BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
|
|
- Siska Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kegiatan jual beli merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyatakan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian yang salah satu pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar harga benda yang diperjanjikan. Jual beli merupakan perjanjian paling banyak diadakan dalam kehidupan masyarakat. 1 Kegiatan jual beli yang dilakukan masyarakat berupa jual beli barang maupun jasa. Semakin meningkatnya kegiatan jual beli di masyarakat, semakin banyak pula cara untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan jual beli. Kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli dapat berupa tersedianya metode pembayaran yang beragam sehingga tercipta kenyamanan dalam bertransaksi. Masyarakat telah mengenal beberapa macam metode pembayaran yang tersedia. Salah satu sarana pembayaran yang paling umum dilakukan adalah dengan melalui pembayaran secara tunai. Munir Fuady mengemukakan metode-metode pembayaran dalam kegiatan jual beli 2 yaitu : 1. Metode Pembayaran Tunai Seketika 2. Metode Pembayaran dengan Cicilan/Kredit 1 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, h Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global, P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Munir Fuady I), h
2 2 3. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Kredit 4. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Debit 5. Metode Pembayaran dengan Memakai Cek 6. Metode Pembayaran Terlebih Dahulu 7. Metode Pembayaran Secara Open Account 8. Metode Pembayaran Atas Dasar Konsinyasi 9. Metode Pembayaran Secara Documentary Collection 10. Metode Pembayaran Secara Documentary Credit Dewasa ini, kemudahan dalam kegiatan jual beli sangat diperlukan oleh masyarakat. Kartu kredit merupakan salah satu metode pembayaran yang diminati masyarakat karena memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli baik barang maupun jasa secara praktis, antara lain dalam melakukan transaksi online, pemesanan kamar hotel, pembayaran biaya rumah sakit, pemesanan tiket pesawat dan lain sebagainya. Penggunaan kartu kredit juga sangat membantu pada saat terjadi keadaan darurat yang memerlukan uang dalam jumlah yang cukup besar walaupun pada saat itu pengguna kartu kredit tidak mempunyai persediaan uang yang cukup. Kartu kredit adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek. 3 Suryohadibroto dan Prakoso berpendapat bahwa kartu kredit adalah alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkannya pada tempat-tempat yang menerima kartu kredit (merchant) atau bisa digunakan konsumen untuk menguangkan kepada Bank Penerbit atau jaringannya (cash advance). 4 3 Hermansyah, 2011, Edisi Revisi : Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, h Ibid.
3 3 Berdasarkan data dari Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan bulan Juli tahun 2014 yaitu dari kartu meningkat menjadi kartu. Hal tersebut menunjukkan minat masyarakat yang tinggi terhadap penggunaan kartu kredit sebagai metode pembayaran dalam kegiatan jual beli barang maupun jasa. Kelebihan penggunaan kartu kredit terutama terletak pada kegiatan jual beli barang atau jasa dengan jumlah transaksi yang besar, sehingga tidak perlu lagi membawa uang tunai yang banyak. Dengan tingginya minat masyarakat terhadap kartu kredit, masing-masing Bank Penerbit pun gencar berupaya untuk menawarkan kartu kredit kepada nasabahnya yang belum memiliki kartu kredit maupun kepada masyarakat umum. Untuk menertibkan peredaran kartu kredit di Indonesia, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu dengan salah satu ketentuan yang diubah adalah pembatasan kepemilikan terhadap kartu kredit. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dilakukan sebagai langkah manajemen risiko kredit baik di sisi Penerbit kartu kredit maupun pengguna kartu kredit. 1. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi usia: a. Pemegang Kartu Utama berusia min. 21 tahun atau sudah menikah b. Pemegang Kartu Tambahan berusia min. 17 tahun atau sudah menikah
4 4 2. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi pendapatan: a. Individu dengan pendapatan < Rp tidak diperbolehkan memiliki kartu kredit. b. Individu dengan pendapatan antara Rp Rp boleh memiliki kartu kredit dari maksimal 2 (dua) Penerbit, dengan pembatasan total plafon kredit dari seluruh kartu kredit yang dimilikinya yaitu maksimal 3 (tiga) kali pendapatan tiap bulan. c. Individu dengan pendapatan > Rp tidak dibatasi kepemilikan kartu kreditnya namun mempertimbangkan analisis risiko masing-masing Penerbit kartu. Pendapatan tiap bulan yang dapat dijadikan pertimbangan Penerbit Kartu Kredit adalah pendapatan setelah dikurangi kewajiban antara lain pajak dan pembayaran utang kepada pemberi Pekerjaan atau disebut dengan take home pay. Berdasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/27/DASP perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikian Kartu Kredit, bahwa konsekuensi dari pembatasan kepemilikan kartu kredit yaitu dengan pengakhiran dan/atau penutupan kartu kredit bagi Pemegang Kartu Kredit yang tidak memenuhi batas minimum usia dan/atau memliki pendapatan di bawah Rp Hal tersebut disesuaikan dengan kualitas kredit dari Pemegang Kartu Kredit. Apabila Pemegang Kartu Kredit yang telah memiliki kartu kredit lebih dari yang telah ditentukan, maka
5 5 kartu kredit yang menunjukkan kualitas kredit yang menurun maka kartu kredit tersebut harus diakhiri dan/atau ditutup. Namun, apabila kualitas kredit dari masing-masing kartu kredit berstatus lancar dan tidak ada penurunan maka kartu kredit tetap harus ditutup dengan memberikan kesempatan kepada Pemegang Kartu Kredit untuk menentukan kartu kredit yang akan diakhiri dan/atau ditutup. Jika Pemegang Kartu Kredit tidak menentukan pilihan, maka kartu kredit yang akan diakhiri dan/atau ditutup adalah kartu kredit dengan masa perolehan kartu kredit paling akhir. Tujuan pembatasan kepemilikan kartu kredit adalah untuk memperkuat perlindungan bagi konsumen kartu kredit melalui penguatan manajemen risiko. Namun, pelaksanaan peraturan pembatasan kepemilikan terhadap kartu kredit juga memiliki dampak tersendiri bagi Penerbit Kartu Kredit. Dampak yang bisa ditimbulkan antara lain adalah pengurangan pertumbuhan kartu kredit yang berarti berkurangnya pendapatan potensial yang diperoleh oleh Penerbit Kartu Kredit. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka usulan penelitian ini diberi judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERBIT KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/2/PBI/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU.
6 6 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dapat dirumuskan masalah sebagai berikut yaitu : 1. Apa perlindungan hukum yang diberikan terhadap penerbit kartu kredit berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu? 2. Apa tindakan hukum yang dilakukan penerbit kartu kredit terhadap penyalahgunaan kartu kredit di Indonesia? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka diperlukan adanya batasan-batasan yang cukup dalam ruang lingkup permasalahan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pokok pembahasan dalam usulan penelitian ini. Ruang lingkup masalah yang akan dibahas adalah : 1. Terhadap permasalahan pertama, ruang lingkupnya meliputi perlindungan hukum yang diberikan terhadap penerbit kartu kredit terkait dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu mengenai pembatasan kepemilikan kartu kredit. 2. Terhadap permasalahan kedua, ruang lingkupnya meliputi tindakan hukum apa saja yang dilakukan oleh penerbit kartu kredit terhadap pihak yang melakukan penyalahgunaan kartu kredit.
7 Orisinalitas Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang masih orisinil atau asli karena belum terdapat penelitian yang secara khusus membahas mengenai perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit di Indonesia. Hal tersebut diketahui dari penelusuran judul-judul karya ilmiah di ruang skripsi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana maupun melalui penelusuran di media internet. Namun demikian terdapat beberapa judul karya ilmiah yang membahas mengenai perlindungan hukum terkait dengan Kartu Kredit tetapi memiliki rumusan masalah yang berbeda secara substansial. No. Judul Peneliti Rumusan Masalah 1 Tesis yang berjudul Stefanus Yuwono 1. Bagaimanakah Penggunaan Kartu Tedjosaputro, S.H. penanganan Kredit Sebagai Alat penyalahgunaan dalam hal Pembayaran Transaksi Dalam Perdagangan pemalsuan, penipuan dan pencurian (Studi Kasus Kartu Kredit Yang Dikeluarkan PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Semarang pada tahun yang dialami para pihak dalam penggunaan Kartu Kredit serta cara mengatasinya? 2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi para pihak dalam
8 8 penggunaan Kartu Kredit sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan? 2 Skripsi yang berjudul Anita Sjatria 1. Bagaimanakah Analisa Yuridis perlindungan hukum Terhadap Bank Niaga terhadap penerbit Credit Jakarta Menerbitkan yang Kartu Card selaku kreditur apabila pemegang Credit Kredit Terhadap Nasabah yang Wanprestasi pada Card selaku debitur melalaikan kewajibannya. tahun Usulan Penelitian No Judul Peneliti Rumusan Masalah 1 Perlindungan Hukum Terhadap Penerbit Kartu Kredit Berkaitan Dengan Peraturan Bank Indonesia Anandita Sasni 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit berkaitan dengan Peraturan Bank Nomor 14/2/PBI/2012 Indonesia Nomor Tentang 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Penyelenggaraan Alat Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan
9 9 Pembayaran Dengan Kartu dengan ketentuan Menggunakan Kartu. pembatasan Kartu Kredit? kepemilikan 2. Tindakan hukum apa yang dilakukan terhadap penyalahgunaan kartu kredit di Indonesia? 1.5. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini yaitu : 1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang penelitian. 2. Untuk mengetahui secara umum perlindungan hukum bagi Penerbit Kartu Kredit dalam menjalankan kegiatan usaha kartu kredit. 3. Untuk menyumbangkan pemikiran secara ilmiah di bidang ilmu hukum berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit. b. Tujuan Khusus 1). Untuk mengetahui dan memahami perlindungan hukum yang diberikan kepada Penerbit Kartu Kredit berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan
10 10 Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dengan ketentuan pembatasan kepemilikan Kartu Kredit. 2). Untuk mengetahui dan memahami tindakan hukum apa saja yang dapat dilakukan oleh penerbit kartu kredit terhadap pihak yang melakukan penyalahgunaan kartu kredit Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit secara umum. 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum terutama dalam bidang ilmu hukum perbankan dan dalam perkembangan di bidang ilmu hukum pada umumnya. b. Manfaat Praktis 1. Untuk dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada Penerbit Kartu Kredit mengenai bentuk-bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepadanya sebagai badan yang menerbitkan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
11 11 Menggunakan Kartu khususnya dengan ketentuan pembatasan kepemilikan Kartu Kredit. 2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu khususnya terhadap pembatasan kepemilikan Kartu Kredit Landasan Teoritis Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. 5 Dr. Indrasukindro, MA mengemukakan bahwa sistem keuangan pada umumnya merupakan satu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat. 6 Sistem keuangan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem moneter dan lembaga keuangan lainnya. Sistem moneter yaitu otoritas moneter dan sistem Bank Umum. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengatur bahwa Bank Indonesia adalah penanggung jawab otoritas peraturan moneter. Sistem Bank Umum merupakan sistem perbankan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah menjadi Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 5 Hermansyah, op. cit, h Ibid, h. 1.
12 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan bahwa Otoritas Jasa Keuangan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia yaitu dalam hal mengatur dan mengawasi industri jasa keuangan yang ada di Indonesia. Tugas yang tetap dipegang oleh Bank Indonesia adalah pengaturan kegiatan bank yang terkait dengan kewenangan otoritas moneter. 7 Maka dari itu, pengaturan dan pengawasan mengenai penyelenggaraan kartu kredit di Indonesia diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kartu Kredit merupakan suatu alat pembayaran dalam kegiatan perdagangan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, kartu kredit adalah Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu kredit dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang telah disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan pembayaran secara angsuran. 7 Adrian Sutedi, 2014, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, (selanjutnya disingkat Adrian Sutedi I), h. 39.
13 13 Penerbit Kartu Kredit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan APMK. Usaha Kartu Kredit merupakan salah satu dari kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum sesuai dengan Pasal 6 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, memberikan definisi tentang Bank dan Bank Umum. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengaturan mengenai Perbankan Syariah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Asas Perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokkrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Sesuai dengan penjelasannya, demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
14 14 Gatot Supramono mengemukakan asas-asas Perbankan dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank yaitu 8 : 1. Asas Hukum Bank dalam menjalankan tugasnya melayani masyarakat tidak terlepas dari landasan hukum yang berlaku. Kegiatan yang dilakukan Bank adalah didasarkan atas hukum tertulis yang berupa peraturan perundang-undangan maupun hukum tidak tertulis yang berupa hukum kebiasaan. 2. Asas Keadilan Dalam melayani masyarakat, Bank tidak boleh hanya memberikan fasilitas kredit kepada penguasaha besar saja, tetapi juga kepada pengusaha kecil serta memberikan pinjaman pada perusahaan baik yang tergabung dalam kelompoknya maupun perusahaan di luar kelompoknya. 3. Asas Kepercayaan Hubungan Bank dengan nasabahnya adalah atas dasar kepercayaan. Nasabah merasa percaya bahwa uang yang disimpang dapat dikelola dengan baik oleh Bank. Di lain pihak, Bank juga siap untuk membayar nasabah apabila nasabah ingin menarik simpanan uangnya. Selain itu, dalam memberikan kredit, Bank juga harus percaya bahwa uang tersebut dapat dibayar kembali oleh masyarakat beserta dengan bunganya. 4. Asas Keamanan Bank memberikan keamanan terhadap simpanan para nasabahnya agar terhindar dari suatu kejahatan. Bank juga memberikan rasa aman kepada nasabahnya dalam melakukan transaksi dengan Bank. 5. Asas Kehati-hatian Asas kehati-hatian berhubungan dengan tugas Bank karena dalam menjalankan tugasnya Bank wajib bekerja dengan penuh ketelitian, melakukan pertimbangan dengan matang, menghindari kecurangan, dan tidak mengambil langkah yang bertentangan dengan kepatutan. 6. Asas Ekonomi Bank sebagai sutu perusahaan yang tujuannya memperoleh keuntungan tidak dapat dipisahkan dengan prinsip ekonomi. Dengan tugasnya menghimpun dana dari masyarakatdan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit, Bank menarik bunga atau keuntungan dari masyarakat yang merupakan imbalan jasa bagi Bank. 8 Gatot Supramono, 2009, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, P.T. Rineka Cipta, Jakarta, h. 46.
15 15 Penelitian hukum normatif membahas doktrin-doktrin atau asas-asas hukum dalam ilmu hukum. 9 Untuk memahami adanya hubungan antara ilmu-ilmu hukum dengan hukum positif, diperlukan suatu telaah terhadap unsur-unsur hukum yaitu unsur idiil dan unsur riil. Unsur idiil mencakup hasrat dan rasio manusia. Hasrat susila menghasilkan asas-asas hukum. Rasio manusia menghasilkan pengertian dalam hukum seperti masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan obyek hukum. Unsur riil mencakup manusia, kebudayaan dan lingkungan alam yang menghasilkan tata hukum. 10 Menurut Johannes Ibrahim mengenai perlindungan hukum 11 yaitu : Wujud perlindungan hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan hukum.... Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam penegakan hukum adalah faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk atau menerapkan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, yakni dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan.... Dalam rangka penegakan hukum dimaksud terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan 12 yaitu : 1. Kepastian hukum (rechtssicherheit) 2. Kemanfaatan (zweckmassigkeit) 3. Keadilan (gerechttigheit). 9 Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, cetakan I, Sinar Grafika, Jakarta, h Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2013, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h Johannes Ibrahim, Dilematis Penerapan UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Antara Perlindungan Hukum dan Kejahatan Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis,Volume 24, No. 1 Tahun 2005, hlm 43 dikutip dari Jonker Sihombing, 2010, Penjamin Simpanan Nasabah Perbankan, P.T. Alumni, Bandung, h Sudikno Mertokusumo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 1 dikutip dari Jonker Sihombing, 2010, Penjamin Simpanan Nasabah Perbankan, P.T. Alumni, Bandung, h. 98.
16 16 Kepastian hukum memiliki arti bahwa setiap orang dapat menuntut agar hukum dapat dilaksanakan dan tuntutan itu pasti dipenuhi, dan setiap pelanggaran hukum akan dikenakan sanksi menurut hukum. 13 Sedangkan kemanfaatan berarti bahwa penegakkan hukum harus memberikan manfaat bagi masyarakat. Unsur yang terakhir yaitu keadilan berarti bahwa penegakkan hukum harus adil kepada setiap masyarakat Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu bagian yang sangat penting digunakan dalam hal melakukan suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian terhadap suatu penelitian ilmiah memberikan pedoman mengenai cara untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ilmiah dan cara untuk mengolah data tersebut sehingga dapat menjadi suatu karya ilmiah. Melalui metode penelitian yang baik dan benar maka diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam bidang ilmu hukum. a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian normatif. Penelitian hukum normatif atau biasa disebut penelitian yuridis normatif terdiri atas penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematik 13 Franz Magnis Suseno, 1994, Etika Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 79.
17 17 hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian terhadap sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum. 14 b. Jenis Pendekatan Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan perundang-undangan (the statute approach) dan jenis pendekatan analisis konsep hukum (analytical dan conceptual approach). Dalam pendekatan perundang-undangan, pendekatan dilakukan dengan menelaah Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 15 Pendekatan analisis konsep hukum merupakan jenis pendekatan yang meneliti konsep-konsep hukum, asasasas hukum serta doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. c. Sumber Bahan Hukum Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari penggunaan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas asas dan kaedah hukum berupa peraturan perundang-undangan, perjanjian internasional, konvensi ketatanegaraan, putusan Jakarta, h Zainuddin Ali, loc. cit. 15 Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Kencana Perdana Media Grup,
18 18 pengadilan, Keputusan Tata Usaha Negara maupun hukum adat. 16 Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan yaitu : 1). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 3). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 4). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 5). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. 6). Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 7). Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. 8). Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. 16 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, h. 76.
19 19 9). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP Perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. 10). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/27/DASP Perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit. 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer yaitu buku-buku hukum, jurnaljurnal hukum, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang dimuat di media massa, kamus dan ensiklopedi hukum serta bahan hukum dari internet dengan mencantumkan nama situsnya. 17 d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka yang mencakup bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rumusan permasalahan dan bahan hukum sekunder berupa bukubuku hukum, jurnal-jurnal hukum serta karya ilmiah atau pandangan ahli hukum. e. Teknik Analisis Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan maka diperlukan adanya teknik analisis yang baik dan benar. Teknik 17 Ibid.
20 20 analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi dan teknik sistematisasi. Teknik deskripsi yaitu teknik menguraikan suatu kondisi sesuai apa adanya sedangkan teknik sistematisasi adalah teknik yang mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum antara suatu perundang-undangan yang sederajat maupun yang tidak sederajat Ibid.
21 21
Oleh Anandita Sasni I Gst. Ayu Puspawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERBIT KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/2/PBI/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ABSTRAK Oleh Anandita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. Banyaknya produk barang dan/atau jasa yang ditawarkan para pelaku usaha kepada masyarakat sama-sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PENERBITAN KARTU KREDIT DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PADA BANK BNI SYARIAH CABANG PADANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia, kegiatan bisnis bank umum menjadi semakin canggih dan beraneka ragam. Berbagai macam kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun kita tidak dapat lepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang membantu perkembangan ekonomi suatu negara. Tumbuhnya perkembangan bank secara baik dan sehat akan mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman telah menuntut berbagai jenis bidang usaha untuk memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA
0 PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Persyaratan guna Mencapai Derajat Hukum dan Ilmu Hukum pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dunia perbankan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, walaupun kegiatan bisnis bank umum sempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu sumber dana bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk membeli rumah, mobil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembali kepada masyarakat. Selain itu, bank juga memberikan jasa-jasa keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menjalankan usahanya terutama dari dana masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha diikuti dengan perkembangan perbankan sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pesat dan majunya teknologi internet mempermudah untuk mengakses informasi apapun yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya informasi produk. Adanya kemudahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung dimanapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank sesuai dengan Pasal 1 butir 2 Undang-undang no.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
DAFTAR PUSTAKA BUKU Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004. -----------------------------, Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat meningkat, dengan banyaknya pelaku pelaku usaha yang tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi negara Republik Indonesia pada dasawarsa terakhir mengalami kemajuan yang sangat meningkat, dengan banyaknya pelaku pelaku usaha yang tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan memegang peranan penting untuk menyukseskan program pembangunan nasional dalam rangka mencapai pemerataan pendapatan, menciptakan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. PBI APMK belum sepenuhnya terlaksana dengan baik terutama dalam hal peningkatan keamanan dan teknologi terhadap penggunakan kartu debet. Sejak dikeluarkannya PBI APMK tahun
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan, dengan menggunakan metode maka akan menemukan jalan yang baik untuk memecahkan suatu masalah. Setelah masalah diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian tanah air terus tumbuh, dan transaksi perdagangan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian tanah air terus tumbuh, dan transaksi perdagangan baik secara tunai maupun kredit terus meningkat. Bagi pembangunan ekonomi Negara, kredit merupakan tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini produk perbankan telah berkembang dengan pesat.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK
44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua subjek hukum baik manusia atau badan hukum dapat membuat suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang mengikat bagi para pihak yang
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017
PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN MELALUI MEDIASI MENURUT UU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN 1 Oleh: Adistya Dinna 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN KARTU KREDIT. menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan permintaan atau penawaran akan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN KARTU KREDIT 2.1 TINJAUAN UMUM TENTANG BANK 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank Pada hakikatnya, Bank adalah semua badan usaha yang bertujuan untuk menyediakan jasa-jasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung di manapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997, banyak badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan. Meskipun kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Hampir semua masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian
Lebih terperinciKONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Oleh Suyanto ABSTRAK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bisnis merupakan salah satu aktivitas kehidupan manusia dan bahkan telah merasuki semua sendi kehidupan masyarakat modern. Dengan fenomena ini mustahil orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA A. BUKU. Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992 Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan. bahwa :
57 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Undang-Undang No 3 Tahun 2004 membatasi tugas dan kewenangan Badan Supervisi hanya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum. 1 Salah satu dampak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat, dan berkembang dalam tatanan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda bergerak maupun yang tidak berwujud. Pesatnya perkembangan masyarakat dewasa ini, kebutuhan akan sarana
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
III. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
41 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,
Lebih terperinci3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339
KEWENANGAN MENJUAL SENDIRI (PARATE EXECUTIE) ATAS JAMINAN KREDIT MENURUT UU NO. 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN 1 Oleh: Chintia Budiman 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi, juga terjadi dalam dunia perekonomian, bahkan perkembangan kebutuhan masyarakat semakin tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun pihak yang berwenang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan. Untuk benda jaminan yang berupa benda bergerak, maka hak kebendaan tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup adalah dengan mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa tambahan modal kerja (money), mesin (machine), bahan baku (material),
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia juga ikut berkembang. Salah satu contohnya adalah wirausahawan yang harus memiliki modal besar untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilar utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sistem perbankan memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, peranan bank sentral sangat penting dan strategis dalam upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien. Perlu diwujudkannya sistem perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam membantu kelancaran usaha debiturnya, adalah pemberian kredit dimana hal ini merupakan salah satu fungsi bank yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)
TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA A. Pengertian Bank Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank
Lebih terperinciDAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA
DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun belakangan ini, nampak adanya kemajuan yang sangat berarti bagi pembangunan di bidang ekonomi, akan
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS PENYALAHGUNAAN KARTU KREDIT TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUALBELI. Oleh: Asmawati 1. Abstrak
ANALISIS YURIDIS PENYALAHGUNAAN KARTU KREDIT TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUALBELI Oleh: Asmawati 1 Abstrak Kegiatan jual beli barang yang pada mulanya dilakukan dengan mekanisme perjanjian tatap
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Buku Ali, H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Buku Ali, H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Arrasjid,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstitusinya, yaitu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik. terdapat di dalam Pasal 33 ayat (1) yang mengatur sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian merupakan kegiatan yang harus memperoleh perhatian dari negara karena berkaitan langsung dengan kesejahteraan rakyat. Negara Indonesia mengatur
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.64, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Alat Pembayaran. Kartu. Penyelenggaraan. Perizinan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks mengakibatkan semakin meningkatnya pula kebutuhan ekonomi masyarakat terutama para pelaku usaha. Dalam menjalani kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih dikenal sebagai utang-piutang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan bermasyarakat yang telah mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka pembangunan ekonomi suatu negara dibutuhkan dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi dengan memperdayakan secara maksimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
Lebih terperinci