BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

PENYELAMATAN KREDIT BANK DALAM MENGHADAPI NASABAH TERKAIT KARTU KREDIT BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET (Studi di Bank ARTA ANUGRAH Lamongan)

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam sektor ekonomi di Indonesia.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

2 meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi terutama yang berpihak kepada usaha mikro, kecil, dan menengah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR WANPRESTASI DALAM SENGKETA EKONOMI SYARIAH oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H.(Hakim PTA Mataram)

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN, KREDIT DAN RESTRUKTURISASI

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia, kegiatan bisnis bank umum menjadi semakin canggih dan beraneka ragam. Berbagai macam kegiatan utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha tersebut, sampai saat ini masih tetap bertahan, antara lain adalah pemberian fasilitas kredit. Bank menerima balas jasa berupa bunga kredit sebagai bentuk kegiatan pemberian fasilitas kredit. Pendapatan atau keuntungan suatu bank salah satunya bersumber dari pemberian kredit kepada nasabahnya, oleh karena itu pemberian kredit tersebut akan terus dilakukan secara terus-menerus oleh bank dalam kesinambungan operasionalnya. 1 Kredit menurut Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengatakan bahwa: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Hal yang paling mendasar dalam setiap pemberian kredit perbankan adalah bahwa setiap orang atau badan usaha yang mendapatkan fasilitas kredit dari 1 Hasanuddin Rahman, 2000, Kebijakan Kredit Perbankan yang Berwawasan Lingkungan, Bandung, hlm. 20. 1

bank berarti bahwa orang atau badan usaha yang bersangkutan telah mendapatkan kepercayaan terhadap kemampuan nasabah untuk membayar kredit tersebut. Sebelum seseorang atau suatu badan usaha mendapatkan fasilitas kredit, bank terlebih dahulu telah melakukan penelitian yang mendalam terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan kondisi atau prospek usaha yang bersangkutan. Kepercayaan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa setiap pelepasan kredit, dilandasi dengan adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut akan dapat dibayar kembali oleh debitornya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. 2 Kredit bermasalah adalah suatu kredit dikatakan bermasalah karena debitor wanprestasi atau ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibanya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, misalnya pembayaran atas perhitungan bunga maupun utang pokok. 3 Kredit bermasalah disebabkan oleh karena nasabah kartu kredit tidak dapat untuk memenuhi kewajibannya. Dalam perbankan, kredit bermasalah khususnya mengenai kredit macet lebih dikenal dengan nama Non-Performing Loan yang selanjutnya akan disebut NPL. NPL merupakan indikator dalam menilai kinerja suatu bank. Jika NPL rendah, maka bank tersebut terbilang sehat, Jika NPL tinggi maka resiko yang dipikul oleh bank tersebut tinggi dan Jika NPL dalam suatu bank melebihi batas dari yang sudah diperkirakan sebelumnya, maka bank tersebut dikatakan bermasalah. Apabila terdapat jumlah pengguna kartu kredit yang banyak dalam 2 Ibid, hlm.17. 3 S. Mantayborbir, et al,2002, Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Medan, hlm. 23. 2

waktu bersamaan tidak membayar tagihan mereka, maka NPL dari bank tersebut akan naik sehingga kredit macet dalam hal ini memberikan dampak buruk bagi bank. Akibat adanya kredit bermasalah tersebut, bank dapat melakukan upaya penyelamatan kredit untuk mengatasi kredit bermasalah. Penyelamatan kredit diatur dalam Pasal 1 angka (4) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2015 tentang Ketentuan Kehati-Hatian dalam rangka Stimulus Perekonomian Nasional bagi Bank Umum yang mengatakan bahwa: Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui: a. penurunan suku bunga Kredit; b. perpanjangan jangka waktu Kredit; c. pengurangan tunggakan bunga Kredit; d. pengurangan tunggakan pokok Kredit; e. penambahan fasilitas Kredit; dan/atau f. konversi Kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara. Penyelamatan kredit ini dilakukan terhadap nasabah yang tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank untuk membayar tagihan kartu kredit. Kenyataannya bahwa penagihan yang dilakukan oleh lembaga perbankan bagi nasabah yang terlambat dalam melakukan pembayaran tagihan kartu kredit sering membawa akibat bagi bank dan nasabah. Akibat bagi nasabah yaitu hilangnya kepercayaan nasabah terhadap bank yang dapat mengakibatkan nasabah beralih menggunakan produk bank lain dan berhenti untuk menggunakan kartu kredit. Akibat bagi bank yaitu bank akan kehilangan kepercayaan dari nasabah, dapat mengganggu kelangsungan usaha bank serta dapat mengakibatkan bank kehilangan nasabah. Bahwa untuk menyelamatkan 3

kartu kredit terdapat 2 (dua) ketentuan yang harus ditaati oleh penerbit kartu kredit yaitu, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/pbi/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP Perihal perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah: 1. Mengapa kredit bermasalah pada mekanisme kartu kredit perlu di selamatkan? 2. Apakah penyelamatan kartu kredit yang dilakukan sudah memenuhi ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/pbi/2012 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sesuai rumusan masalah adalah untuk mengetahui: 1. Mengapa kredit bermasalah pada mekanisme kartu kredit perlu di selamatkan? 2. Apakah penyelamatan kartu kredit yang dilakukan sudah memenuhi ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/pbi/2012 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP? 4

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis: Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum ekonomi bisnis, khususnya mengenai penyelamatan kredit bank dalam menghadapi nasabah terkait kartu kredit bermasalah. 2. Manfaat praktis: Secara praktis penelitian dapat memberikan manfaat antara lain agar bank dan nasabah mengetahui dan mentaati prosedur yang berlaku dan jika terjadi masalah dapat menyelesaikannya dengan itikat baik. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul penyelamatan kredit bank dalam menghadapi nasabah terkait kartu kredit bermasalah merupakan karya asli penulis, bukan merupakan plagiasi dari skripsi yang ada. Ada beberapa skripsi dengan tema yang senada, yaitu: 1. Umi Farida, 070509578, Fakultas Hukum, 2013, Upaya Hukum dalam Penyelesaian Perjanjian Kredit Macet dengan Jaminan Fidusia di Bank Syariah BDS Yogyakarta. Rumusan masalah: Bagaimana upaya hukum dalam penyelesaian perjanjian kredit macet dengan jaminan fidusia di Bank Syariah BDS Yogyakarta? Hasil penelitian: 5

Upaya hukum yang dilakukan dalam menyelesaikan kredit macet di Bank Syariah BDS Yogyakarta adalah melalui musyawarah dan mufakat, dengan cara rescheduling. Rescheduling adalah upaya penyelamatan kredit dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali kredit atau jangka waktu, termasuk grace period baik termasuk besarnya jumlah angsuran atau tidak. Sejauh ini Bank Syariah BDS Yogyakarta belum pernah melakukan eksekusi terhadap Objek Jaminan Fidusia. Penyelesaian kredit macet dengan cara rescheduling dianggap cara yang paling efektif dalam menyelesaikan kredit macet, selain itu tidak memakan banyak waktu dan biaya. Walaupun didalam Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 dalam ketentuan Pasal 29 dan Pasal 31 telah dijelaskan mengenai tata cara mengeksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia jika terjadi kredit macet. Penyelesaian dengan cara rescheduling ini biasanya dilakukan dengan memberikan keringanan bunga dan memberikan perpanjangan waktu sesuai dengan syarat yang telah ditentukan oleh Bank. Apabila segala upaya damai penyelesaian kredit tidak kunjung berhasil, maka barulah penyelesaian kredit macet melalui saluran hukum yakni Badan Urusan Piutang Lelang Negara (BUPLN). 2. Yosua Bungin, 070509747, Fakultas Hukum, 2013, Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet di PD. BPR Bank Jogja Kota Yogyakarta. Rumusan masalah: 6

a. Bagaimanakah pola penyelesaian kredit macet pada PD. BPR BANK JOGJA Kota Yogyakarta? b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan Pola penyelesaian Kredit macet pada PD. BPR BANK JOGJA Kota Yogyakarta? Hasil penelitian: a. Pola penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh PD. BPR BANK JOGJA adalah dengan melakukan pendekatan pada debitor yaitu kunjungan perminggu serta pemberian surat peringatan untuk mengklarifikasi masalah kunjungan tersebut disebut laporan kunjungan perminggu, dalam surat peringatan ada tiga tahap dan jangka waktu yang ditetapkan oleh pihak kreditor terhadap debitor sesuai dengan perjanjian tersebut, surat peringatan pertama kedua dan ketiga tenggang waktunya adalah sepuluh hari terhitung dari tanggal surat dibuat. Pihak kreditor yaitu pihak bank dapat juga melakukan mediasi jika proses mediasi diinginkan oleh debitor untuk menyelesaikan kasus kredit macet maka dilakukan mediasi oleh mediator yang telah dipilih dan di sepakati kreditor dan debitor untuk membantu penyelesaian sengketa selaku pihak ke tiga untuk mencapai win-win solution, jika tidak ada titik temu bahkan debitor tidak melunasi utangnya kepada pihak kreditor maka pihak kreditor yaitu pihak bank melakukan 7

proses eksekusi terhadap jaminan hak kebendaan pihak debitor yang telah menjadi jaminan meliputi hak tanggungan dan jaminan fidusia. Dalam melakukan eksekusi pihak kreditor yaitu pihak bank berkerjasama dengan Kantor Pelayanan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk melakukan lelang yangb dilakukan oleh KPKNL, setelah itu pihak kreditor yaitu pihak bank mengkonfirmasi atau memberitahukan kepada pihak debitor siapa pembeli barang jaminan debitor yang telah dilelang jika hal tersebut di inginkan oleh pihak debitor. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola-pola penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh PD. BPR BANK JOGJA adalah: 1) Faktor internal bank yang mengatur tentang perjanjian kredit yang di pergunakan yaitu perjanjian dengan jaminan fidusia, gadai, jaminan perorangan atau hak tanggungan. 2) Faktor hukum perdata, faktor ini disebabkan karena Negara mempunyai hukum yang mengikat dan perjanjian tentang kredit telah di atur dalam Undang-Undang dan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. 3) Faktor kesepakatan antara pihak debitor dan kreditor karena perjanjian lahir dan kesepakatan jika ada kata sepakat maka perjanjian itu terjadi. 8

3. Eduardus Haryolukito, 070509733, Fakultas Hukum, 2011, Penyelesaian Kredit Macet dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan di Bank Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Rumusan masalah: Bagaimana penyelesaian wanprestasi perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan di Bank Kalimantan Tengah? Hasil penelitian: Bank Kalimantan Tengah dalam menyelesaikan kredit macet ada dua cara yaitu pertama melalui jalan eksekusi Hak Tanggungan untuk Hak Tanggungan yang telah di daftarkan dan menjadi jaminan dalam perjanjian kredit. Kedua melalui jalur putusan pengadilan untuk Hak Tanggungan yang tidak di daftarkan. Eksekusi Hak Tanggungan yang telah di daftarkan oleh Bank Kalimantan Tengah dilaksanakan berdasarkan Hak Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 UUHT dan Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) UUHT, obyek Hak Tanggungan di jual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam Peraturan perundang-undangan untuk pelunasan pemegang Hak Tanggungan dengan Hak mendahului dari pada kreditor-kreditor lainnya. Eksekusi Hak Tanggungan yang tidak di daftarkan oleh Bank Kalimantan Tengah tidak dapat dilaksanakan. Tidak ada kekuatan hukum yang mendukung pelaksanaan eksekusi atas Hak Tanggungan yang tidak di 9

daftarkan. Bank Kalimantan Tengah dalam mengatasi masalah kredit macet dengan Hak Tanggungan yang tidak di daftarkan melalui cara mengajukan gugatan kepengadilan kepada debitor agar melunasi utangnya. Ketiga skripsi tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Jika Umi Farida menekankan tentang upaya hukum dalam penyelesaian perjanjian kredit macet dengan jaminan fidusia di Bank Syariah BDS Yogyakarta, Yosua Bungin pada pelaksanaan penyelesaian kredit macet di PD. BPR Bank Jogja Kota Yogyakarta dan Eduardus Haryolukito pada penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan di Bank Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Maka penulis menekankan pada penyelamatan kredit bank dalam menghadapi nasabah terkait kartu kredit bermasalah. F. Batasan Konsep 1. Penyelamatan kredit (restrukturisasi kredit) adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. 4 2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 5 4 Pasal 1 angka (26) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. 5 Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 10

3. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. 6 4. Kartu kredit adalah Kartu Kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan pembayaran secara angsuran. 7 5. Kredit bermasalah adalah suatu kredit dikatakan bermasalah karena debitor wanprestasi atau ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibanya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu. 8 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian hukum yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan. 9 6 Pasal 1 angka (16) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 7 Pasal 1 angka (4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14 / 2 /Pbi/ 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/Pbi/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. 8 S. Mantayborbir, et al,loc. cit,hlm. 23. 9 Prof.Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,M.A., Sri Mamudji,S.H.,M.L.L, 2014, Penelitian Hukum Normatif, Cetakan Ke-16, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm.13. 11

2. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif data berupa data sekunder, terdiri atas: a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer yang terdiri atas peraturan perundangundangan yang tata urutanya sesuai dengan tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10 Peraturan perundangundangan yang terkait dengan penyelamatan kredit bank dalam menghadapi nasabah terkait kartu kredit bermasalah, yaitu: 1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23 dan Pasal 33. 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) Pasal 1 angka (11), (2) dan (16). 3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 138 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872) Pasal 1. 4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 10 Peter Mahmud Marzuki, 2014, Penelitia Hukum, Cetakan Ke-9, Kencana, Jakarta, hlm.182. 12

Nomor 157 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076) Pasal 1 angka (1), Pasal 10 angka (1) dan (2). 5) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) Pasal 1243, Pasal 1313, Pasal 1320, Pasal 1338, Pasal 1397, Pasal 1457 dan Pasal 1754. 6) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2015 tentang Ketentuan Kehati-hatian Dalam Rangka Stimulus Perekonomian Nasional Bagi Bank Umum, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 197 dan Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5734) Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9. 7) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861) Pasal 1 angka (4), Penjelasan Pasal 4 ayat (1). 8) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 64 DASP dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) Pasal 2 sampai dengan Pasal 9. 9) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, (Lembaran Negara 13

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 202 DPNP dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5354) Pasal 1 angka (26), Pasal 12 ayat (3), Pasal 13a, Pasal 52 sampai dengan Pasal 65. 10) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/Pbi/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/Pbi/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 11 DASP dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5275) Pasal 1 angka (3), (4), (7) sampai dengan (14), Pasal 16, Pasal 17B. 11) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP Perihal perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, Butir VII.A angka (4) huruf d, Butir VII.D. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu: 1) Buku teks, surat kabar (koran), dan berita internet, fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum, dan pendapat hukum. 2) Wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan permasalahan penulisan hukum/skripsi. 14

c. Bahan hukum tersier Kamus Besar Bahasa Indonesia sesuai dengan masalah yang diteliti. 3. Metode Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. b. Wawancara dengan narasumber dari Bank Mandiri D.I. Yogyakarta. 4. Analisis Data Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini adalah dengan cara kualitatif yang dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang diperoleh, dikumpulkan menjadi satu kemudian data yang dikumpulkan di pisahkan dan dipilih data mana atau bahan hukum mana yang memiliki kualitas sebagai data atau bahan hukum yang relavan dan memiliki hubungan dengan materi penelitian dan data atau bahan hukum mana yang tidak relavan dan tidak memiliki hubungan dengan materi penelitian. Setelah itu dideskripsikan sehingga mendapatkan suatu gambaran dan langkah berikutnya untuk melakukan analisis data dengan teknik data kualitatif sehingga diperoleh kesimpulan deduktif. 5. Proses berpikir Proses berpikir yang digunakan adalah deduktif yaitu proses penarikan kesimpulan yang berkaitan dari cara berpikir yang diambil dari pernyataan yang bersifat khusus, dalam hal ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) yaitu pendekatan dengan 15

menggunakan legalisasi dan regulasi. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) bukan saja melihat pada bentuk peraturan perundangundangan, melainkan juga menelaah materi muatannya, dalam hal ini berkaitan dengan peraturan perundang-undangan mengenai peraturan bank Indonesia, otoritas jasa keuangan, surat edaran bak indonesia dan berakhir pada hasil penelitian mengenai penyelamatan kredit bank kepada nasabah kartu kredit. H. Sistematika penulisan hukum/skripsi I. BAB I: PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelelitian, Dan Sistematika Penulisan Hukum/Skripsi. J. BAB II: PEMBAHASAN, meliputi Penyelamatan kredit bank dalam menghadapi nasabah terkait kartu kredit bermasalah. Hasil penelitian dan pembahasan tentang penyelamatan kartu kredit bagi nasabah kartu kredit yang mengalami kredit bermasalah. K. BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN, Kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah. 16