BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN HIIT DI DALAM MENINGKATKAN RESILIENSI PERAWAT DI RSAU DR. MOHAMMAD SOETOMO PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. artinya penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan kausalita atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian analitik eksperimental dengan desain random control trial (RCT)

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah latihan half squat jump dan split

3. METODE PENELITIAN

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

1. Stretching Pantat. LATIHAN OTOT PANTAT DAN HAMSTRING (Paha belakang) By Ronny J. Kutadinata. Basic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352).

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang)

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

BAB III METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 adalah penelitian inferensial. Analisis

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara untuk memecahkan masalah, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Dalam bab ini akan dibahas mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan metode penelitian, meliputi pendekatan penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, manipulasi, populasi dan sampel penelitian, subyek penelitian, persiapan dan tahapan penelitian, prosedur eksperimen, rancangan eksperimen, instrumen penelitian dan terakhir teknik analisis data. 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Maksud pendekatan kuantitatif yaitu data penelitian adalah berupa angka-angka dan analisis dilakukan menggunakan perhitungan statistik (Sugiyono, 2014). Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti bermaksud untuk menghilangkan subjektifitas dalam penelitian. 3.2. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental (experimental), dengan pola "pretest-posttest design" (Christensen, 2007). Sebagaimana makna eksperimen itu sendiri yang berarti observasi di bawah 1

kondisi buatan (artificial condition) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti, maka penelitian eksperimental ini adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian, di bawah kondisi yang dibuat dan diatur oleh si peneliti, dengan menyertakan adanya kontrol (Nazir, 2005). Peneliti memilih penelitian eksperimental karena metode ini lebih tepat untuk menguji ada tidaknya pengaruh suatu pemberian treatmen atau tindakan terhadap aspek psikologi individu, dalam hal ini resiliensi. 3.3. Variabel Penelitian Penelitian ini, terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang diuraikan sebagai berikut : a. Variabel Bebas: Latihan HIIT (X) b. Variabel Terikat: Tingkat Resiliensi Perawat (Y) 3.4. Definisi Operasional Definisi operasional dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : a. Latihan HIIT (High Intensity Interval Training) sebagai variabel bebas (X) adalah latihan kardiorespiratori dengan menggabungkan gerakan berintensitas tinggi dalam interval waktu, diselingi gerakan dengan intensitas rendah atau pemulihan (recovery) (Schoenfeld dan Dawes, 2009). Latihan ini diberikan kepada perawat selama delapan minggu. Periode latihan intensitas tinggi membuat badan melakukan usaha maksimal (full-effort) yang mengakibatkan detak jantung 2

bekerja 85%-95% dari detak jantung maksimal. Sedangkan periode pemulihan (recovery) membuat detak jantung berada 40%-50% detak jantung maksimal. Pengukuran intensitas latihan HIIT dimonitor dengan mengukur denyut nadi secara manual. Untuk penelitian ini digunakan teknik pengukuran denyut nadi Arteri Radialis (Radial Pulse Rate), yaitu dengan cara menyentuh daerah pergelangan tangan sebelah luar menggunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah untuk merasakan denyut nadi Arteri Radialis (Swartz, 2014). Denyut nadi yang teraba dirasakan dan dihitung selama 15 detik. Hasil hitungan kemudian dikalikan 4 untuk hasil per menit. Perhitungan denyut nadi maksimal (DNM) berdasarkan umur, DNM sesuai umur = 220 umur dalam tahun. Untuk DNM selama 1 menit dipakai sebagai patokan tercapainya intensitas latihan pada seseorang (Giriwijoyo dan Sidik, 2013). Gambar 3.1. Teknik Menghitung Denyut Nadi Arteri Radialis Disediakan training logbook atau buku catatan latihan yang diisi oleh subyek (Denyut nadi latihan dan jumlah gerakan yang dilakukan ketika latihan). 3

b. Tingkat Resiliensi adalah level suatu kemampuan yang dicapai oleh perawat di dalam mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Perawat mampu bertahan dalam keadaan tertekan, dan beradaptasi dalam menghadapi masalah dan belajar dari pengalaman. Tingkat resiliensi pada perawat diukur dari skala resiliensi yang diadaptasi dari aspek-aspek resiliensi Reivich dan Shatte (2002) yaitu emotion regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy self-efficacy, dan reaching out. Data mengenai resiliensi dapat diketahui dari perolehan skor hasil pengisian kuesioner, bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat resiliensi yang dimiliki perawat, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula tingkat resiliensi yang dimiliki perawat. 3.5. Manipulasi Latihan HIIT pada penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kriteria aktifitas fisik HIIT yang terdiri dari gabungan gerakangerakan berintensitas tinggi dalam interval tertentu yang relatif singkat, diselingi periode istirahat atau gerakan dengan intensitas rendah yang memungkinkan terjadinya masa pemulihan secara aktif disela-selanya. Seluruh subyek diharuskan melengkapi paket latihan yang berlangsung selama 8 (delapan) minggu berupa 3 (tiga) sesi latihan per minggu, yang dilakukan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Masing-masing sesi latihan terdiri beberapa bagian, yaitu antara lain : a) 4

Pemanasan (warming up), b) Latihan Inti (exercise), dan c) Pendinginan (cooling down). Sebelum melaksanakan latihan HIIT, subyek diminta untuk melakukan pemanasan (warming up) dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke otot untuk mempersiapkan kemampuan membawa nutrisi ke otot dan membuang limbah metabolisma dari otot pada saat melakukan latihan, sehingga menghindarkan terjadinya cedera otot atau cedera sendi. Selain itu, gerakan-gerakan pemanasan tersebut juga akan mempersiapkan sistem keseimbangan dan koordinasi untuk mengurangi resiko jatuh dan membuat gerakan lebih gesit. Pemanasan dilakukan dengan cara melakukan gerakan lompat-lompat ringan ditempat selama 1 menit dilanjutkan dengan peregangan tubuh (stretching) menurut urutan berikut ini (Nelson dan Kokkonen, 2007) : a. Otot paha depan, dilakukan dengan cara memegang ujung jari kaki dalam posisi berdiri sehingga terlihat seperti menekuk lutut ke belakang. Telapak kaki diusahakan menempel ke bagian belakang paha, dengan demikian otot paha depan akan merasakan regangan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti paha kaki sebelah. b. Otot betis belakang, diregangkan dengan cara berdiri condong ke depan sambil bertumpu pada kaki bagian depan, bersamaan itu berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot betis kaki bagian belakang. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. 5

c. Bagian belakang paha dan betis, dilakukan peregangan dengan menyandarkan salah satu kaki pada balok kayu atau benda apapun yang lebih tinggi daripada lantai. Badan dicondongkan ke belakang, dan sambil memfokuskan diri pada regangan yang dirasakan oleh bagian belakang paha dan betis ditahan pada posisi gerakan ini selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. d. Bahu dan lengan bagian atas. Sambil masih dalam posisi berdiri, gerakan peregangannya adalah dengan cara mendekatkan salah satu lengan pada dada, mengambil lengan menggunakan lengan yang berlawanan. Lengan ditarik sampai dirasakan bahwa bahu sedang diregangkan. Selain itu juga bisa didorong lengan yang diregangkan ke arah berlawanan untuk mengontraksi otot, jika dirasakan bahwa Anda yang meregang adalah dada dan bukannya bahu. e. Otot dada, diregangkan dengan cara mentautkan kedua jari-jari tangan dan kiri di belakang punggung. Selanjutnya perlahan-lahan naikkan tautan jari tersebut, dalam kondisi sendi siku tangan dalam keadaan lurus, bila perlu bisa diminta tolong teman untuk menaikkan tautan jari tersebut. Dirasakan cukup apabila terasa ada regangan pada dada. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, istirahat sebentar, dan kemudian diulangi lagi. 6

Gambar 3.2. Urutan dan Macam Gerakan Peregangan Tubuh 7

f. Punggung bagian atas, dengan fokus di sekitar tulang belikat maka peregangan dilakukan dengan cara mengulurkan lengan ke depan, mentautkan jari-jari kedua tangan bersama-sama dan berusaha mendorong lengan lebih jauh sehingga tulang belikat seolah-olah terdorong dan teregang ke arah berlawanan. g. Otot triceps, yaitu otot bagian belakang lengan atas diregangkan dengan cara seolah-olah menggapai atas dengan salah satu lengan lalu dilanjutkan dengan menekuk siku lengan tersebut dan menempatkannya di belakang kepala dan di antara tulang belikat. Untuk lebih meregangkan otot triceps, maka siku tangan berlawanan berusaha menarik siku lengan yang diregangkan ke arah kepala. h. Kepala dan leher, dimulai dengan gerakan menundukkan kepala ke depan yang ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, disusul dengan memiringkan kepala dengan telinga mendekati bahu yang ditahan juga kurang lebih 8 (delapan) hitungan, dan selanjutnya memiringkan kepala ke belakang dan putar kepala dari kiri ke kanan, lalu ke kanan ke kiri dalam gerakan 30 derajat. Sebagai perhatian, perlu dipastikan bahwa saat kepala miring ke 8

belakang, rahang dijaga agar tetap santai dan biarkan mulut sedikit terbuka. i. Otot paha bagian dalam, diregangkan dengan cara berdiri condong ke samping tubuh sambil bertumpu pada salah satu kaki namun sementara itu berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot paha bagian dalam kaki yang berlawanan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. j. Otot adduktor paha bagian dalam, diregangkan dalam posisi duduk, mempertemukan kedua telapak kaki sambil badan diatur agak condong ke depan sambil berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot adduktor paha bagian dalam kedua kaki. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya istirahat sebentar dan dilanjutkan gerakan berikutnya. k. Otot paha dan betis bagian belakang, diregangkan dalam posisi duduk, dimana salah satu kaki dijulurkan ke depan sambil mengatur badan agak condong ke depan. Sementara itu kedua tangan juga diulurkan ke depan meraih ujung jari kaki sambil berkonsentrasi dan merasakan regangan pada otot paha dan betis bagian belakang. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. l. Otot paha bagian luar, peregangan dilakukan dalam posisi duduk, gerakan peregangannya adalah dengan cara mendekatkan salah satu kaki ke dada menyilang kaki yang berlawanan, sementara kaki berlawanan tersebut dijulurkan lurus ke depan. Tangan membantu menahan dan mendorong kaki yang diregangkan, sampai dirasakan bahwa otot paha luar sedang 9

diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. m. Otot pantat, peregangan dilakukan dalam posisi berbaring, gerakan peregangannya adalah dengan cara mendekatkan salah satu kaki ke dada menumpang di atas kaki yang berlawanan, tangan membantu mengambil kaki yang diangkat ke dada, dimana kaki itu ditarik sampai dirasakan bahwa otot pantat sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. n. Otot harmstring paha bagian belakang, sama seperti sebelumnya peregangan dilakukan dalam posisi berbaring, gerakan peregangannya adalah dengan cara menjulurkan salah satu kaki ke atas sehingga terlihat lurus, tangan membantu mengangkat kaki itu semaksimal mungkin sampai dirasakan bahwa otot harmstring sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. o. Punggung bagian bawah, juga hampir sama dengan gerakan sebelumnya peregangan dilakukan dalam posisi berbaring, gerakan peregangannya adalah dengan cara menjulurkan salah satu kaki ke atas kemudian menekuknya di lutut, tangan membantu menekan dan menarik lulut itu semaksimal mungkin sampai dirasakan bahwa otot punggung bagian bawah sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya berganti kaki sebelah. p. Punggung bagian bawah, juga hampir sama dengan gerakan sebelumnya, hanya saja gerakan peregangannya adalah dengan cara menjulurkan kedua 10

kaki ke atas kemudian menekuknya di lutut, tangan membantu menekan dan menarik lutut itu semaksimal mungkin sampai dirasakan bahwa otot punggung bagian bawah sedang diregangkan. Gerakan ditahan selama kurang lebih 8 (delapan) hitungan, untuk selanjutnya dilanjutkan Gerakan Inti. Latihan inti pada sebuah sesi latihan HIIT akan selalu diawali dengan pemanasan selama 5-10 menit, dengan melakukan gerakan-gerakan yang secara bertahap meningkat secara perlahan segera setelah tubuh sudah menghangat, maka tiba saatnya untuk melakukan latihan inti. Rasio gerakan dan masa istirahat untuk HIIT pada penelitian ini adalah 10 detik high effort : 20 detik recovery. Tetap melakukan gerakan-gerakan aktif ringan selama masa pemulihan akan membantu tubuh untuk membuang produk-produk zat sisa metabolisme dan menggantikannya dengan energi baru untuk siap melakukan gerakan intensitas tinggi selanjutnya. Jumlah set latihan interval sedikit dahulu, baru kemudian perlahan-lahan ditingkatkan sesuai kemampuan. Gerakan pada latihan inti penelitian ini adalah gerakan-gerakan yang melibatkan hampir semua otot tubuh dan diperkirakan mampu membantu memunculkan efek HIIT pada subyek. Diantara gerakan yang dipilih peneliti untuk diikutkan sebagai modul latihan HIIT dalam penelitian ini adalah: push up, squat, burpee, jumping jack, dan lunge. a. Push Up, dilakukan dengan cara meletakkan tangan di lantai dengan posisi terbuka selebar bahu. Kaki bertumpu pada ujung jari kaki, hingga tubuh berposisi lurus sempurna. Diusahakan agar posisi atau bongkong tidak 11

menonjol ke atas. Bahu diturunkan sampai membentuk siku 90 derajat. Kemudian dorong bahu dan lengan hingga lurus kedepan dengan sambil mengambil nafas. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.3. Gerakan Push Up b. Squat, posisi tubuh diatur sedemikian sehingga berdiri dengan kaki kirakira selebar bahu, jari kaki sedikit mengarah keluar, dan lutut bergerak ke arah luar. Dari posisi berdiri, lutut ditekuk seolah-olah akan duduk untuk mencapai posisi jongkok. Saat menekuk lutut punggung harus tetap lurus, tumit tetap menempel pada lantai, dan paha tetap sejajar dengan lantai, untuk jangkauan gerakan secara penuh. Jongkok dilakukan sampai otot betis menyentuh paha. Setelah itu kembali ke posisi berdiri. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.4. Gerakan Squat 12

c. Burpee, dimulai dari posisi berdiri dengan terbuka selebar bahu. Kemudian, tubuh diturunkan ke posisi jongkok dilanjutkan dengan meletakkan tangan pada lantai di depan tubuh. Selanjutnya kaki ditendang ke belakang sehingga berubah menjadi posisi push-up. Tangan harus dijaga agar tetap kokoh di lantai untuk menyokong tubuh. Dada kemudian diturunkan untuk melakukan push-up dan segera dinaikkan kembali. Berlanjut dengan menarik kaki kembali ke posisi semula, berdiri, dan kemudian lompat ke udara sambil menepukkan tangan di atas kepala. Lalu akhirnya kembali ke posisi berdiri semula. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.5. Gerakan Burpee d. Jumping Jack, dimulai dari posisi berdiri dengan kaki rapat dan tangan diletakkan menempel di samping paha. Selanjutnya melompat sambil menggeser kedua kaki secara bersamaan ke arah luar, dibarengi kedua tangan menepuk di atas kepala. Posisi badan selama gerakan tetap tegak lurus, disusul dengan lompatan kembali sambil merapatkan kaki dan meletakkan tangan kembali di samping paha. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. 13

Gambar 3.6. Gerakan Jumping Jack e. Lunge, dimulai dari posisi berdiri tegak dengan kedua kaki terbuka selebar pinggul dan kedua tangan pun di pinggul. Sambil tetap menarik otot perut ke dalam dan ke atas, salah satu kaki dilangkahkan sekitar 0,6 sampai dengan 0,9 m ke depan. Saat melangkah, jaga jari tetap menempel lantai tetapi tumit terangkat dilanjutkan pada saat bersamaan menekuk kedua lutut. Posisi ini dipertahankan selama 1-5 detik, untuk kemudian dilanjutkan dengan mengangkat tumit dan menarik kaki kembali ke posisi awal. Lakukan gerakan berikutnya dengan melangkahkan kaki yang berlawanan. Gerakan diulangi sesuai kemampuan. Gambar 3.7. Gerakan Lunge 14

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian atau seluruh data yang menjadi perhatian peneliti (Sugiyono, 2014), maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di RSAU dr. Mohammad Sutomo, Pontianak, Kalimantan Barat yang berjumlah 86 orang. Peneliti memilih rumah sakit ini dengan pertimbangan bahwa perawat di rumah sakit belum pernah melakukan latihan HIIT. 3.6.2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010) untuk mendapatkan data yang representatif, tidak selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu dan memiliki karakteristik tertentu, yang dianggap bisa mewakili populasi. Jumlah populasi penelitian ini terdiri atas 86 perawat. Sebagaimana yang dikutip dari Arikunto (2010) bahwa jika jumlah populasi kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, maka semua populasi penelitian ini diambil sebagai sampel, dinamakan pula total sampling. Namun demikian, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampek tersebut digunakan. 3.6.3. Teknik Pengelompokkan Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel menggunakan randomisasi (acak) yaitu subyek 15

memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subyek penelitian (Periantalo, 2016). Peneliti membagi sampel secara random menjadi 2 dengan jumlah yang sama yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol). 3.6.4. Subyek Penelitian 3.6.4.1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmojo, 2002). Beberapa kriteria yang menjadikan seorang individu sebagai subyek sampel penelitian ini antara lain adalah : a. Bersedia menjadi subyek dan mengikuti prosedur penelitian secara konsisten. b. Telah bekerja sebagai perawat di RS dr. Mohammad Sutomo minimal 6 bulan. c. Berusia antara 20-40 tahun. d. Sehat jasmani rohani, dan tidak dalam pengobatan untuk penyakit apapun. 3.6.4.2. Kriteria Eksklusi Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili dalam sampel penelitian karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmojo, 2002). Apabila seorang perawat memiliki kriteria berikut ini, maka tidak akan diikutsertakan dalam penelitian, yaitu : 16

a. Sedang tidak di tempat kerja karena alasan penugasan, pendidikan, dll. b. Menolak berpartisipasi karena alasan dan sebab apapun. 3.6.4.3. Kontrol Lingkungan Fisik Kontrol lingkungan fisik dilakukan agar tidak terjadi bias yang muncul diakibatkan kondisi sekitar yang kurang kondusif bagi latihan HIIT, misalnya suhu udara panas dan lembab. Oleh karena itu dilakukan pengontrolan lingkungan fisik antara lain dengan cara : a. Aula tempat latihan dilengkapi AC yang disetel pada suhu nyaman ruangan 24-26 C. b. Pakaian diseragamkan berupa kaos dan training pack yang terbuat dari bahan kain nyaman. c. Aula diterangi oleh lampu neon 15 watt sebanyak 6 buah. 3.7. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSAU dr. Mohammad Sutomo, Pontianak, Kalimantan Barat yang merupakan salah satu institusi dengan tenaga perawat yang memiliki kriteria sesuai kebutuhan penelitian. b. Waktu Penelitian Penelitian ini akan diawali dengan observasi pendahuluan pada bulan Februari 2016, dilanjutkan dengan Pre Experimental Measurement, Treatment, 17

dan Post Experimental Measurement berkisar bulan Maret hingga Mei 2016. 3.8. Persiapan dan Tahapan Penelitian 3.8.1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan studi kepustakaan guna merumuskan masalah penelitian, kerangka berpikir tinjauan teoritis dan metode penelitian yang tepat untuk penelitian ini. 2. Meminta surat pengantar dari Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana untuk melakukan uji coba alat ukur dan ijin untuk melakukan penelitian kepada Direktur Rumah Sakit. 3. Membuat proposal penelitian untuk diajukan kepada Kepala Rumah Sakit RSAU dr Soetomo Pontianak. 4. Peneliti melakukan translasi (Bahasa Inggris Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Bahasa Inggris) dan adaptasi alat ukur resiliensi di dalam penelitian ini. Alat ukur yang sudah diadaptasi dari Reivich dan Shatte (2002) selanjutnya diperiksa oleh dosen atau expert judgement dan dilakukan uji coba ketepatan alat ukur terkait konten maupun bahasa yang digunakan. 5. Pelaksanaan Latihan HIIT 6. Waktu pelaksanaan selama 3 kali dalam satu minggu yang dilakukan 8 minggu pada bulan Maret - Mei 2016. 3.8.2. Tahapan Penelitian 18

Gambar 3.8. Tahapan Penelitian 3.9. Prosedur Eksperimen Minggu 1 Waktu Senin 07.00-07.20 Materi Perkenalan Penjelasan Prosedur Latihan Memberi contoh gerakan 19

Senin 07.20-07.50 Latihan Grup 1 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Squat 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Lunge 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Push up 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin 07.50-08.20 Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit 20

Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Squat 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Lunge 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Push up 10 detik, istirahat 20 detik sebanyak 3 set Rabu dan Jumat Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 2 Waktu Materi Senin 07.00-08.20 Prosedur sama dengan Minggu 1 Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin 21

Minggu 3 Waktu Senin 07.00-07.30 Latihan Grup 1 Materi Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Squat 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Lunge 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Push up 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin 07.30-08.00 Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-20 menit : Burpee 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Squat 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set 22

Jumping Jack 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Lunge 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Push up 15 detik, istirahat 30 detik sebanyak 3 set Rabu dan Jumat Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 4 Waktu Materi Senin 07.00-08.00 Prosedur sama dengan Minggu 3 Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 5 Waktu Senin 07.00-07.40 Latihan Grup 1 Materi Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Burpee 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set 23

Squat 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Lunge 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Push up 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin 07.40-08.20 Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-30 menit : Burpee 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Squat 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set 24

Jumping Jack 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Lunge 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Push up 20 detik, istirahat 40 detik sebanyak 3 set Rabu dan Jumat Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 6 Waktu Materi Senin 07.00-08.00 Prosedur sama dengan Minggu 5 Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin Minggu 7 Waktu Senin 07.00-07.40 Latihan Grup 1 Materi Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit 25

Latihan Inti selama 8-30 menit : Burpee 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Squat 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Lunge 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Push up 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Senin 07.40-08.20 Latihan Grup 2 Pemanasan dan Peregangan selama 5 menit Latihan Inti selama 8-30 menit : Burpee 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Squat 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Jumping Jack 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set 26

Lunge 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Push up 25 detik, istirahat 50 detik sebanyak 3 set Peregangan dan Pendinginan selama 5 menit Rabu dan Jumat Mengulangi Prosedur Hari Senin 3.10. Rancangan Eksperimen Rancangan penelitian eksperimen ini dalam bentuk pretest-posttest design. Pretest-posttest design merupakan suatu disain eksperimen di mana dampak treatmen dinilai dengan membandingkan perbedaan antara skor pretest dan skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Christensen, 2007). Berikut rancangan dari pretest-posttest design: Gambar 3.9. Pretest-posttest Design (sumber Christensen, 2007) Keterangan : R : Partisipan ditangani secara random ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 27

Y KE 1 : Pengukuran kondisi awal kelompok eksperimen Y KE 2 : Pengukuran kondisi akhir kelompok eksperimen X : Treatment atau pemberian perlakuan berupa latihan HIIT Y KK 1 : Pengukuran kondisi awal kelompok kontrol Y KK 2 : Pengukuran kondisi akhir kelompok kontrol Prosedur di dalam penelitian dengan pretest-posttest design, partisipan ditangani secara random untuk kelompok-kelompok dan kemudian diberikan pretest pada variabel dependen, Y, yaitu resiliensi. Variabel independen, X yaitu latihan HIIT ditangani atau diberikan suatu perlakuan berupa latihan untuk kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan latihan HIIT, dan kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan post test pada variabel dependen, Y atau variabel resiliensi. Perbedaan skor keduanya baik pada pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji secara statistik untuk menilai dampak variabel dependen atau variabel latihan HIIT. 3.11. Instrumen Penelitian 3.11.1. Skala Resiliensi Alat ukur resiliensi menggunakan alat ukur dari Reivich dan Shatte (2002) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan disesuaikan konteksnya dengan fenomena yang akan diteliti. Alat ukur resiliensi ini terdiri dari 7 aspek, yaitu (1) Emotion Regulation, (2) Impulse Control, (3) Optimism, (4) Causal Analysis, (5) Empathy, (6) Self-efficacy, (7) Reaching out. Total item di dalam alat 28

ukur ini sebanyak 56 item. Tabel 3.1. akan memperlihatkan secara lebih lengkap mengenai pembagian item per aspek resiliensi pada alat ukur. Tabel 3.1. Aspek, Indikator dan Nomor Item Alat Ukur Resiliensi No Aspek Indikator favorabl e 1 Emotion Mampu mengendalikan emosi 1, regulation dalam menghadapi tekanan 2*,3*,4 Mampu menampilkan emosi yang wajar sesuai dengan keadaan 2 Impulse Mampu mengendalikan impuls 9,10*,12 control yang muncul dari dalam diri * unfavorabl Jum e lah 5*,8* 8 6,7 Mampu mengendalikan perilaku 11 15 13,14*, 16 8 3 Optimism Berpikir positif tentang keadaan yang dihadapi saat ini Berpikir positif akan keadaan yang akan dihadapi di masa depan 4 Causal Mampu mengidentifikasikan analysis penyebab dari permasalahan yang muncul Mampu menganalisis kemampuan diri dalam menghadapi permasalahan yang ada 5 Empathy Mampu mengenali emosi orang lain Yakin pada kemampuan sendiri untuk membantu kesulitan orang 6 Self efficacy lain Yakin pada kemampuan diri dalam mengatasi tekanan 17*,18* 22,23 8 19*,20 21,24 25,26* 30*,31* 8 27*,28 29*,32* 33,34*,3 37*,38* 8 6* 35 39,40 41*,43* 45*,47 8 29

7 Reaching out Yakin akan kemampuan diri untuk dapat sukses di masa depan Berani menghadapi resiko dari situasi yang tidak menyenangkan Mengambil aspek positif dari sebuah permasalahan 42,44 46,48* 49*,50 51,53*,54, 55 52 56* Jumlah 56 * item tidak digunakan Instrumen penelitian ini berbentuk angket dengan tingkat pengukuran ordinal kategori jawaban terdiri dari 5 tingkatan untuk analisis secara kuantitatif. Alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dari 1 sampai dengan 5 sebagai berikut. Untuk favorable, yaitu Sangat Setuju Sekali (SSS) diberi nilai 5, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Netral (N) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sebaliknya Untuk Unfavorable, yaitu: Sangat Setuju Sekali (SSS) diberi nilai 1, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 2, Netral (N) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 5. 8 Tabel 3.2. Format Skoring Skala Likert Kategori SSS SS N TS STS Favorable 5 4 3 2 1 Unfavorable 1 2 3 4 5 Adapun alat ukur resiliensi dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang diukur berdasarkan aspek-aspek resiliensi mengadaptasi pengukuran Reivich dan Shatte (2002). 30

3.12. Pengukuran Resiliensi 3.12.1 Langkah-langkah Adaptasi Alat Ukur Langkah-langkah di dalam melakukan adaptasi skala resiliensi adalah sebagai berikut: a. Peneliti melakukan adaptasi dan translasi (bahasa Inggris Indonesia dan bahasa Indonesia Inggris) alat ukur resiliensi Reivich dan Shatte (2002) di dalam penelitian ini. b. Selanjutnya diperiksa oleh dosen atau expert judgement dlakukan pemeriksaan ketepatan alat ukur terkait konten maupun bahasa yang digunakan. c. Dilakukan uji coba untuk mengukur validitas dan reliabilitas alat ukur sebanyak 3 (tiga) kali. d. Membuang item-item yang validitas dan reliabilitasnya rendah. 3.12.2. Skoring Dalam pemberian skor digunakan skala Likert. Proses skoring akan dilakukan penjumlahan dari semua skor item resiliensi yang ada. Hasilnya berupa skor kasar yang kemudian akan dilakukan penggolongan tingkat resiliensi subyek ke dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. 3.13. Analisis Data 3.13.1 Teknik Uji Instrumen Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS. Teknik statistik 31

yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah Independent Sample T-Test. 3.13.2. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur merupakan alat ukur yang baik atau tidak adalah dengan cara melakukan uji validitas dan reliabilitas. Alat ukur dikatakan alat ukur yang baik apabila alat ukur tersebut mengukur apa yang diukur, menghasilkan pengukuran yang konsisten serta mempunyai daya pembeda (Anastasi dan Urbina, 2007). 3.13.2.1. Validitas Validitas alat ukur adalah sejauh mana akurasi suatu alat tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut (Azwar, 2012). Terdapat beberapa cara untuk menguji validitas suatu alat ukur, antara lain dengan menggunakan face validity, validitas isi (content validity), validitas kriteria (criterion validity), dan validitas konstruk (construct validity). Pada penelitian ini dilakukan teknik uji validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi alat ukur dilakukan dengan cara menggunakan penilaian yang dilakukan oleh ahli 32

(expert judgement) yaitu dosen yang memang ahli dalam resiliensi. Selanjutnya validitas konstruk digunakan untuk melihat apakah alat ukur sudah benar-benar mengukur konstruk yang hendak diukur. Koefisien validitas kurang dari 0,3 biasanya dianggap sebagai tidak memuaskan (Azwar, 2012) dan item yang validitasnya kurang dari 0,3 tidak digunakan. Makna skor diacukan pada posisi relatif skor terhadap suatu norma (mean) skor populasi teoretik sebagai parameter sehingga hasil ukur yang berupa angka (kuantitatif) dapat diintepretasikan secara kualitatif (Azwar, 2015). Biasanya, skor mentah (raw score) yang merepresentasikan hasil pengukuran suatu skala merupakan penjumlahan dari skor item-item dalam skala tersebut sehingga skor dapat langsung dimaknai dengan mengacu kepada norma interpretasi yan telah dibuat. Cara kategorisasi adalah kategorisasi berdasar signifikansi perbedaan. Cara ini bertujuan untuk kategorisasi individu dalam ke dalam jenjang-jenjang Rendah, Sedang, dan Tinggi namun tidak dengan mengasumsikan distribusi populasi yang normal. Kategori ini terutama digunakan apabila jumlah individu dalam kelompok yang hendak didiagnosis tidak begitu besar (Azwar, 2015). Kategorisasi diagnosis berdasar skor sebagai berikut: 1. Skor rendah adalah skor subyek yang jatuh dibawah nilai rata-rata dikurangi standar deviasi. 2. Skor rata-rata adalah skor subyek yang jatuh diantara nilai skor tinggi dan skor rendah. 3. Skor tinggi adalah skor subyek yang jatuh dibawah nilai rata-rata dikurangi standar deviasi. 33

3.13.2.2. Reliabilitas Reliabilitas merupakan konsistensi skor yang dicapai subyek yang sama ketika ia diuji-ulang dengan alat tes yang sama pada waktu berbeda atau dengan sejumlah item yang ekuivalen (Anastasi dan Urbina, 1997). Peneliti menggunakan teknik pengujian reliabilitas Cronbach Alpha karena merupakan penelitian dengan administrasi tunggal dan respon pada item-itemnya politomi. Pada teknik Cronbach Alpha ini akan terlihat konsistensi respon terhadap seluruh item di dalam alat ukur. Semakin homogen item-item dari alat ukur maka akan semakin tinggi konsistensi antar item yang berarti memiliki nilai koefisien yang tinggi (Anastasi dan Urbina, 1997). Item akan dinilai baik apabila memiliki skor reliabilitas diatas 0,6 (Kerlinger dan Lee, 2000). Reliabilitas asli alat ukur dari Reivich dan Shatte (2002) menggunakan teknik Test-retest Reliability dan Inter-item Reliability. Berikut data korelasi antar item menggunakan Test-retest Reliability adalah: Tabel 3.3. Test-retest Reliability Faktor Average Inter-item r s Emotion Regulation.35 Impulse Control.16 Causal Analysis.13 Self-eficasy.19 Optimism.14 Empathy.34 Reaching Out.14 (Sumber:Adaptiv Learning System, www.adaptivlearning.com) 34

Data korelasi antar item-faktor menggunakan Inter-item Reliability sebagai berikut: Tabel 3.4. Inter-item Reliability Faktor Average Item-factor r s Emotion Regulation.62 Impulse Control.45 Causal Analysis.49 Self-eficacy.49 Optimism.63 Empathy.66 Reaching Out.44 (Sumber:Adaptiv Learning System www.adaptivlearning.com) 35