BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perusahaan Exxon Mobil melaksanakan program CSR berfokus pada tiga pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Salah satu program pilar pengembangan ekonomi adalah program Tangguh. Strategi pendinamisan siklus program CSR Tangguh melalui beberapa tahapan di antaranya ialah inisiasi, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inisiasi program berangkat dari keprihatinan perusahaan terhadap permasalahan pemuda karang taruna yang rentan mengangggur dan menggantungkan bekerja di perusahaan Exxon Mobil. Hal ini terbukti dengan adanya demonstrasi yang sering kali terjadi di daerah proyek migas. Para demonstran menginginkan keterlibatan para pemuda untuk bekerja di proyek tersebut. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk dapat menerima mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut. Kendala yang dihadapi perusahaan untuk mempekerjakan SDM lokal, terutama generasi mudanya, adalah tingkat pendidikan dan keterampilan para pemuda yang relatif rendah. Pada umumnya pemuda di Desa Gayam berpendidikan SMP atau sederajat, bahkan sebagian di antaranya berpendidkan SD. Sedangkan untuk dapat bekerja di industri migas membutuhkan minimal ijazah S1. Kesenjangan itu menimbulkan dilema bagi kelangsungan perusahaan, di satu sisi perusahaan mau menyerap tenaga kerja lokal, di sisi lain tingkat keahlian dan keterampilannya kurang memadai. Berangkat dari masalah tersebut, perusahaan berinisiatif untuk menggagas program kewirausahaan berbasis pemuda karang taruna. Dalam melaksanakan program ini, Exxon
Mobil bermitra dengan LSM Mercy Corps. Kemitraan perusahaan dengan LSM merupakan salah satu pendekatan melaksanakan program pengembangan masyarakat. Program CSR Tangguh yang berbasis keanggotaan pemuda yang ada di Desa Gayam merupakan sebuah program dinamis karena memiliki strategi dalam setiap tahapan siklus program sehingga mampu mengembangkan wirausaha muda yang mandiri di kawasan industri ekstraktif. Selain itu, keunikan dari program CSR Tangguh ini adalah pemudapemuda yang menjadi sasarannya tidak memiliki basis kewirausahaan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi kendala yang mendasar bagi mereka untuk menjalani program ini dan berproses menjadi wirausaha yang tangguh. Peningkatan kapasitas dan pemberian kewenangan mengelola program Tangguh dimulai sejak proses inisiasi program yang berupa kolaborasi antara perusahaan dan Mercy Corps, lalu assessment permasalahan dan potensi ekonomi pemuda. Melalui proses assessment perusahaan akan melihat terlebih dahulu kebutuhan para pemuda seperti apa, persoalannya apa, potensi yang dimiliki, setelah dikaji baru diputuskan bagaimana merumuskan program CSR berbasis kewirausahaan. Pada tahap perencanaan, perusahaan dan Mercy Corps memberikan kewenangan bagi para pemuda untuk merencanakan usahanya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Para pemuda belajar tentang cara menyusun rencana usahanya mulai dari analisis peluang dan kelemahan, segementasi pasar dan pada akhirnya memutuskan tentang usaha apa yang mereka inginkan. Implementasi program CSR Tangguh Exxon Mobil sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi pemuda telah melakukan beberapa tahapan yang berupa pelatihan pembuatan business plan, pemberian bantuan untuk memulai usaha, medirikan business
centre dan koperasi. Rangkaian pelatihan tersebut bertujuan menjadikan pemuda lebih tanggap terhadap potensi ekonomi dan menjadikan wirausaha sebagai pilihan mereka untuk berkarier. Selain itu, program Tangguh juga diarahkan untuk menjalin kerja sama dengan sektor swasta setempat serta membangun kapasitas koperasi agar siap menjawab kebutuhan wirausaha pemuda. Dalam konteks program CSR yang berbasis pemberdayaan, masyarakat sebagai pihak yang mendukung dari keberadaan dan aktivitas yang dilakukan perusahaan hendaknya diberikan kewenangan dalam setiap proses pengambilan keputusan agar dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat dan kepentingan perusahaan. Pemberian kewenangan juga harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas masyarakat agar nantinya program yang direncanakan perusahaan dapat dikelola dengan efektif oleh masyarakat sekitar operasi perusahaan. Pemberian kewenangan kepada para pemuda dimaksudkan untuk melakukan proses pengelolaan program sendiri. Kewenangan yang dimaksudkan meliputi keseluruhan siklus program mulai inisiasi program, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Jika dilihat proses pengembangan kapasitas maka program Tangguh dapat dilihat sebagai peluang sekaligus tantangan. Sebagai peluang, para pemuda mendapatkan kesempatan untuk menentukan sendiri keinginan untuk berwirausaha sebagai pilihan karier. Para pemuda mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan potensi ekonomi yang ada di sekitar mereka. Sebagai tantangan karena kewenangan tersebut akan tidak artinya apabila tidak diikuti dengan kapasitas untuk melakukannya. Menurut Korten (1987, 7) sebagaimana dikutip oleh Soetomo (2009, 419) merumuskan pengertian power sebagai kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan
melalui tindakan dan pengambilan keputusan. Pembanguan itu sendiri dapat ditafsirkan sebagai upaya membangun power oleh suatu masyarakat, antara lain dalam bentuk peningkatan kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan. Sudah tentu agar para pemuda memiliki kemampuan untuk menentukan masa depannya diperlukan kapasitas dan kewenangan untuk mengelola program mulai inisiasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Oleh sebab itu, unsur utama dari proses pemberdayaan masyarakat adalah pemberian wewenang juga peningkatan kapasitas masyarakat. Kehadiran program CSR Tangguh bertujuan membuka kesempatan bagi para pemuda untuk dapat memperoleh penghasilan dengan jalan wirausaha tanpa bergantung pada perusahaan. Upaya yang dilakukan perusahaan dalam rangka menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan program CSR-nya adalah bermitra dengan Mercy Corps dengan menggunakan pendekatan kombinasi (mixed type). Mercy Corps dan perusahaan secara bersama merancang progam CSR, merumuskan strategi dan menentukan target sesuai dengan kesepatakan kedua belah pihak. Kegiatan operasionalnya melibatkan berbagai stakeholder seperti pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat sebagai calon penerima manfaat program. Kendala yang dihadapi peneliti selama penelitian di Exxon Mobil adalah rendahnya transparansi perusahaan dalam mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan CSR. Hal ini terbukti dengan penolakan perusahaan terhadap permohonan magang yang diajukan peneliti. Selain itu, Field Public and Government Affairs Manager menolak berwawancara dengan peneliti. Kondisi ini membuat peneliti tidak bisa mendapatkan informasi yang berkaitan dengan profil CSR perusahaan seperti visi dan misi CSR Exxon Mobil.
Rendahnya transparansi perusahaan dalam memberikan informasi CSR karena hal tersebut dianggap sebagai tanggung jawab yang bersifat sukarela, sehingga timbul anggapan bahwa tidak menjadi soal apabila suatu perusahaan tidak melakukan pengungkapan CSR. Pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada shareholders dan stakeholders yang secara langsung memberikan kontribusi bagi perusahaan, sedangkan pihak lain yang tidak menguntungkan perusahaan sering diabaikan. Padahal, menjelaskan segala informasi CSR yang dibutuhkan stakeholder merupakan bentuk akuntabilitas perusahaan kepada publik. B. Rekomendasi Kehadiran program CSR Tangguh bertujuan membuka kesempatan bagi para pemuda untuk dapat memperoleh penghasilan dengan jalan wirausaha tanpa bergantung pada perusahaan. Proses dinamisasi program CSR Tangguh yang dilakukan perusahaan dan Mercy Corps sebagai mitra kerjanya telah menumbuhkan kemandirian ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang memicu tumbuhnya pengusaha lokal pemasok barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini diharapkan mampu menjaga kesinambungan kehidupan masyarakat di masa mendatang, terutama jika perusahaan telah pergi meninggalkan lokasi. Oleh karena itu, terdapat dua rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini sebagai bahan masukan untuk perbaikan dan catatan untuk menjaga keberlanjutan program CSR Taruna Bangga Usaha. Kedua rekomendasi itu diuraikan sebagaimana berikut. B.1. Rekomendasi Aksi/Tindakan Rendahnya partisipasi pemuda selama mengikuti pelatihan kewirausahaan. disebabkan oleh pendekatan perusahaan yang selama ini menempatkan masyarakat sebagai
pihak yang pasif. Mereka diposisikan sebagai objek atau sasaran program saja sehingga mereka kurang memiliki kepedulian dan tanggungjawab akan maksud dan tujuan program CSR. Oleh karena itu, hendaknya perusahaan menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang memiliki kewenangan untuk berpartisipasi aktif dalam mengelola setiap program CSR yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Pemberian kewenangan kepada masyarakat dalam pengelolaan program CSR bertujuan mendorong berkembangnya inisiatif dan kreativitas kewirausahaan. Apabila ada intervensi dari pihak eksternal baik dari perusahaan atau LSM, maka sifatnya sekadar sebagai stimulan, bukan yang dominan. Stimulasi eksternal ditempatkan sebagai bagian dari proses pembangkitan potensi dan kemampuan dari dalam. Konflik vertikal terjadi antara Mercy Corps dan pemuda karena ketidakjelasan krtiteria pemenang kompetisi perencanaan bisnis. Untuk mengatasi konflik tersebut, Mercy Corps hendaknya sejak pencanangan kompetisi perencanaan bisnis memberikan kejelasan informasi secara komprehensif tentang kriteria pemenang kompetisi sehingga keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua pihak. B.2. Kebijakan CSR Rendahnya transparansi perusahaan dalam memberikan informasi CSR karena pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada shareholders dan stakeholders yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan. Adapun pihak lain yang tidak menguntungkan perusahaan sering diabaikan. Padahal, menjelaskan segala informasi CSR yang dibutuhkan stakeholder merupakan bentuk akuntabilitas perusahaan kepada publik.
Transparansi merupakan keterbukaan informasi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Perusahaan hendaknya menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap pemangku kepentingan. Hal ini dapat dilakukan dengan merumuskan kebijakan keterbukaan informasi yang berkaitan dengan CSR. Hubungan keterbukaan informasi terhadap pemangku kepentingan sangatlah penting karena manfaat dari penerapan keterbukaan informasi dapat meningkatkan kepercayaan dari berbagai pemangku kepentingan. Strategi implementasi program CSR Tangguh dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan cara-cara yang kreatif dan inovatif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Hal ini dilakukan dengan cara membangun partisipasi berbagai pihak dengan mendorong munculnya kewirausahaan pemuda ke tingkatan kelembagaan masyarakat. Kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan LSM dalam konteks CSR menjadi bagian yang urgen demi tercapainya kolaborasi yang menguntungkan. Negara akan mendapatkan keringanan pekerjaan dalam bidang pemberdayaan masyarakat, karena sebagian pekerjaan pemerintah telah dilaksanakan oleh program CSR perusahaan. Sedangkan perusahaan akan terbantu karena pemerintah akan melindungi kepentingan bisnis mereka dalam jangka panjang Peran yang baik dari pemerintah tersebut adalah memfasilitasi kepentingan dunia usaha untuk mengelola berbagai sumber daya yan ada (SDA, SDM, aturan hukum nasional dan daerah) untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, sehingga akumulasi nilai CSR di daerah juga akan semakin signifikan untuk disalurkan kepada pelembagaan kewirausahaan di tingkat masyarakat. Sementara pada saat yang bersamaan
pemerintah dapat pula mendorong culture wirausaha di tengah masyarakat dengan skema pelatihan dan pendampingan usaha masyarakat berbasis komunitas.