c. Saat memilih. d. Memutuskan. e. Melaksanakan keputusan kemauan. Penulis menggunakan teori psikologi umum, yaitu kemauan Pada dasarnya pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa kemauan tidak terjadi secara alami, pasti ada hal-hal yang menyebabkan kemauan itu timbul dalam diri seseorang. 1.7 Metode Penelitian Dalam menyusun, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis, acuannya yaitu dengan sumber data tertulis (teks) cerita anak Obaketarou wa Ichinensei, buku-buku perpustakaan Universitas Darma Persada, Perpustakaan Japan Foundation, dan beberapa bahan yang diperoleh dari internet. 1.8 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, penulis mengharapkan manfaat yang dapat diambil adalah pemahaman atau pengetahuan yang lebih mendalam dan luas mengenai karya sastra Jepang, terutama cerita anak yang berhubungan dengan Psikologi umum, yaitu konasi (gejala kemauan).

1 1.9 Sistematika Penyajian BAB I : PENDAHULUAN Terdapat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penyajian. BAB II BAB III BAB IV : ANALISIS CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI UNSUR INTRINSIK Terdapat analisis sastra anak Obaketarou wa ichinensei melalui pendekatan intrinstik yang mencakup unsur-unsur seperti, tokoh dan penokohan, alur, latar. : ANALISIS CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI UNSUR EKSTRINSIK Terdapat analisis sastra anak Obaketarou wa Ichinensei melalui pendekatan ekstrinstik yaitu melalui teori psikologi umum, yaitu konasi (gejala kemauan). : KESIMPULAN

1