BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Premi Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, sepintas definsi tersebut tidak ada kesamaan antara definisi satu dengan definisi lainya. Hal ini biasa terjadi karena mereka mendefinisikan disesuaikan dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan dirinya kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang -undang uransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat Dari definsi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asuransi adalah perjanjian antara tertanggung dan penanggung untuk memindahkan resiko yang dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi. Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam 5
6 jumlah tertentu secara. Dalam perjanjian asuransi dimana tertanggung dan penanggung mengikat suatu perjanjian tentang hak dan kewajiban masingmasing. Perusahaan asuransi membebankan sejumlah premi yang harus dibayar tertanggung. Premi yang harus dibayar sebelumnya sudah ditaksirkan dulu atau diperhitungkan dengan nilai risiko yang akan dihadapi. semakin besar risiko, semakin besar premi yang harus dibayar dan sebaliknya (Kasmir, 2014:259). B. Sejarah Asuransi Asuransi bermula dari masyrakat Babilona 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi (Latumaerissa, 2011:448). Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan risiko di mana individu atau bisnis memindahkan sebagian ketidakpastian sebagai imbalan pembayaran premi (Latumaerissa, 2011:448). Definisi resiko disini adalah ketidakpastian terjadi atau tidaknya suatu kerugian. Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia (Latumaerissa, 2012:448).
7 C. Jenis Asuransi Secara garis besar, usaha asuransi terbagi menjadi atas tiga yaitu kegiatan usaha asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan asuransi sosial (Latumaerissa, 2011:448). Didalam karya tulis ini penulis akan membahas tentang asuransi jiwa. Asuransi jiwa (life insurance) adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan terhadap kehilangan jiwa seseoran (Latumaerissa, 2012:449). Sedangkan menurut Silvanita (2009:43), Asuransi jiwa memberikan perlindungan terhadap aliran pendapatan kepada ahli waris akibat kematian. Jika pemegang polis meninggal dunia, perusahaan asuransi akan melakukan pembayaran dalam jumlah besar sekaligus atau melalui serangkaian pembayaran kepada ahli waris (Silvanita, 2009:43). Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa asuransi jiwa adalah perlindungan yang diberikan kepada jiwa tertanggung apabila terjadi resiko yang mengakibatkan tertanggung sakit atau meninggal dunia. Produk- produk dari perusahaan asuransi jiwa meliputi asuransi kecacatan, anuitas, asuransi kesehatan, serta asuransi jiwa itu sendiri, yang produknya di kategorikan menjadi berjangka (term life), penuh (whole life), dan universal (universallife) (Silvanita, 2009:43). 1. Asuransi kecacatan memberi perlindungan terhadap aliran pendapatan bila pihak tertanggung mengalami cacat tubuh sehingga tidak bisa bekerja (Silvanita, 2009:43).
8 2. Anuitas adalah produk asuransi yang menjamin aliran pendapatan seumur hidup. Mereka yang sehat dan memiliki riwayat hidup panjang biasanya membeli produk ini (Silvanita, 2009:43). 3. Asuransi kesehatan memberi proteksi terhadap ongkos kesehatan yang semakin hari semakin mahal. Pada umumnya, asuransi kesehatan dijual kepada perusahaan untuk memberi perlindungan terhadap jaminan kesehatan pekerjanya (Silvanita, 2009:43). 4. Asuransi jiwa berjangka memberikan manfaat kematian tetapi tidak ada peningkatan kas. Semakin tua umur tertanggung, semakin tinggi probabilitas kematianya sehingga biaya premi semakin meningkat. Asuransi ini sulit dijual karena bila masa asuransi telah habis, maka pemegang polis tidak mendapatkan manfaat dari premi yang telah dibayarnya (Silvanita, 2009:43). 5. Asuransi jiwa penuh adalah polis dengan dua ciri : (1) membayar sejumlah nilai tertentu pada saat kematian pihak tertanggung, dan (2) mengakumulasikan nilai tunai yang dapat dipinjam pemilik polis. Jika tertanggung tetap hidup sampai waktu jatuh tempo polis, maka ia akan menerima sejumlah nilai tertentu yang dapat di gunakan untuk membeli anuitas. Dengan demikian, asuransi jiwa penuh menjamin pihak tertanggung sepanjang masa hidupnya (Silvanita, 2009:43). 6. Asuransi jiwa universal memberikan manfaat yang merupakan kombinasi antara asuransi jiwa berjangka dan penuh. Dengan premi yang sama dengan asuransi jiwa penuh, manfaat yang diberikan lebih besar karena sebagian
9 premi digunakan untuk membeli asuransi jiwa berjangka, dan sisanya digunakan untuk investasi yang tidak terkena pajak. Bila suku bunga pasar sedang tinggi, maka asuransi jiwa universal menjadi lebih disukai (Silvanita, 2009:43). D. Usaha Perasuransian Kegiatan usaha perasuransian, khusunya usaha asuransi, merupakan jenis yang termasuk dalam kategori kegiatan usaha yang sangat diatur oleh pemerintah (Latumaerissa, 2012:453). Hal ini dilakukan karena usaha asuransi sangat berkaitan dengan pengumpulan dana masyarakat. Asuransi diatur dalam Undang- Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian. UU No. 2 tersebut pada dasarnya merupakan hukum publik yang mengatur kegiatan usaha perasuransian, sedangkan perjanjian yang timbul sehubungan dengan kontrak asuransi diatur tersendiri dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) (Latumaerissa, 2012:453). E. Prinsip-prinsip Asuransi Menurut Kasmir (2014:263-264) pelaksanaan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan pihak nasabahnya tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Setiap perjanjian dilakukan mengandung prinsip-prinsip asuransi. Tujuannya adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian
10 hari antara pihak perusahaan asuransi dengan pihak nasabahnya. Prinsip-prinsip asuransi yang dimaksud adalah sebagai berikut (Kasmir, 2014:263). 1. Insurable interest merupakan hal berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan suatu yang dipertanggungkan dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara hukum (Kasmir, 2014:263). 2. Utmost Good Faith didasarkan kepada itikad baik antara tertanggung dan penanggung mengenai seluruh informasi baik materiil maupun immaterial (Kasmir, 2014:263). 3. Indemnity atau ganti rugi artinya mengendalikan posisi keuangan tertanggung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut. Dalam hal ini berlaku bagi kontrak asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan karena prinsip ini didasarkan kepada kerugian yang bersifat keuangan (Kasmir, 2014:264). 4. Proximate Cause adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan dan intervensi kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen (Kasmir, 2014:264). 5. Subrogation merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian. Artinya dengan
11 prinsip ini penggantian kerugian tidak mungkin lebih besar dari kerugian yang benar-benar dideritanya (Kasmir, 2014:264). 6. Contribution suatu prinsip di mana penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seseorang tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing-masing penanggung belum tentu sama besarnya (Kasmir, 2014:264). F. Jenis-jenis Resiko Menurut Kasmir (2014:264) dalam Pertanggungan Asuransi terdapat berbagai jenis risiko yang dihadapi, besar kecilnya suatu risiko merupakan salah satu pertimbangan besarnya premi asuransi yang harus dibayar. Dalam praktik risiko-risiko yang timbul dari setiap pemberian usaha pertanggungan asuransi adalah sebagai berikut. 1. Risiko murni, artinya bahwa ada ketidakpastian terjadi sesuatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan (Kasmir, 2014:264). 2. Risiko spekulatif, artinya risiko dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu peluang untuk mengalami kerugian keuangan atau memperoleh keuntungan. Dalam hal ini kemungkinan terjadi kerugian atau keuntungan (Kasmir, 2014:265).
12 3. Risiko individu Risiko individu dibagi tiga macam : a. Risiko pribadi, risiko kemampuan seseorang untuk memperoleh keuntungan, akibat sesuatu hal seperti sakit, kehilangan pekerjaan atau mati (Kasmir, 2014:265). b. Risiko harta, risiko kehilangan harta apakah dicuri, hilang rusak yang menyebabkan kerugian keuangan (Kasmir, 2014:265). c. Risiko tanggung gugat, yaitu risiko yang disebabkan apabila kita menanggung kerugian seseorang dan kita harus membayarnya (Kasmir, 2014:265). G. Pengertian Sistem dan Prosedur Sebelum mengenal sistem akuntansi lebih jauh, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian sistem dan prosedur. sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya yang berfungsi bersamadiciptakan untuk menangani sesuatu berulangkali atau yang secara rutin terjadi (Mulyadi, 2001:2). Sedangkan prosedur menurut Mulyadi uatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang- H. Pengertian Sistem Akuntansi ansi adalah organisasi formulir, catatan, dan pelaporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan
13 informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan (Mulyadi, 2001:2). Sedangkan menurut Krismiaji (2010: istem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan Dari definisi sistem akuntansi diatas, sistem akuntansi mempunyai unsurunsur pokok yaitu (Mulyadi, 2001:3): 1. Formulir Dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam di atas secarik kertas (Mulyadi, 2001 : 3). 2. Jurnal Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasanya kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar (Mulyadi, 2001:4). 3. Buku Besar Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal (Mulyadi, 2001:4).
14 4. Buku Pembantu Buku pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu (Mulyadi, 2001:4). 5. Laporan Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok industri, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya (Mulyadi, 200 :4). I. Pengertian Sistem Pembayaran Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi (www.wikipedia.org). Sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam, mulai
15 dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga (www.wikipedia.org). Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran pembayaran sistem di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang Bank Indonesia (www.wikipedia.org). Dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan akses, dan perlindungan konsumen (www.wikipedia.org). 1. Aman berarti segala resiko dalam sistem pembayaran seperti resiko likuiditas, risiko kredit, risiko fraud harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap penyelenggara sistem pembayaran (www.wikipedia.org). 2. Prinsip efisiensi menekankan bahwa penyelenggara sistem pembayaran harus dapat digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah karena meningkatnya skala ekonomi (www.wikipedia.org). 3. Kemudian prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa Bank Indonesia tidak menginginkan adanya praktek monopoli pada penyelenggara suatu sistem yang dapat menghambat pemain lain untuk masuk (www.wikipedia.org). 4. Terakhir adalah kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen (www.wikipedia.org).
16 Sementara itu dalam kaitanya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran sistem pembayaran diejawantahkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan kondisi yang layak edar atau bisa disebut clean money policy (www.wikipedia.org). Secara garis besar sistem pembayaran dibagai menjadi dua jenis, yaitu sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem terletak pada instrument yang digunakan. Pada sisitem pembayaran tunai isntrumen yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrument yang digunakan berupa alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang elektronik (www.wikipedia.org). Komponen-komponen yang membangun sebuah sistem pembayaran terdiri dari Regulator, Penyelenggara, Infrastruktur, Instrumen, dan Pengguna (www.wikipedia.org). 1. Regulator berwenang mengatur aturan main, ketentuan, dan kebijakan yang mengikat seluruh komponen sistem pembayaran (www.wikipedia.org). 2. Penyelenggara adalah lembaga yang memastikan penyelesaian akhir dari seluruh transaksi yang terjadi di penggunanya (www.wikipedia.org). 3. Infrastruktur adalah sarana fisik yang mendukung operasional sistem pembayaran (www.wikipedia.org).
17 4. Instrument adalah alat pembayaran baik tunai maupun non-tunai yang disepakati oleh para pengguna dalam melakukan transaksi (www.wikipedia.org). 5. Pengguna adalah konsumen yang memanfaatkan sistem pembayaran (www.wikipedia.org). J. Tujuan Umum Pengembangan Sistem Akuntansi Tujuan umum pengembangan sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001:19-20) adalah sebagai berikut. 1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru (Mulyadi, 2001:19). 2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sisitem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya (Mulyadi, 2001:19). 3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan (Mulyadi, 2001:19). 4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi (Mulyadi, 2001:19).