PENDAYAGUNAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA UNTUK PRODUKSI SAWI ORGANIK

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

III. MATERI DAN METODE

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek,

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

Tata Cara penelitian

III. MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. beberapa pasar di Kota Bandar Lampung dan di kebun percobaan Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Pengaruh Jenis dan Cara Aplikasi Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

3. METODE DAN PELAKSANAAN

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

BAHAN METODE PENELITIAN

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September - November 2016 di Kebun

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Transkripsi:

PENDAYAGUNAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA UNTUK PRODUKSI SAWI ORGANIK Elfin Efendi, S.T.P., M.P. 1) 1) Program Studi Agroteknologi-Fakultas Pertanian Universitas Asahan Alamat : Jalan Jend. Ahmad Yani Kisaran 21224 e-mail 1) : elfinsuher@yahoo.co.id Abstrak Produksi air limbah rumah tangga tidak pernah berhenti, tetap mengalir melalui selokan, meresap kedalam tanah serta mencemari tanah dan air. Dampaknya terjadi penurunan dan kekurangan air yang berkualitas serta timbul penyakit menular. Dengan mendayagunakan air limbah rumah tangga menjadi pupuk organik dapat meminimalisir dampak pencemaran air dan tanah serta dimanfaatkan untuk memproduksi sayuran organik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh air limbah rumah tangga terhadap pertumbuhan, produksi dan tingkat kesukaan konsumen pada tampilan fisik tanaman sawi serta menganalisis penggunaan air limbah rumah tangga untuk produksi sawi organik. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Binjai Serbangan-Air Joman-Asahan pada bulan Januari - Maret 2017. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial dengan 7 taraf perlakuan yaitu air kolam (Ao), air got (A 1 ), air cucian piring (A 2 ), air cucian beras (A 3 ), air cucian ikan (A 4 ), air cucian ayam potong (A 5 ) dan urine manusia (A6). Analisis data menggunakan ANOVA dan uji BNJ. Urine manusia memberikan hasil terbaik yakni tinggi tanaman 35,11 cm, jumlah daun 25,00 helai, produksi per tanaman 181,75 g dan produksi per plot 1,43 kg, dengan potensi hasil 28,60 ton/ha. Tampilan fisik sawi yang diterima konsumen berasal dari perlakuan urine manusia 80% sangat disukai, air cucian ikan 90% disukai dan air cucian ayam potong 75% disukai. Dalam skala rumah tangga, potensi urine dapat digunakan untuk memproduksi 120,84 kg sawi organik/bulan, serta menghemat pengeluaran Rp.547.700. Skop Kabupaten Asahan, potensi urine yang dihasilkan 36.346.884 liter/bulan dapat menghasilkan sawi organik 17.325,31 ton atau senilai Rp 77.963.895. Kata Kunci : Air limbah rumah tangga, urine, sayuran organik. 1

PENDAHULUAN Permasalahan limbah selalu mengikuti kegiatan masyarakat dan berdampak pada kehidupan. Peningkatan limbah berbanding lurus dengan konsumsi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan (Soenarno, 2011). Oleh karena itu, permasalahan limbah tidak boleh diabaikan. Berdasarkan asalnya, limbah dibedakan atas limbah rumah tangga, limbah pertanian dan limbah industri. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti bergulat dengan limbah rumah tangga, mulai dari limbah dapur sampai limbah aktivitas anggota keluarga, mulai mencuci, mandi, buang air besar, buang air kecil, dan sebagainya. Hampir setiap gerak aktivitas masyarakat selalu menghasilkan limbah. Dampak limbah rumah tangga antara lain : dampak dari pembungan limbah organik yang mengandung protein akan menghasilkan bau yang tidak sedap (bau busuk); dampak dalam kesehatan: dapat menyebabkan dan menimbulkan penyakit, seperti penyakit diare, kolera, penyakit jamur, sampah beracun. Penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat; (3) Eutrofikasi: perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis (Silalahi, 2013). Permasalahan yang terjadi saat ini adalah yakni air limbah rumah tangga dapat mencemari lingkungan dan potensinya belum banyak didayagunakan untuk keperluan hidup manusia; bahan pangan khususnya sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral banyak yang tercemar/terkontaminasi oleh pestisida kimia/bahan pengawet yang sangat berbahaya untuk kesehatan manusia; sayuran organik belum banyak diketahui manfaatnya khususnya pada masyarakat menengah ke bawah. Produksi limbah rumah tangga yang tidak pernah berhenti seringkali tidak disadari, serta membuangnya begitu saja tanpa memperhatikan dampaknya. Limbah padat selalu dikumpulkan di bak sampah untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Namun, limbah cairnya tetap dibiarkan mengalir melalui selokan dan akhirnya meresap ke dalam tanah serta mencemari tanah dan air dalam tanah. Dampak dari meresapnya air ke dalam tanah ini adalah terjadinya penurunan kualitas air dan timbullah masalah kekurangan air yang berkualitas dan penyakit menular. Disamping itu, budaya petani yang menggunakan pupuk anorganik dan pestisida kimia dengan frekuensi dan dosis berlebih akan menghasilkan pangan yang meracuni tubuh konsumen. Adanya logam-logam berat yang terkandung di dalam pestisida kimia akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur yang dulu selalu dianggap menyehatkan, kini juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia berlebih. Dengan mendayagunakan air limbah rumah tangga menjadi pupuk organik diharapkan dapat meminimalisir dampak pencemaran air dan tanah serta dapat dimanfaatkan untuk memproduksi sayuran organik yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Sutanto (2006) menjelaskan bahwa pertanian organik dapat menghasilkan pangan tanpa menyebabkan kerusakan sumberdaya tanah, air dan udara serta perlu segera dimasyarakatkan. Menurut BPTP Jawa Tengah (2015), pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Sayuran organik memiliki 50% lebih banyak antioksidan dari sayuran anorganik, yang dapat menurunkan resiko penyakit kanker dan jantung. Sayuran organik juga mengandung lebih banyak vitamin dan mineral seperti besi dan zink. 2

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 15 m di atas permukaan laut dengan topografi datar. Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari sampai dengan Maret 2017. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air limbah rumah tangga (terdiri dari : air kolam, air got, air cucian piring, air cucian beras, air cucian ikan, air cucian ayam potong, air seni manusia), benih sawi varietas Kumala, tanah top soil, pupuk kandang ayam broiler, Effective Microorganism-4 (EM-4), ZPT organik HANTU, dan pestisida nabati. Alat-alat yang digunakan antara lain : cangkul, parang babat, garu, hanspayer, meteran, gergaji, gunting seng, plat seng, tali rapia, polybag ukuran 11 cm x 25 cm patok kayu, paku, bambu, jaring, timbangan digital, gembor, ember, gelas ukur 150 ml, alat tulis, kalkulator dan alat lain yang diperlukan. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu faktor air limbah rumah tangga dengan 7 taraf : A 0 : air kolam (kontrol) A 1 : air got A 2 : air cucian piring A 3 : air cucian beras A 4 : air cucian ikan : air cucian ayam potong A 5 A 6 : urine manusia Dengan kriteria sebagai berikut : banyak ulangan 4 kali, jumlah plot penelitian 28 plot, jumlah tanaman per plot 8 tanaman, jumlah tanaman sampel per plot 2 tanaman, jumlah tanaman sampel seluruhnya 56 tanaman, jumlah tanaman seluruhnya 224 tanaman. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANSIRA) dan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf signifikansi 5%. Uji tingkat kesukaan konsumen menggunakan analisis prosentase dengan skala Likert. Pelaksanaan Penelitian 1. Penyiapan dan fermentasi air limbah rumah tangga Masing-masing air limbah rumah tangga (air kolam, air got, air cucian piring, air cucian beras, air cucian ikan, air cucian ayam potong dan urine manusia) dikumpulkan masing-masing sebanyak 15 liter dan dimasukkan ke dalam 7 ember dan diberi kode sesuai dengan perlakuan. Untuk mempercepat proses fermentasi, ditambahkan starter mikroorganisme (EM-4) sebanyak 100 ml untuk masing-masing air limbah. Selanjutnya air limbah difermentasi selama 1 bulan sehingga terjadi proses perombakan air limbah menjadi zat hara yang dibutuhkan tanaman (pupuk). 2. Persiapan lahan dan media tanam di polybag Lahan penelitian dibersihkan dari gulma dengan cara menggaruk menggunakan cangkul. Media tanam untuk polybag dipersiapkan dengan menggunakan tanah top soil yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, kemudian 3

digemburkan dan diaduk rata. Media tanam diisikan ke dalam polybag sampai batas 2 cm dari atas polybag. Media tanam dalam polybag selanjutnya dibiarkan selama 2 minggu agar menjadi dingin dan siap untuk ditanami. 3. Pembuatan plot penelitian Plot penelitian dibuat dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 50 cm dan tinggi 30 cm. Jumlah keseluruhan 28 plot. Jumlah ulangan sebanyak 3 ulangan, jarak antar ulangan 100 cm dan jarak antar plot 50 cm. 4. Penyemaian benih Persemaian dilakukan di sekitar areal penelitian. Benih yang digunakan adalah benih sawi varietas Kumala. Bedengan persemaian dibuat dengan ukuran 4 m x 1 m dengan tinggi 30 cm. Prosedur penyemaian dilakukan menurut Hesti (2011), antara lain: lahan persemaian dicangkul, lalu buat bedengan dengan ukuran sesuai kebutuhan. Pupuk kandang ayam kering ditaburkan di atas bedengan dengan dosis 0,5 kg/m 2, lalu disisir rata dengan menggunakan garu agar tercampur dengan tanah. Bedengan didiamkan selama 3 hari. Selanjutnya benih ditaburkan di atas bedengan secara merata dengan kebutuhan 3 g/m 2. Persemaian disiram secara rutin pagi dan sore hari menggunakan gembor. Untuk memacu pertumbuhan tanaman, pada persemaian diberikan ZPT organik HANTU. 5. Pemindahan bibit dan penanaman ke Polybag Setelah persemaian berumur 18 hari, selanjutnya bibit dicabut dan dipindahkan ke dalam polybag, satu tanaman tiap polybag. Pemindahan bibit dilakukan pada sore hari agar tanaman tidak layu. Selanjutnya polybag disusun diatas bedengan plot sebanyak 8 polybag tiap plot dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Tiap plot dipasang kode sesuai perlakuan yang digunakan. 6. Pemeliharaan tanaman a. Penyiraman Bibit tanaman yang baru dipindahkan langsung disiram. Penyiraman dilakukan setiap hari, pagi dan sore hari menggunakan gembor. b. Perlakuan air limbah rumah tangga Perlakuan air limbah rumah tangga diberikan sebanyak 3 kali, yakni pada minggu pertama, kedua dan ketiga setelah penanaman di polybag dengan dosis masingmasing pemberian 1 liter per plot atau 125 ml per polybag. c. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di plot penelitian, dengan menggunakan cangkul atau dicabut secara manual. Penyiangan bertujuan untuk menjaga sanitasi lahan penelitian agar tetap bersih, menghindari persaingan cahaya dan mencegah datangnya hama. d. Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam di polybag. e. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati yang dibuat dari 2 kg daun Mimba yang dihaluskan dan direndam dalam 5 liter air dengan starter EM4 10 ml serta difermentasi selama 3 hari. Selanjutnya larutan 4

disaring dengan kain halus dan diencerkan kembali dengan 15 liter air. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan hand sprayer jika terjadi gejala serangan hama dan penyakit dengan dosis 100 ml/liter air. Tanaman mimba mampu mengendalikan 127 jenis hama dan berperan sebagai fungisida, bakterisida, antivirus, nematisida dan moluskisida (Kardinan, 2005). 7. Panen Panen dilaksanakan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah tanam dengan cara memotong pangkal batang dengan menggunakan pisau. Peubah Amatan Pertumbuhan dan produksi tanaman, antara lain : 1. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan mistar yang dimulai dari patok standar sampai batas daun tertinggi yang diluruskan ke atas. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam ketika tanaman akan dipanen. 2. Jumlah daun (helai) Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Penghitungan jumlah daun dilakukan bersamaan dengan penghitungan tinggi tanaman. 3. Produksi per tanaman (g) Produksi per tanaman dihitung dengan cara menimbang tanaman sampel pada setiap plot yang telah dibuang akar dan daun yang tidak layak dikonsumsi manusia. Dilakukan secara terpisah masing-masing plot pada saat panen. 4. Produksi per plot (kg) Produksi per plot ditentukan dengan cara menimbang seluruh tanaman dalam plot setelah dibuang akar dan daun yang tidak layak dikonsumsi manusia. Tingkat kesukaan konsumen Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap tampilan fisik tanaman sawi yang telah dipanen sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Dilakukan dengan cara memberikan kuisioner terhadap 20 orang responden, untuk memberikan penilaian terhadap hasil tanaman sawi dari 7 perlakuan sesuai skala Likert yakni sangat suka (SS), suka (S), netral (N), tidak suka (TS) dan sangat tidak suka (STS). Selanjutnya dihitung persentase pilihan responden terhadap masingmasing perlakuan. 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Pertumbuhan dan produksi tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan air limbah rumah tangga berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, produksi per tanaman dan produksi per plot sawi umur 4 minggu setelah tanam. Hasil uji beda ratarata pengaruh air limbah rumah tangga terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, produksi per tanaman dan produksi per plot sawi umur 4 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Produksi per Tanaman dan Produksi per Plot Sawi Umur 4 Minggu Setelah Tanam. Perlakuan Air Limbah Rumah Tangga Rataan Tinggi Tanaman (cm) Rataan Jumlah Daun (helai) Rataan Produksi per Tanaman (g) Rataan Produksi per Plot (kg) Air kolam 24,20 c 16,00 d 63,63 c 0,42 g Air got 27,21 bc 20,75 c 71,00 c 0,53 e Air cucian piring 24,54 c 19,00 cd 65,00 c 0,47 f Air cucian beras 28,13 bc 21,38 bc 75,00 c 0,59 d Air cucian ikan 31,45 ab 24,38 ab 120,63 b 0,95 b Air cucian ayam potong 28,29 bc 22,00 abc 106,00 b 0,83 c Air seni manusia 35,11 a 25,00 a 181,75 a 1,43 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Uji BNJ. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa terhadap rataan tinggi tanaman, perlakuan air urine menusia menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yakni 35,11 cm berbeda nyata dengan semua perlakuan, disusul dengan perlakuan air cucian ikan menghasilkan 31,45 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan air cucian ayam potong, air cucian beras dan air got. Tinggi tanaman terendah terjadi pada perlakuan air kolam (kontrol) yakni 24,20 cm tidak berbeda nyata dengan perlakuan air got, cucian piring, cucian beras dan cucian ayam potong. Pada rataan jumlah daun, perlakuan urine menusia menghasilkan jumlah daun terbanyak yakni 25,00 helai tidak berbeda nyata dengan perlakuan air cucian ayam potong dan air cucian ikan. Jumlah daun paling sedikit terjadi pada perlakuan air kolam yakni 16,00 helai tidak berbeda nyata dengan perlakuan air cucian piring. Mengenai rataan produksi per tanaman, perlakuan urine menusia juga menghasilkan produksi per tanaman tertinggi yakni 181,75 g berbeda nyata dengan semua perlakuan, disusul dengan perlakuan air cucian ikan menghasilkan 120,63 g tidak berbeda nyata dengan perlakuan air cucian ayam potong. Produksi per tanaman terendah terjadi pada perlakuan air kolam yakni 63,63 g tidak berbeda nyata dengan perlakuan air got, air cucian piring dan air cucian beras. Sedangkan terhadap rataan produkasi per plot, perlakuan urine menusia juga menghasilkan produksi per plot tertinggi yakni 1,43 kg berbeda nyata dengan semua 6

perlakuan, disusul dengan perlakuan air cucian ikan menghasilkan 0,95 kg yang juga berbeda nyata dengan semua perlakuan. Produksi per plot terendah terjadi pada perlakuan air kolam yakni 0,42 kg tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan. Secara visual, hubungan antara perlakuan air limbah rumah tangga terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1, 2, 3, dan 4 berikut. Gambar 1. Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap Tinggi Tanaman Sawi Umur 4 Minggu. 7

Gambar 2. Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap Jumlah Daun Sawi Umur 4 Minggu. Gambar 3. Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap Produksi per Tanaman Sawi Umur 4 Minggu. 8

Gambar 4. Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap Produksi per Plot Sawi Umur 4 Minggu 2. Tingkat kesukaan konsumen Hasil uji tingkat kesukaan konsumen terhadap tampilan fisik tanaman sawi setelah diberi perlakuan air limbah rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Tampilan Fisik Tanaman Sawi Setelah Diberi Perlakuan Air Limbah Rumah Tangga. N o Perlakuan Sangat Suka Tingkat Kesukaan Konsumen (%) Tidak Suka Netral Suka Sangat Tidak Suka Jumlah 3 Air kolam 0 0 0 10 90 100 2 Air got 0 0 10 80 10 100 3 Air cucian piring 0 0 0 80 20 100 9

4 Air cucian beras 0 10 65 25 0 100 5 Air cucian ikan 0 90 10 0 0 100 6 Air cucian ayam potong 0 75 25 0 0 100 7 Air seni manusia 80 20 0 0 0 100 Visualisasi hubungan antara perlakuan air limbah rumah tangga dengan tingkat kesukaan konsumen terhadap tampilan fisik tanaman sawi dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. 10

Gambar 5. Hubungan Antara Perlakuan Air Limbah Rumah Tangga dengan Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Tampilan Fisik Tanaman Sawi. 11

Dari Tabel 2 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa tampilan fisik tanaman sawi yang sangat disukai konsumen adalah perlakuan urine manusia yakni sebesar 80%, sisanya 20% menyatakan suka. Hasil perlakuan tanaman sawi lainnya yang masih disukai konsumen adalah berasal dari perlakuan air cucian ikan (90%), air cucian ayam potong (75%) dan air cucian beras (10%). Sedangkan hasil tanaman sawi yang sangat tidak disukai konsumen berasal dari perlakuan air kolam (90%), disusul dengan air cucian piring (20%) dan air got (10%). Hasil perlakuan tanaman sawi lainnya yang tidak disukai konsumen adalah berasal dari perlakuan air got (80%), air cucian piring (80%), air cucian beras (25%) dan air kolam (10%). Pembahasan 1. Pengaruh air limbah rumah tangga terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan air limbah rumah tangga yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi berasal dari urine manusia menghasilkan tinggi tanaman 35,11 cm, jumlah daun 25,00 helai, produksi pertanaman 181,75 g dan produksi per plot 1,43 kg serta dari uji BNJ menunjukkan berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Kalau dikonversikan kedalam luas 1 hektar menghasilkan produksi 28,60 ton per hektar. Kalau dibandingkan dengan potensi hasil tanaman sawi varietas Kumala sebesar 28-30 ton/ha (SK Mentan No. 3238/Kpts/SR.120/10/2010), maka penggunaan limbah rumah tangga berupa air seni manusia dengan dosis 3 liter/plot (375 ml per tanaman) telah memenuhi potensi hasil dari sawi Kumala. Sedangkan kalau dibandingkan dengan perlakuan kontrol (air kolam = A 0 ) dengan produksi pertanaman 63,63 g dan produksi per plot 0,42 kg atau setara dengan 8,40 ton per hektar, hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan limbah rumah tangga berupa urine manusia dibandingkan dengan perlakuan kontrol (air kolam) dapat meningkatkan hasil berupa produksi per tanaman sebesar 118,12 g dan produksi per plot meningkat 1,01 kg atau setara dengan peningkatan 20,20 ton per hektar (meningkat 240 %). Hasil perlakuan air limbah rumah tangga lainnya berupa air got, air cucian piring, air cucian beras, air cucian ikan dan air cucian ayam potong menghasilkan produksi per plot berturut-turut : 0,53 kg, 0,47 kg, 0,59 kg, 0,95 kg dan 0,83 kg, sedangkan kalau dikonversikan menjadi produksi per hektar berturut-turut menghasilkan 10,60 ton, 9,40 ton, 11,80 ton, 19,00 ton, dan 16,60 ton. Walaupun kelima perlakuan air limbah rumah tangga tersebut belum memenuhi potensi hasil dari sawi Kumala, namun perlakuan air limbah rumah tangga berupa air cucian ikan dan air cucian ayam potong masih dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pupuk organik dalam memproduksi sayuran organik karena secara ekonomis masih menguntungkan dengan menghasilkan produksi per hektar berturut-turut 19,00 ton dan 16,60 ton atau meningkat 226% dan 198% dibandingkan dengan perlakuan kontrol air kolam. Dari hasil analisis prosentase uji tingkat kesukaan konsumen terhadap tampilan fisik sawi Kumala yang diberi perlakuan air limbah rumah tangga, bahwa sawi yang diberi perlakuan urine manusia memiliki tampilan fisik 80% sangat disukai konsumen 12

dan 20% disukai. Air limbah rumah tangga lainnya yang memberikan tampilan fisik sawi yang masih disukai konsumen adalah yang berasal dari air cucian ikan (90% disukai) dan air cucian ayam potong (75% disukai), sementara yang berasal dari air cucian beras hanya 10% yang disukai konsumen. Dengan demikian perlakuan air limbah rumah tangga yang menghasilkan tampilan fisik sawi yang diterima konsumen adalah yang berasal dari urine manusia, air cucian ikan dan air cucian ayam potong. Tingginya produksi dan baiknya tampilan fisik sawi yang diberi perlakuan urine manusia yang sudah difermentasi disebabkan karena urine manusia mengandung Urea 2%, Amonia 0,05%, Phospat 0,12%, Kalium 0,6%, Kalsium 0,015%, Magnesium 0,01%, Sulfat 0,18%, Klorida 0,6%, Natrium 0,1%, Kreatin 0,1% dan asam urat 0,03% (Wulandari, 2012). Tanaman sawi adalah tanaman penghasil daun yang membutuhkan unsur Nitrogen untuk pertumbuhannya. Tingginya kandungan Urea (2 %) dalam urine manusia menyebabkan kebutuhan hara tanaman sawi tercukupi untuk proses metabolisme tanaman serta memacu pertumbuhan dan produksi. Itulah sebabnya dari ketujuh perlakuan air limbah rumah tangga yang digunakan, urine manusia yang menghasilkan produksi tertinggi dan memenuhi potensi hasil dari sawi Kumala. 2. Analisis Penggunaan Air Limbah Rumah Tangga untuk Produksi Sayuran Organik di Kabupaten Asahan. Dari hasil penelitian, air limbah rumah tangga yang digunakan sebanyak 3 liter per plot, maka untuk produksi sayuran organik dengan luas penanaman 1 hektar dibutuhkan air limbah rumah tangga sejumlah 60.000 liter. Untuk limbah urine, manusia normal rata-rata dalam satu hari menghasilkan 1,7 liter air seni (Kistinnah dan Lestari, 2009). Jika dalam satu keluarga beranggotakan 5 orang, maka potensi air seni yang dihasilkan per hari sebanyak 8,5 liter atau 255 liter per bulan. Hal ini cukup untuk memproduksi secara organik 680 tanaman sawi per rumah tangga (42,5 m 2 ) dengan potensi produksi 120,84 kg per bulan, atau rata-rata 4,02 kg sawi per hari. Jika tiap rumah tangga mengkonsumsi 1 kg sawi per hari, disamping aman dikonsumsi karena bersifat organik dan mengurangi pencemaran lingkungan, sisanya sebanyak 3,02 kg per hari atau 90,60 kg per bulan dapat dijual ke pasar untuk menambah penghasilan keluarga. Harga sawi di pasar Rp 4.500 per kg, maka dalam satu bulan keluarga mendapat penghasilan tambahan Rp. 407.700, atau secara keseluruhan dapat menghemat pengeluaran keluarga sebesar Rp.547.700 per bulan. Kalau dianalisis untuk skop Kabupaten Asahan, jumlah penduduk Asahan tahun tahun 2016 sebesar 712.684 jiwa dengan jumlah rumah tangga 166.430 KK (BPS Kabupaten Asahan, 2017), maka jumlah urine yang dihasilkan per hari 1.211.562,8 liter atau 36.346.884 liter per bulan. Dengan potensi tersebut, maka sayuran organik di Kabupaten Asahan dapat dibudidayakan setiap bulan dengan luas penanaman 605,78 hektar dengan potensi produksi 17.325,31 ton. Jika rata-rata harga sawi di pasar Kabupaten Asahan Rp.4.500 per kg, maka akan dapat menghasilkan uang sejumlah Rp 77.963.895. Kalau hal ini disosialisasikan dan diterapkan oleh masyarakat, maka akan sangat besar manfaatnya, baik bagi pengurangan pencemaran lingkungan maupun untuk keamanan pangan dan menambah penghasilan keluarga. Apalagi kalau hal ini diterapkan untuk skala nasional, sudah dapat dibayangkan betapa besarnya uang yang dapat dihasilkan disamping untuk keamanan pangan dan penyelesaian masalah pencemaran lingkungan. 13

Air limbah lainnya yang penulis teliti seperti air got, air cucian piring, air cucian beras, air cucian ikan dan air cucian ayam potong tidak penulis bahas disini, karena disamping potensi produksi yang dihasilkan masih dibawah deskripsi sawi Kumala, juga volume masing-masing air limbah yang dihasilkan tiap rumah tangga belum penulis dapatkan literaturnya sehingga tidak dapat dianalisis potensinya. Namun secara global dari study JICA 2010 debit air limbah rumah biasa 120 liter per penghuni per hari. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan air limbah rumah tangga berupa urine manusia menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman terbaik yakni tinggi tanaman 35,11 cm, jumlah daun 25,00 helai, produksi pertanaman 181,75 g dan produksi per plot 1,43 kg, dengan potensi hasil 28,60 ton/ha telah memenuhi deskripsi dari sawi Kumala. 2. Tampilan fisik sawi yang diterima konsumen berasal dari perlakuan air seni manusia (80% sangat disukai, 20% disukai), air cucian ikan 90% disukai dan air cucian ayam potong 75% disukai. 3. Dalam skala rumah tangga beranggotakan 5 orang, potensi air seni yang dapat dihasilkan 255 liter per bulan dan cukup untuk memproduksi 120,84 kg sawi organik setiap bulan, serta dapat menghemat pengeluaran keluarga Rp.547.700 per bulan. Untuk skop Kabupaten Asahan, potensi urine yang dihasilkan 36.346.884 liter per bulan serta dapat menghasilkan sawi organik 17.325,31 ton atau senilai dengan Rp 77.963.895. 5.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap jenis sayuran yang lain untuk melihat responnya terhadap perlakuan air limbah rumah tangga. Pihak yang berkepentingan agar mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dengan cara memanfaatkan air limbah rumah tangga untuk produksi sayuran organik yang aman untuk kesehatan. 14

DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Asahan, 2017, Asahan Dalam Angka 2014, Kisaran. BPTP Jawa Tengah, 2015, Manfaat Sayuran Organik Bagi Kesehatan, http://jateng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php? option=com_content&view=article&id=618:manfaat-sayuran-organik-bagikesehatan-&catid=4:info-aktual (diakses tanggal 6 Januari 2017). Hesti, D. S. dan S. Cahyo, 2011, Panen Sayur Secara Rutin di Lahan Sempit, Jakarta. Kardinan, A., 2005, Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya, Jakarta. Kistinnah, I. dan E. S. Lestari, 2009, Biologi, Makluk Hidup dan Lingkungannya, SMA/MA untuk Kelas XI, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. SK Mentan No, 3238/Kpts/SR,120/10/2010 Tentang Pelepasan Sawi Hibrida Sebagai Varietas Unggul, Deskripsi Sawi Hibrida Varietas Kumala, http://benihpertiwi.co.id/ (diakses tanggal 7 Januari 2017). Silalahi, Y.A., 2013, Mengenal Limbah Rumah Tangga, http://abanggoyes,blogspot,com/ ((diakses tanggal 7 Januari 2017). Soenarno, S.M., 2011, Indonesian Wildlife Conservation Foundation, http://www.iwf.or.id/ (diakses tanggal 7 Januari 2017). Sutanto, R., 2006, Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan pengembangannya, Kanisius, Yogyakarta, Wulandari, D., 2012, Bahan Kimia yang Terkandung Di dalam Urine Manusia yang Dapat Menyembuhkan Kanker, https://dianadianawulandari.wordpress.com/ (diakses tanggal 6 Januari 2017). 15