BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

dokumen-dokumen yang mirip
Berdasarkan sistem yang sedang berjalan, tahapan-tahapan proses. deteksi adanya viskositas darah dalam tubuh adalah sebagai berikut :

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN UJI COBA. pakar mendeteksi adanya viskositas darah dalam tubuh menggunakan Metode

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. identifikasi penyakit pada tanaman buah naga dengan menggunakan metode

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. yang ditimbulkan. Meskipun hanya dari gejala klinis (gejala-gejala yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. Analisa masalah dilakukan guna mengetahui masalah-masalah yang terkait

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. diagnosa penyakit pada Kanker Rahim dengan menggunakan metode certainty

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. serangan musuh, dengan terlihat sehat, musuh tidak akan menyerang. Berdasarkan

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN UJI COBA. Pakar Diagnosa Faktor Kegagalan Penanaman Ulang Kelapa Sawit menggunakan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Transkripsi:

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Seseorang yang ingin memeriksa kesehatannya cenderung untuk berkonsultasi ke dokter ahli, namun terkadang hal ini dapat menyulitkan seseorang untuk pergi berkonsultasi karena berbagai alasan salah satunya adalah padatnya jadwal kesibukkan seperti bekerja. Pada era saat ini penggunaan komputer sudah tidak asing lagi dalam membantu kinerja manusia, untuk itu perlu adanya sebuah perangkat lunak yang dapat membantu seseorang untuk mengetahui penyakit THT yang ia derita. III.1.1. Analisa Input Untuk mendiagnosa penyakit THT dapat dilakukan dan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan maka perlu mengetahui data input. Data input yang diberikan kepada sistem masih diinputkan secara manual. Adapun inputan yang diperlukan adalah : 1. Jenis Sakit Contoh input data jenis Sakit adalah : Jenis Sakit : Telinga 2. Gejala Contoh input data gejala adalah : Gejala : Telinga Berdenging 30

31 III.1.2. Analisa Proses Berdasarkan sistem yang sedang berjalan, tahapan-tahapan proses mendiagnosa penyakit THT adalah sebagai berikut : 1. Dokter menanyakan gejala-gejala yang dialami pasien. 2. Dokter dapat memprediksi kemungkinan adanya gejala penyakit THT dalam tubuh melalui jenis kelamin. 3. Kemudian dokter dapat menyimpulkan jenis penyakit THT yang di derita oleh pasien. III.1.3. Analisa Output Terdapat analisa output dalam mendiagnosa penyakit THT, yaitu berupa hasil deteksi berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien. III.1.4. Evaluasi Sistem yang Berjalan Berdasarkan analisa terhadap input, proses dan output pada sistem diagnosa penyakit THT yang sedang berjalan, penulis menemukan beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut : 1. Penderita harus berkonsultasi langsung ke dokter di rumah sakit. 2. Penderita harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mengetahui penyakitnya. Untuk menangani kelemahan-kelemahan sistem yang ada salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan merancang sistem pakar mendiagnosa penyakit THT. Sistem ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap pasien.

32 III.2. Penerapan Metode Setelah melihat permasalah diatas maka penulis mencoba untuk merancang suatu aplikasi sistem pakar mendiagnosa penyakit THT yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan keputusan mengenai penyakit THT dengan tepat. Dengan menggunakan metode teorema bayes aplikasi sistem pakar mendiagnosa penyakit THT dapat diketahui jenis penyakit THT yang di derita dengan menggunakan rumus metode teorema bayes, rumus teorema bayes dapat dilihat sebagai berikut :.. (1) Dimana : P(H E) = probabilitas hipotesis H jika diberikan evidence E. P(E H) = probailitas munculnya evidence E jika diketahui hipotesis H. P(H) = probabilitas H tanpa mengandung evidence apapun. P(E) = probabilitas evidence E.

33 Berikut adalah Flowchart dari tahapan-tahapan rumus metode teorema bayes : Mulai Dokter, Pasien, Gejala Pasien Menanyakan Gejala Kepada Pasienya Data Gejala-Gejala Mencari Nilai Semesta Berdasarkan gejala Nilai Semesta Mencari Nilai Probabilitas Tanpa Mengandung evidence Nilai Probabilitas Mencari Nilai Probabilitas Hipotesis Yang Benar Jika Diberikan evidence Nilai Probabilitas Jumlahkan Keseluruhan bayes Bayes Selesai Gambar III.1. Langkah Metode Teorema Bayes

34 a. Tabel Gejala Telinga Tabel III.1. Tabel Gejala Telinga Gejala Probabilitas Demam 0.4 Telinga Nyeri 0.6 Gangguan Pendengaran 0.8 Telinga Bernanah 0.8 Muntah 0.4 Pusing 0.8 Mual 0.4 Badan Lemah 0.8 Telinga Berdenging 0.8 b. Tabel Gejala Hidung Tabel III.2. Tabel Gejala Hidung Gejala Probabilitas Demam 0.2 Nyeri di wajah 0.6 Mudah Lelah 0.6 Batuk 0.8 Hidung Tersumbat 0.6 Hidung Berlendir 0.6 Gangguan Penciuman 0.6 Sakit Kepala 0.6 Sulit Bernafas 0.8 Mendengkur 0.8

35 c. Tabel Gejala Tenggorokan Tabel III.3. Tabel Gejala Tenggorokan Gejala Probabilitas Sakit Kepala 0.4 Muntah 0.6 Bau Mulut 0.8 Sulit Menelan 0.8 Suara Hilang 0.8 Demam 0.2 Tenggorokan Sakit 0.8 Hidung Tersumbat 0.6 Sulit Bernafas 0.8 Batuk Berdahak 0.4 Nafsu Makan Berkurang 0.6 Nyeri Dada 0.8 d. Tabel Data Penyakit Tabel III.4. Tabel Data Penyakit Kode Penyakit Nama Penyakit Jenis Penyakit P1 Otitis Media Akut Telinga P2 Vertigo Telinga P3 Sinusitis Hidung P4 Polip Hidung P5 Amandel Tenggorokan P6 Bronkitis Tenggorokan

36 Tabel III.5 Pembentukan Rule RULE IF THEN R1 TelingaNyeri,Demam,Gangguan Pendengaran, Telinga Bernanah Otitis Media Akut R2 R3 R4 R5 R6 Telinga Nyeri, Muntah, Pusing, Mual, Badan Terasa lemah, Telinga Berdenging Demam, Hidung Tersumbat, Hidung Berlendir, Gangguan Indra Penciuman, Batuk, Nyeri diwajah, Mudah lelah. Hidung Tersumbat, Hidung Berlendir, Sakit Kepala, Gangguan Indra Penciuman, Sulit Bernafas, Mendengkur. Demam, Sakit Kepala, Tenggorokkan Sakit, Muntah, Bau Mulut, Sulit Menelan, Kehilangan Suara. Demam, Hidung Tersumbat,Sulit Bernafas, Batuk Berdahak, Tenggorokkan Sakit, Nyeri di dada, Nafsu Makan Berkurang. Vertigo Sinusitis polip Amandel Bronkitis Dari tabel aturan yang telah didapat, maka dapat terbentuk suatu pohon keputusan. Pohon keputusan terdiri dari gejala, penyakit dan busur yang menunjukkan hubungan antar objek. Berikut adalah gambar pohon keputusan yang terbentuk :

37 Gambar III.2. Pohon Keputusan Penyakit Telinga Gambar III.3. Pohon Keputusan Penyakit Hidung

38 Gambar III.4. Pohon Keputusan Penyakit Tenggorokan Studi Kasus : Contoh kasus penyakit Telinga Aulia melakukan deteksi dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan gejala berikut : Aulia melakukan deteksi dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan gejala berikut : G1 (Telinga Nyeri ) G2 (Demam ) =0.4 = P(E H1) = 0.6 = P(E H2) G3 (Gangguan Pendengaran) = 0.8 = P(E H3) G4 (Telinga Bernanah ) = 0.8 = P(E H4)

39 Kemudian mencari nilai semesta dengan menjumlahkan dari hipotesa di atas : = G1 + G2 + G3 + G4 = 0.4 + 0.6 + 0.8 + 0.8 = 2.6 Setelah hasil penjumlahan di atas diketahui, maka didapatlah rumus untuk menghitung nilai semesta adalah sabagai berikut : P(H1) = H1/ = 0.4/2.6 = 0.153846154 P(H2) = H1/ = 0.6/2.6 = 0.230769231 P(H3) = H1/ = 0.8/2.6 = 0.307692308 P(H4) = H1/ = 0.8/2.6 = 0.307692308 Setelah nilai P(Hi) diketahui, probabilitas hipotesis H tanpa memandang evidence apapun, maka langkah selanjutnya adalah : = P(H1) * P(E H1) + P(H2) * P(E H2) + P(H3)* P(E H3) + P(H4) * P(E H4) =(0.4* 0.153846154) + (0.6* 0.230769231) + (0.8* 0.307692308) + (0.8* 0.307692308) =0.061538462 + 0.138461538+ 0.246153846+ 0.246153846 =0.692307692 Langkah selanjutnya ialah mencari nilai P(Hi E) atau probabilitas hipotesis Hi benar jika diberikan evidence E. P(H1 E) = 0.4* 0.153846154/ 0.692307692 = 0.088888889 P(H2 E) = 0.6* 0.230769231/ 0.692307692 = 0.2 P(H3 E) = 0.8* 0.307692308/ 0.692307692 = 0.355555556 P(H4 E) = 0.8* 0.307692308/ 0.692307692 = 0.355555556

40 Setelah seluruh nilai P(Hi E) diketahui, maka jumlahkan seluruh nilai bayesnya = (0.4 * 0.088888889) + (0.6 * 0.2) + (0.8 * 0.355555556) + (0.8 * 0.355555556) =0.035555556+ 0.12+ 0.284444444+ 0.284444444 = 0.724444444 * 100% =72.44444444 % Hal ini berarti besarnya kepercayaan pakar terhadap kemungkinan terkena penyakit pada Telinga kategori penyakit Otitis Media Akut III.3. Desain Sistem Untuk membantu dalam mendiagnosa penyakit THT, penulis mengusulkan pembuatan sebuah sistem dengan menggunakan aplikasi program yang lebih akurat dan lebih mudah dalam pengolahannya. Dengan menggunakan Microsoft Visual Studio 2010 dan database Sql Server 2008 untuk memudahkan dalam perancangan dari aplikasi itu sendiri. III.3.1. Use Case Diagram Dalam penyusunan suatu program diperlukan suatu model data yang berbentuk diagram yang dapat menjelaskan suatu alur proses sistem yang akan di bangun. Maka digambarlah suatu bentuk diagram Use Case yang dapat dilihat pada gambar III.5 :

41 Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit THT Dengan Metode Teorema bayes Login Gejala Output Data Penerapan metode <<Include>> <<Extend> > Proses User Input Data <<Extend> > Admin Gejala <<Include>> Laporan Output <<Include>> <<Include>> > Gambar III.5. Use Case Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit THT Dengan Metode Teorema bayes

42 III.3.2. Class Diagram Class Diagram adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Rancangan kelas-kelas yang akan digunakan pada sistem yang akan dirancang dapat dilihat pada gambar III.6. Telinga + Id + Penyakit + Gejala + Tambah + Simpan + Ubah + Hapus 1..* 1..* Hidung + Id + Penyakit + Gejala + Tambah + Simpan + Ubah + Hapus 1..* Penyakit Telinga + Id + Penyakit + Gejala + Tambah + Simpan + Ubah + Hapus 1..* 1..* Tenggorokan + Id + Penyakit + Gejala 1..* + Id + Sandi Login 1..* Penyakit Tenggorokan + Id + Penyakit + Gejala + Tambah + Simpan + Ubah + Hapus + Ubah + Tambah + Simpan + Ubah + Hapus Hasil 1..* 1..* 1..* Penyakit Hidung + Id + Nama Pasien + Jenis Sakit + Gejala + Hasil + Tambah + Simpan + Ubah + Hapus + Id + Penyakit + Gejala + Tambah + Simpan + Ubah + Hapus Gambar III.6. Class Diagram Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit THT Dengan Metode Teorema bayes

43 III.3.3. Activity Diagram Rangkaian kegiatan pada setiap terjadi event sistem digambarkan pada activity diagram berikut: 1. Activity Diagram Login Aktivitas yang dilakukan untuk melakukan login admin dapat dilihat seperti pada gambar III.3 berikut : Admin Sistem Klik Login Form Login Masukkan Username User Klik Login Form Keputusan Admin Tidak Masukkan Sandi Benar Form Admin Salah Gambar III.7. Activity Diagram Login

44 2. Activity Diagram Form Input Telinga Activity diagram form input telinga dapat dilihat seperti pada gambar III.8 berikut : Admin Sistem Klik Input Telinga Form Input Telinga Klik Tambah Ya Isi Data Klik Simpan Data Tersimpan Tidak Pilih Data Ubah Data Tidak Klik Ubah Pilih Data Klik Hapus Ya Tidak Ya Data Terhapus Gambar III.8. Activity Diagram Form Input Telinga

45 3. Activity Diagram Form Input Hidung Activity diagram form input Hidung dapat dilihat seperti pada gambar III.9 berikut : Admin Sistem Klik Input Hidung Form Input Hidung Klik Tambah Ya Isi Data Klik Simpan Data Tersimpan Tidak Pilih Data Ubah Data Tidak Klik Ubah Pilih Data Klik Hapus Ya Tidak Ya Data Terhapus Gambar III.9. Activity Diagram Form Input Hidung

46 4. Activity Diagram Form Input Tenggorokan Activity diagram form Input Tenggorokan dapat dilihat seperti pada gambar III.10 berikut : Admin Sistem Klik Input Tenggorokan Form Input Tenggorokan Klik Tambah Ya Isi Data Klik Simpan Data Tersimpan Tidak Pilih Data Ubah Data Tidak Klik Ubah Pilih Data Klik Hapus Ya Tidak Ya Data Terhapus Gambar III.10. Activity Diagram Form Input Tenggorokan

47 5. Activity Diagram Form Input Penyakit Telinga Activity diagram form Input Penyakit Telinga dapat dilihat seperti pada gambar III.11 berikut : Admin Sistem Klik Input Penyakit Telinga Form Input Penyakit Telinga Klik Tambah Ya Isi Data Klik Simpan Data Tersimpan Tidak Pilih Data Ubah Data Tidak Klik Ubah Pilih Data Klik Hapus Ya Tidak Ya Data Terhapus Gambar III.11. Activity Diagram Form Input Penyakit Telinga

48 6. Activity Diagram Form Input Penyakit Hidung Activity diagram form Input Penyakit Hidung dapat dilihat seperti pada gambar III.12 berikut : Admin Sistem Klik Input Penyakit Hidung Form Input Penyakit Hidung Klik Tambah Ya Isi Data Klik Simpan Data Tersimpan Tidak Pilih Data Ubah Data Tidak Klik Ubah Pilih Data Klik Hapus Ya Tidak Ya Data Terhapus Gambar III.12. Activity Diagram Form Input Penyakit Hidung

49 7. Activity Diagram Form Input Penyakit Tenggorokan Activity diagram form Input Penyakit Tenggorokan dapat dilihat seperti pada gambar III.13 berikut : Admin Sistem Klik Input Penyakit Tenggorokan Form Input Penyakit Tenggorokan Klik Tambah Ya Isi Data Klik Simpan Data Tersimpan Tidak Pilih Data Ubah Data Tidak Klik Ubah Pilih Data Klik Hapus Ya Tidak Ya Data Terhapus Gambar III.13. Activity Diagram Form Input Penyakit Tenggorokan

50 8. Activity Diagram Form Input Hasil berikut : Activity diagram form Input Hasil dapat dilihat seperti pada gambar III.14 Admin Sistem Klik Input Jumlah Form Input Jumlah Klik Tambah Ya Isi Data Pilih Data Klik Simpan Data Tersimpan Ubah Data Klik Ubah Ya Tidak Pilih Data Klik Hapus Klik Diagnosa Ya Data Terhapus Tidak Hasil Metode Gambar III.14. Activity Diagram Form Input Hasil

51 III.3.4 Sequence Diagram Rangkaian kegiatan pada setiap terjadi event sistem digambarkan pada sequence diagram berikut: 1. Sequence Diagram Form Login Serangkaian kerja melakukan login admin dapat terlihat seperti pada gambar III.15 berikut : Admin Form Login Proses Login Menu Utama Menu Validasi Nama Dan Password Gagal Berhasil ilil Gambar III.15. Sequence Diagram Form Login

52 2. Sequence Diagram Form Telinga Sequence diagram form telinga dapat dilihat seperti pada gambar III.16 berikut : Telinga Data Telinga Telinga Gambar III.16. Sequence Diagram Form Telinga

53 3. Sequense Diagram Form Hidung Sequence diagram form hidung dapat dilihat seperti pada gambar III.17. berikut : Hidung Data Hidung Hidung Gambar III.17. Sequence Diagram Form Hidung

54 4. Sequence Diagram Form Tenggorokan Sequence diagram form tenggorokan dapat dilihat seperti pada gambar III.18. berikut : Form Input Data Tenggorokan Tabel Tenggorokan Tenggoro kan Gambar III.18. Sequence Diagram Form Tenggorokan

55 5. Sequence Diagram Form Penyakit Telinga Sequence diagram form penyakit telinga dapat dilihat seperti pada gambar III.19 berikut : Penyakit Telinga Data Penyakit Telinga Penyakit Telinga Gambar III.19. Sequence Diagram Form Penyakit Telinga

56 6. Sequense Diagram Form Penyakit Hidung Sequence diagram form penyakit hidung dapat dilihat seperti pada gambar III.20. berikut : Penyakit Hidung Data Penyakit Hidung PenyakitHidung Gambar III.20. Sequence Diagram Form Penyakit Hidung

57 7. Sequence Diagram Form Penyakit Tenggorokan Sequence diagram form penyakit tenggorokan dapat dilihat seperti pada gambar III.21. berikut : Form Input Penyakit Tenggorokan Tabel Penyakit Tenggorokan P.Tenggo rokan Gambar III.21. Sequence Diagram Form Penyakit Tenggorokan

58 8. Sequence Diagram Form Hasil : Sequence diagram form hasil dapat dilihat seperti pada gambar III.22 berikut Form Hasil Tabel Telinga Tabel Hidung Tabel Tenggorokan Form Menu Utama Gambar III.15. Sequence Diagram Form Penjualan Gambar III.22. Sequence Diagram Form Hasil

59 III.3.5 Desain Database 1. Normalisasi Tahap normalisasi ini bertujuan untuk menghilangkan masalah berupa ketidak konsistenan apabila dilakukannya proses manipulasi data seperti penghapusan, perubahan dan penambahan data sehingga data tidak ambigu. a. Bentuk Tidak Normal Bentuk tidak normal dari data diagnosa penyakit THT ditandai dengan adanya baris yang satu atau lebih atributnya tidak terisi, bentuk ini dapat dilihat pada tabel III.6 dibawah ini : Tabel III.6 Data Diagnosa Penyakit THT Bentuk Tidak Normal ID Nama Pasien Jenis Sakit Gejala Hasil 01 Andi Telinga 7 90% 02 Anto Hidung 8 75% 03 Anca Tenggorokan 9 80% b. Bentuk Normal Pertama (1NF) Bentuk normal pertama dari data diagnosa penyakit THT merupakan bentuk tidak normal yang atribut kosongnya diisi sesuai dengan atribut induk dari recordnya, bentuk ini dapat dilihat pada tabel III.7 di berikut ini : Tabel III.7 Data Diagnosa Penyakit THT Bentuk 1NF ID Jenis Sakit Gejala Hasil 01 Telinga 7 90% 02 Hidung 8 75% 03 Tenggorokan 9 80%

60 c. Bentuk Normal Kedua (2NF) Bentuk normal kedua dari data diagnosa penyakit THT merupakan bentuk normal pertama, dimana telah dilakukan pemisahan data sehingga tidak adanya ketergantungan parsial. Setiap data memiliki kunci primer untuk membuat relasi antar data, bentuk ini dapat dilihat pada tabel III.8 berikut ini : 2. Desain Tabel Tabel III.8 Data Diagnosa Penyakit THT Bentuk 2NF ID Hasil 01 90% 02 75% 03 80% Setelah melakukan tahap normalisasi, maka tahap selanjutnya yang dikerjakan yaitu merancang struktur tabel pada basis data sistem yang akan dibuat, berikut ini merupakan rancangan struktur tabel tersebut: a. Struktur Tabel Login Tabel Login digunakan untuk menyimpan data Login selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.9 di bawah ini : Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : Login : Id Tabel III.9 Tabel Login Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Sandi Varchar 50 Sandi Admin

61 b. Struktur Tabel Telinga Tabel Telinga digunakan untuk menyimpan data telinga selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.10 di bawah ini : Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : Telinga : Id c. Struktur Tabel Hidung Tabel III.10 Tabel Telinga Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Gejala Varchar Max Gejala Penyakit Nilai Varchar 50 Nilai Gejala Tabel Hidung digunakan untuk menyimpan data hidung, selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.11 di bawah ini : Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : Hidung : Id d. Struktur Tabel Tenggorokan Tabel III.11 Tabel Hidung Tabel Tenggorokan digunakan untuk menyimpan data tenggorokan, selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.12 di bawah ini : Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Gejala Varchar Max Gejala Penyakit Nilai Varchar 50 Nilai Gejala

62 Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : Tenggorokan : Id Tabel III.12 Tabel Tenggorokan Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Gejala Varchar Max Gejala Penyakit Nilai Varchar 50 Nilai Gejala e. Struktur Tabel Penyakit Telinga Tabel Penyakit Telinga digunakan untuk menyimpan data penyakit telinga selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.13 di bawah ini : Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : PTelinga : Id f. Struktur Tabel Penyakit Hidung Tabel III.13 Tabel Penyakit Telinga Tabel Penyakit Hidung digunakan untuk menyimpan data penyakit hidung, selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.14 di bawah ini : Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Penyakit Varchar Max Jenis Penyakit Gejala Varchar 50 Nilai Gejala Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : PHidung : Id

63 Tabel III.14 Tabel Penyakit Hidung Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Penyakit Varchar Max Jenis Penyakit Gejala Varchar 50 Nilai Gejala g. Struktur Tabel Penyakit Tenggorokan Tabel Penyakit Tenggorokan digunakan untuk menyimpan data penyakit tenggorokan, selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.15 di bawah ini : Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : PTenggorokan : Id Tabel III.15 Tabel Penyakit Tenggorokan Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Penyakit Varchar Max Jenis Penyakit Gejala Varchar 50 Nilai Gejala h. Struktur Tabel Hasil Tabel Hasil digunakan untuk menyimpan data hasil, selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.16 di bawah ini : Nama Database Nama Tabel Primary Key : THT : Hasil : Id Tabel III.16 Tabel Hasil Nama Field Tipe Data Ukuran Keterangan Id Int - Id Pencarian Nama_Pasien Varchar 50 Nama Pasien Jenis_Sakit Varchar Max Gejala-Gejala Gejala Varchar Max Penyebab Sakit Hasil Varchar Max Jenis Kelamin Pasien

64 III.3.6. Desain User Interface III.3.6.1. Desain Input Perancangan Input merupakan masukan yang penulis rancang guna lebih memudahkan dalam entry data. Entry data yang dirancang akan lebih mudah dan cepat dan meminimalisir kesalahan penulisan dan memudahkan perubahan. Perancangan Input tampilan yang dirancang adalah sebagai berikut : 1. Perancangan Input Form Login Perancangan Input form login berfungsi untuk verifikasi pengguna yang berhak menggunakan sistem. Adapun rancangan form login dapat dilihat pada gambar III.24 sebagai berikut : Gambar III.23. Rancangan Input Form Login

65 2. Rancangan Form Telinga Rancangan Form Telinga berfungsi untuk menambah, mengubah dan menghapus data telinga. Adapun rancangan form telinga dapat dilihat pada gambar III.25 sebagai berikut : Gambar III.24. Rancangan Form Telinga

66 3. Rancangan Form Hidung Rancangan Form Hidung berfungsi untuk menambah, mengubah dan menghapus data hidung. Adapun rancangan form hidung dapat dilihat pada gambar III.26 sebagai berikut : Gambar III.25. Rancangan Form Hidung

67 4. Rancangan Form Tenggorokan Rancangan Form Tenggorokan berfungsi untuk menambah, mengubah dan menghapus data tenggorokan. Adapun rancangan form tenggorokan dapat dilihat pada gambar III.27 sebagai berikut : Gambar III.26. Rancangan Form Tenggorokan

68 5. Rancangan Form Penyakit Telinga Rancangan Form Penyakit Telinga berfungsi untuk menambah, mengubah dan menghapus data penyakit telinga. Adapun rancangan form penyakit telinga dapat dilihat pada gambar III.28. sebagai berikut : Gambar III.27. Rancangan Form Penyakit Telinga

69 6. Rancangan Form Penyakit Hidung Rancangan Form Penyakit Hidung berfungsi untuk menambah, mengubah dan menghapus data penyakit hidung. Adapun rancangan form penyakit hidung dapat dilihat pada gambar III.29 sebagai berikut : Gambar III.28. Rancangan Form Penyakit Hidung

70 7. Rancangan Form Penyakit Tenggorokan Rancangan Form Penyakit Tenggorokan berfungsi untuk menambah, mengubah dan menghapus data penyakit tenggorokan. Adapun rancangan form penyakit tenggorokan dapat dilihat pada gambar III.30 sebagai berikut : Gambar III.29. Rancangan Form Penyakit Tenggorokan 8. Rancangan Form Diagnosa Rancangan Form Diagnosa berfungsi untuk menambah, mengubah dan menghapus data Diagnosa. Adapun rancangan form Diagnosa dapat dilihat pada gambar III.31 sebagai berikut :

71 Hasil Diagnosa Id : Nama Pasien : Jenis Sakit: Gejala: Hasil : Gejala Pilih Penyakit : Tambah Simpan Ubah Hapus Hitung Lihat Hasil * Id Nama_Pasien Jenis Sakit Gejala Hasil Gambar III.30. Rancangan Form Diagnosa