BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang dan dari

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

BAB I PENDAHULUAN. remaja dihadapkan pada konflik dan tuntutan social yang baru, termasuk. dirinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita

BULLYING. I. Pendahuluan

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Secara umum peranan guru dalam pengembangan pendidikan karakter di

DAFTAR PUSTAKA. Astuti, P. R Meredam Bullying. Jakarta: Grasindo. Azwar, S Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kekerasan, terutama pada remaja. Sekolah seharusnya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut

SOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING)

KATEGORI BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI RUKOH BANDA ACEH

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

Upaya Mengurangi Perundungan melalui Penguatan Bystanders di SMP B Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SCHOOL OF LOVE AND SCHOOL OF CULTURE STRATEGI JITU PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB II KEKERASAN YANG DI LAKUKAN OLEH GURU TERHADAP ANAK DI LINGKUNGAN SEKOLAH. A. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Kekerasan di lingkungan Sekolah

MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING)

BAB I PENDAHULUAN. alami di bawah pengawasan guru. Siswa berproses dalam kegiatan. pembelajaran, pengembangan keterampilan, pengembangan sikap sosial,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

Medan, Juni (Responden) Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

FENOMENA BULLYING DI SD NEGERI 3 MANGGUNG KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih cenderung menghabiskan waktu bermain bersama temantemannya daripada keluarga. Anak mulai sering membanding-bandingkan dirinya dengan temannya di sekolah sehingga mudah dihinggapi rasa takut akan kegagalan dan ejekan teman (Gunarsa, 2008). Pada masa ini pula anakanak rentan terhadap perilaku kekerasan di sekolah. Kekerasan yang dilakukan ini bisa dikatakan sebagai bullying. Masalah kekerasan atau bullying merupakan sumber utama dari kekhawatiran bagi anak-anak. Bullying merupakan tindakan kekerasan yang disengaja dilakukan oleh seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasan penuh kepada orang lain yang dianggap memiliki kekuatan lemah (Hertinjung, 2013). Bentuk bullying dibagi menjadi tiga yaitu bullying verbal, bullying fisik, dan bullying psikologis. Bentuk bullying verbal meliputi memanggil dengan panggilan buruk, mengejek, menggoda atau mengancam. Bentuk bullying fisik berupa mendorong, memukul, mengambil barang, dan berkelahi. Bentuk psikologis seperti diskriminasi, mengucilkan, dan mengintimidasi (Hertinjung, 2013). Tindakan kekerasan ini sering sekali dianggap perilaku normal atau wajar dari anak-anak sehingga tanpa disadari perilaku tersebut dapat memberi toleransi pada sikap-sikap yang dapat mengarah tindakan kekerasan (bullying). The Health Behaviorin School-Aged Children (HBSC) tahun 2005-2006, melakukan survei terhadap sekitar 200.000 anak usia sekolah di 40 negara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan jumlah bullying di

Indonesia. Hasil penelitian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2014 ternyata sebanyak 17% kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Pada tahun 2013, tercatat 181 kasus yang berujung pada tewasnya korban, 141 kasus korban menderita luka berat, dan 97 kasus korban luka ringan (Andina, 2014). Kekerasan ini dapat terjadi dimana saja, tetapi sering kali dijumpai di lingkungan sekolah. Akhir-akhir ini ditemui kasus kekerasan di kalangan sekolah, beredarnya kasus video kekerasan yang terjadi di salah satu SD swasta di Sumatera Barat di jejaring sosial pada tanggal 18 September 2014, video tersebut menayangkan 3 orang siswa dan 1orang siswi memukuli dan menendang seorang sisiwi yang berkerudung di pojok ruangan kelas dengan alasan salah satu siswa tersebut sakit hati kepada perkataan siswi berkerudung yang ia pukuli (Republika, 2014). Kekerasan di sekolah memiliki dampak terhadap anak-anak yang menjadi korban, kekerasan dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka, mengalami gangguan fisik, prestasi akademik, kesulitan dalam bersosialisasi, dan susah beradaptasi (Maliki, 2009).Tindakan kekerasan di sekolah bisa dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan sesama peserta didik. Menurut Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) (2008), menyebutkan bahwa sebagian kecil guru (27,5%) menganggap bullying merupakan perilaku normal dan sebagian besar guru (73%) menganggap bullying sebagai perilaku yang membahayakan siswa. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan Siswati dan Widayanti, (2009) menggambarkan bentuk intimidasi di SD Negeri Semarang dari sempel 78 siswa kelas 3 sampai kelas 6 didapatkan hasil bahwa 37,55% siswa menjadi korban bullying. 42,5% siswa menderita intimidasi fisik dan 34,06% dari intimidasi non fisik. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa ada kesempatan bagi korban untuk dikembangkan sebagai pelaku. Profesor Morton Deutsch, mengidentifikasi keluarga dan sekolah sebagai dua institusi terpenting yang mempengaruhi predisposisi anak untuk mencintai

atau membenci teman. Berdasarkan hasil penelitiannya, sekolah perlu mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan mereka tanpa memakai pendekatan kekerasan (nonviolent problem solving). Hal-hal baik yang diajarkan di sekolah dan di rumah diharapkan akan mencegah perkembangan lebih lanjut dari berbagai perilaku kekerasan pada anak (Hidayati, 2012). Sekolah memiliki salah satu peran untuk bermain bagi anak, karena mereka penting dalam membentuk perkembangan dan perilaku anak seperti di dalam keluarga (Maliki, 2009). Peran sekolah sangat penting dalam upaya pencegahan kekerasan yang ada di sekolah. Para pemimpin sekolah yang telah mengetahui dan memahami tentang bullying serta dampak yang dapat terjadi terhadap anak didiknya perlu melakukan sosialasi tentang bullying yang sedang marak terjadi kepada guru, karyawan sekolah, anak didik, serta orang tua (SEJIWA, 2008). Guru memegang peran penting dalam membentuk karakter siswa di sekolah. Peranan guru dalam pembentukan karakter siswa di sekolah adalah sebagai katalisator atau teladan, dinamisator, motivator, dan inspirator. Dalam berperan sebagai katalisator, seorang guru kedudukannya sebagai figur atau idola yang digugu dan ditiru oleh peserta didik. Peran sebagai dinamisator, guru memiliki kemampuan untuk mendorong siswa ke arah pencapaian tujuan dengan kesabaran, cekatan, cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas. Peran sebagai motivator, setiap guru harus mampu membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa pada diri peserta didik. Peran sebagai inspirator berarti seorang guru harus mampu membangkitkan semangat peserta didik untuk maju mengembangkan potensinya (Saleh, 2012). Guru juga berperan penting dalam mengatasi masalah kekerasan pada anak. Seorang guru sebaiknya memiliki kemampuan untuk memberikan konseling kepada para siswanya (SEJIWA, 2008). Menurut Safe Schools Action Team Ontario (2005), guru dan staf sekolah berada di garis depan pencegahan bullying, baik dalam interaksi sehari-hari dengan siswa, dan dalam menegakkan pencegahan bullying di sekolah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan kepada 25 anak di SD N Pedurungan Kidul 02 Semarang didapatkan fenomena bullying yang terjadi di sekolah. Bentuk kekerasan (bullying) yang dilakukan di antaranya memalak, memukul dengan penggaris, mencubit, mendorong teman, melempar barang, menjegal kaki, membicarakan anak lain, mengejek, dan memanggil dengan sebutan nama orang tua. Berdasarkan studi pendahuluan di dapatkan bentuk bullying verbal sebanyak 50%, bullying fisik 10%, serta bullying mental atau psikoligis 10 %. Bullying verbal yang sering dilakukan meliputi mengejek, memanggil dengan sebutan nama orang tua, memanggil nama dengan sebutan yang jelek, mengatakan hal yang tidak baik mengenai keluarga korban. Bullying fisik diantaranya memalak, memukul, mencubit, mendorong teman, menjegal kaki, serta melempar barang. Sedangkan bullying mental atau psikoogis yang sering dilakukan adalah memilih-milih teman, melihat korban dengan tatapan yang tidak suka, menjauhi teman yang memiliki keterbasan, dan menertawakan korban sehingga merasa malu. Dari 25 anak 12 diantaranya pernah melihat dan menjadi korban bullying, 8 anak sebagai pelaku bullying, dan 5 di antaranya pernah menjadi korban sekaligus sebagai pelaku bulllying. Menurut salah satu guru di SD N Pedurungan Kidul 02 Semarang perilaku kekerasan (bullying) yang sering dilakukan anak di sekolah yaitu mengejek, memukul, memalak, serta mendorong teman. Upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh guru kepada anak yang melakukan perilaku bullying diantaranya menasihati anak tersebut, memberi penugasan, serta memanggil orang tua untuk ke sekolah. Menurut salah satu guru di SD N Pedurungan Kidul 02 Semarang upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh guru tersebut sudah efektif. B. Rumusan Masalah. Kekerasan pada anak merupakan kejadian yang masih marak terjadi beberapa waktu terakhir ini. Tindakan kekerasan ini sering sekali dianggap perilaku normal dari anak-anak sehingga tanpa disadari perilaku tersebut dapat memberi toleransi pada sikap-sikap yang dapat mengarah tindakan kekerasan.

Maraknya kejadian kekerasan (bullying) tersebut salah satunya disebabkan karena belum adanya kesamaan persepsi antara pihak sekolah, orang tua maupun masyarakat dalam melihat pentingnya permasalahan bullying serta penanganannya (Astuti, 2008). Peran sekolah sangat penting dalam upaya pencegahan kekerasan yang ada di sekolah. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana upaya pencegahan perilaku bullying di sekolah. C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya pencegahan bullying pada anak sekolah. 2. Tujuan Khusus. a. Mengidentifikasi peran sekolah dalam mengadakan temu wicara (rapat) guru serta orang tua. b. Mengidentifikasi hukuman yang diberikan guru kepada murid. c. Mengidentifikasi kegiatan yang dapat menyalurkan perilaku agresif murid. d. Mengidentifikasi peran BK atau guru dalam memberikan bimbingan konseling. e. Mengidentifikasi kiat disiplin yang diterapkan sekolah. D. Manfaat Penelitian. 1. Sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi tentang pencegahan perilaku bullyng pada anak terhadap pihak sekolah. Pihak sekolah dapat menerapkan pencegahan kekerasan yang ada disekolah dengan baik dan benar serta memberi masukan kepada pihak sokalah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang terbebas dari perilaku kekerasan.

2. Pengambilan Kebijakan. Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi petugas pendidik dalam memberikan pendidikan kepada siswa. 3. Profesi Keperawatan. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi profesi keperawatan dalam pencegahan perilaku kekerasan pada anak sekolah dasar, serta menambah dan memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang keperawatan anak mengenai masalah psikologi pada anak sekolah dasar. E. Keaslian Penelitian. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil 1. Hertinjung 2013 Bentuk-Bentuk Berdasarkan hasil analisis data Perilaku Bullying di penelitian diketahui bahwa Sekolah Dasar terdapat persamaan antara bentuk bullying yang paling sering dilakukan oleh pelaku maupun yang dialami oleh korban, yaitu bullying verbal. 2. Hidayati 2012 Bullying pada Anak : Dilihat dari prevalensi yang Analisis dan Alternatif tinggi, bullying merupakan Solusi permasalahan yang mendesak untuk dicarikan berbagai alternatif solusi untuk diterapkan oleh pihak orang tua dan pihak sekolah. 3. Siswati dan 2009 Fenomena bullying di Hasil penelitian pada siswa Widayanti Sekolah Dasar Negeri siswi Sekolah Dasar Negeri di Semarang menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku bullying yang terjadi pada siswa laki-laki dan siswa perempuan.

4 Maliki,C.G., 2009 Bullying Problems Penelitian ini dirancang untuk Asagwara, & among School Children menekankan beberapa dimensi Juliee. Ibu interaksi rekan yang berkaitan dengan bullying. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain kualitatif yang difokuskan pada upaya pencegahan bullying di sekolah. Penelitian dilakukan pada lingkup SD N Pedurungan Kidul 02 Semarang.