BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis dan perkembangan

BAB 3 DEVELOPMENT. mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kode TGKA)

Enterprise Resource Planning (ERP)

MARKETING INFORMATION SYSTEM & SALES ORDER PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP)

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB II LANDASAN TEORI. terpadu untuk mengembangkan rencana rencana strategis yang diarahkan pada

Enterprise Resource Planning

BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis dalam dunia usaha. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan

APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TRANSACTION PROCESSING

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )


INFRASTRUKTUR E-BISNISE Pertemuan ke-4

MAKALAH ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Chapter 4 Siklus Pendapatan. By Muhammad Luthfi, S.E.M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage).

BAB 1 PENDAHULUAN. proses globalisasi dan merupakan sebuah fenomena yang memberikan perubahan

Enterprise Resource Planning

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

SISTEM LINTAS FUNGSI PERUSAHAAN Sistem lintas fungsi perusahaan merupakan sistem yang mendukung/berfokus pada penyelesaian berbagai proses bisnis dasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) BERBASIS ORACLE PADA MODUL ORDER MANAGEMENT (STUDI KASUS : PT.

UAS 1. Rancangan ERP Sistem Penjualan yang terhubung dengan seluruh cabang dan kantor pusat disajikan dalam bentuk struktur :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

SIKLUS PENDAPATAN. Siklus Pendapatan

Bab IV Hasil Kerja Praktek Dan Analisis

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)

BAB 3 DESKRIPSI UMUM

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teori Teori Teori Umum Sistem Informasi Enterprise Resource Planning

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl.

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1 BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

Enterprise Resource Planning (ERP)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IMPLEMENTASI SISTEM PENJUALAN DAN PEMBELIAN BARANG MENGGUNAKAN OPEN ERP ADEMPIERE BERBASIS WEB

BAB II LANDASAN TEORI. harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan. atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Secara garis besar ada dua kelompok pendekatan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ERP ( Enterprise Resource Planning )

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkup bisnis yang semakin meluas menuntut setiap

PROPOSAL PENAWARAN PEMBUATAN SYSTEM KOMPUTERISASI. Oleh Mardi Waluyo Software Engineer

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik.

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */**

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA

Bab 2. Tinjauan Pustaka

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ERP (Enterprise Resource Planning) YULIATI, SE, MM

ERP ENTREPRISE RESOURCE PLANNING

ERP ( Enterprise Resource Planning ) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Untuk soal nol 1 dan 2 perhatikan gambar dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LANDASAN TEORI. perusahaan yang usaha utamanya membeli obat untuk dijual kembali dengan

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 1

RANCANGAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING DI JEGUDMILK DENGAN MENGGUNAKAN OPENBRAVO *

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSEP SISTEM INFORMASI

BAB II LANDASAN TEORI

B. Dasar CRM. C. Arsitektur CRM

Almond Accounting Software

TIN409 - Enterprise Resources Planning Materi #3 Ganjil 2014/2015. TIN409 - Enterprise Resources Planning

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan

Aplikasi Manajemen Perkantoran E*/**

SIKLUS PENDAPATAN. By: Mr. Haloho

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang dalam kehidupan sudah tidak dapat lepas dari teknologi tersebut. Ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

Perencanaan Sumber Daya

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Teori Dasar / Umum 2.1.1 Pengertian Data Menurut Turban et al. (2007, p5), data adalah suatu deskripsi dasar dari benda benda, kejadian kejadian, aktivitas aktivitas, dan transaksi transaksi yang dicatat, dikelompokkan, dan disimpan tetapi tidak ditujukan untuk penyampaian arti yang spesifik. Data dapat berupa angka, surat, orang, gambar, dan suara. McLeod (2007, p10) berpendapat bahwa data terdiri atas fakta dan angka yang biasanya tidak bermanfaat karena volumenya yang besar dan sifatnya yang belum diolah. Menurut Oz (2009, p10), data berasal dari bahasa Latin datum, yang merupakan suatu fakta yang mungkin berasal dari angka, pernyataan, atau gambar. Data merupakan material utama untuk menghasilkan informasi. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta atau angka yang diambil dari hasil kejadian yang terjadi yang dikelompokan lalu disimpan tetapi belum diolah sehingga tidak mempunyai arti yang spesifik. 8

9 2.1.2 Pengertian Informasi Menurut Turban et al.(2007, p5), informasi adalah data yang telah diolah supaya memiliki arti dan nilai bagi penerimanya.penerima menginterpretasi arti tersebut dan menarik kesimpulan dan implikasi dari informasi tersebut. Menurut Oz (2009, p10), informasi adalah fakta atau kesimpulan yang mempunyai makna dalam konteks tertentu. Data mentah jarang sekali bermakna atau berguna seperti informasi. Untuk menjadi informasi, data harus diolah melalui tabulasi, analisis statistik, atau kegiatan lain yang dapat mengarah ke pemahaman yang lebih baik. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data mentah atau kesimpulan yang telah diolah yang akan menghasilkan suatu arti dan nilai bagi penerimanya. Penerima menginterpretasi arti tersebutdapat menarik kesimpulan dan implikasi dari informasi tersebut. 2.1.3 Pengertian Sistem Menurut Oz (2009, p11), sistem adalah susunan dari beberapa komponen yang bekerja bersama sama untuk mencapai suatu tujuan utama atau beberapa tujuan tertentu, dengan menerima input, memprosesnya, dan menghasilkan output. 2.1.4 Pengertian Sistem Informasi Menurut M.Stair et al.(2010, p10), sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari elemen elemen atau komponen komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyebarkan (output) data dan

10 informasi, serta menyediakan mekanisme umpan balik (feedback mechanism) untuk memenuhi suatu tujuan. 2.1.5 Pengertian ERP Menurut Dhewanto (2007, p2), ERP merupakan singkatan dari tiga elemen kata, yaitu Enterprise (perusahaan/organisasi), Resource (sumber daya), dan Planning (perencanaan). Tiga kata ini mencerminkan sebuah konsep yang berujung kepada kata kerja, yaitu Planning, yang berarti bahwa ERP menekankan kepada aspek perencanaan. ERP merupakan sebuah aspek perencanaan yang terintegrasi di suatu organisasi atau perusahaan yang bersifat lintas fungsional yang terdiri atas berbagai fitur dengan tujuan agar dapat merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi dengan lebih efisien dan dapat merespon kebutuhan pelanggan dengan lebih baik. Konsep ERP dapat dijalankan dengan baik, jika didukung oleh seperangkat aplikasi dan infrastruktur komputer baik software dan hardware sehingga pengelolaan data dan informasi dapat dilakukan dengan mudah dan terintegrasi. Integrasi dalam konsep sistem ERP berhubungan dengan interpretasi sebagai berikut : 1. Menghubungkan berbagai aliran proses bisnis 2. Metode dan teknik berkomunikasi 3. Keselarasan dan sinkronisasi proses bisnis 4. Koordinasi operasi bisnis. Kata Enterprise (2007, p4-5) sendiri digunakan untuk menggambarkan situasi bisnis secara umum dalam suatu entitas korporat, dalam berbagai ukuran, mulai dari bisnis ukuran kecil hingga bisnis ukuran besar. Secara konseptual, enterprise dapat

11 digambarkan sebagai sebuah kelompok orang dengan tujuan tertentu, yang memiliki sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Kata Resource (2007, p5) secara singkat dapat diterjemahkan sebagai sumber daya. Dalam kaitannya dengan enterprise, resource dapat berupa asset perusahaan yang meliputi asset keuangan, sumber daya manusia, konsumen, supplier, order, teknologi, dan strategi. Istilah sumber daya ini melebar meliputi semua hal yang menjadi tanggung jawab dan tantangan manajemen untuk dikelola agar dapat menghasilkan keuangan. Jadi, ERP dapat dideskripsikan sebagai sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas organisasi. Pendapat Santo dan Suparto (2009, p27), ERP merupakan konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan, yaitu berupa paket aplikasi program terintegrasi dan multi modul yang dirancang untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi dalam perusahaan, sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien dan dapat memberikan pelayanan lebih bagi konsumen, yang akhirnya dapat menghasilkan nilai tambah dan memberikan keuntungan maksimal bagi semua pihak yang berkepentingan. Menurut McLeod (2007, p10), ERP merupakan sistem berbasis komputer yang memungkinkan manajemen seluruh sumber daya perusahaan dalam basis keseluruhan organisasi. Menurut Leon (2008, p14), ERP merupakan teknik dan konsep untuk manajemen bisnis yang terintegrasi secara keseluruhan dari sudut pandang penggunaan sumber daya

12 secara efektif untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. Paket ERP merupakan software packages yang terintegrasi (mencakup seluruh fungsi bisnis) yang dapat mendukung konsep ERP. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ERP merupakan konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan secara efektif, yaitu berupa paket aplikasi program terintegrasi dan multi modul yang dirancang untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi dalam perusahaan, sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien dan dapat memberikan pelayanan lebih bagi konsumen. 2.1.6 Sejarah Perkembangan ERP Menurut Leon (2008, p18-20), sejarah perkembangan ERP dibagi menjadi 4 tahap, yakni sebagai berikut : 1. Material Requirement Planning (MRP) Dalam industri manufaktur, MRP menjadi konsep dasar dari manajemen produksi dan kontrol pada pertengahan tahun 1970-an. MRP merupakan hasil dari pemrosesan bill of material (BOM), yang merupakan daftar berbagai bahan baku atau komponen yang diperlukan dalam industri. MRP muncul pada tahun 1960-an dan mulai dikenal pada tahun 1970-an. Bagian manufaktur dan perencanaan produksi mencari metode yang lebih baik dan efisien untuk pemesanan material dan komponen. Mereka melihat bahwa MRP merupakan solusi sempurna untuk kebutuhan mereka. MRP mampu memecahkan masalah masalah utama dalam bidang manufaktur dan perencanaan produksi.

13 2. Closed-loop MRP MRP berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar mencari cara terbaik untuk memesan material. Evolusi MRP sangat cepat sama halnya dengan bertambahnya jumlah pengguna MRP, dan mereka menginginkan hal lebih. Mereka menyadari bahwa MRP mempunyai kemampuan lebih dari sekedar menghasilkan jadwal pemesanan material. Sistem MRP dapat mengelola tanggal jatuh tempo dari pemesanan dan dapat digunakan untuk mendeteksi dan memberi peringatan ketika suatu barang tidak diterima pada saat tanggal jatuh tempo. Kemampuan baru ini dapat membantu mengurangi ketidakpastian dalam proses produksi. Dengan segera, beberapa teknik perencanaan kapasitas kebutuhan akan digabungkan dengan MRP. Beberapa tool dikembangkan untuk mendukung perencanaan penjualan dan level produksi, pengembangan jadwal produksi, peramalan, perencanaan kapasitas dan pemrosesan pemesanan. Teknik teknik penjadwalan berbagai pabrik, produksi, dan supplier untuk mengotomatisasi proses di luar dan di dalam organisasi akan dibangun di dalam sistem MRP. Pengembangan ini menciptakan closed-loop MRP. Closed-loop MRP tidak hanya sekedar perencanaan kebutuhan material namun berupa kumpulan fungsi untuk mengotomatisasi proses produksi. Closed-loop MRP terdiri dari tools dan teknik - teknik untuk mengatasi prioritas dan kapasitas serta mendukung perencanaan dan pelaksanaan.

14 3. Manufacturing Resource Planning (MRP II) MRP II merupakan sebuah metode untuk perencanaan yang efektif dari semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur. MRP II dapat mengatasi perencanaan operasional di unit unit, perencanaan finansial, dan lain sebagainya. MRP II terbentuk dari kumpulan fungsi yang saling terhubung : perencanaan bisnis, perencanaan operasional dan penjualan, manajemen permintaan, perencanaan produksi, master scheduling, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan kapasitas, dan pelaksanaan sistem pendukung untuk kapasitas dan material. Hasil dari sistem tersebut akan terintegrasi dengan laporan finansial seperti perencanaan bisnis, laporan komitmen pembelian, biaya pengiriman, proyeksi inventory dan sebagainya. 4. Enterprise Resource Planning (ERP) Konsep dasar dari ERP sama dengan konsep MRP II. Namun perusahaan software menciptakan ERP dengan sekumpulan proses bisnis yang lebih luas dalam hal ruang lingkup, mempunyai kemampuan untuk menangani beberapa fungsi bisnis tambahan serta memiliki integrasi yang lebih baik dan erat dengan fungsi finansial dan akuntansi. Sistem ERP juga mampu mengintegrasikan tools lain seperti Customer Relationship Management (CRM), Supply Chain Management (SCM), dan lain sebagainya. Sistem ERP juga mampu mendukung aktivitas bisnis yang melibatkan pihak eksternal perusahaan.

15 Tabel 2.1 Evolusi ERP Timeline Sistem Deskripsi 1960s Inventory Management & Inventory Management & Control merupakan kombinasi dari teknologi Control informasi dan proses bisnis dari 1970s Material Requirement Planning (MRP) pengelolaan level yang sesuai untuk sebuah barang di gudang.aktivitas dalam inventory management mencakup mengidentifikasi kebutuhan inventory, menetapkan target, menyediakan tambahan teknik dan opsi, memantau penggunaan barang, merekonsiliasi saldo inventory, dan melaporkan status inventory. Material Requirement Planning (MRP) memanfaatkan aplikasi perangkat lunak untuk penjadwalan proses produksi. MRP menghasilkan jadwal untuk kegiatan dan pembelian bahan baku yang didasarkan pada kebutuhan produksi suatu barang jadi, struktur dari sistem produksi, level inventory saat ini dan prosedur lot

16 1980s Manufacturing sizing untuk setiap kegiatan. Manufacturing Resource Planning Resource (MRP II) Planning (MRP II) memanfaatkan aplikasi perangkat lunak untuk mengkoordinasi proses manufaktur, mulai dari perencanaan produk, pembelian bahan baku, pengawasan inventory sampai distribusi barang. 1990s Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) menggunakan aplikasi perangkat lunak multi modul untuk meningkatkan performa proses bisnis internal. Sistem ERP mengintegrasikan aktivitas aktivitas bisnis lintas fungsi departemen, mulai dari perencanaan produk, pembelian bahan baku, pengawasan inventory, distribusi barang, sampai order tracking. Sistem perangkat lunak ERP juga mencakup modul aplikasi untuk mendukung pemasaran, keuangan, accounting, dan sumber daya manusia (human resources).

17 2.1.7 Pengertian Proses Bisnis Menurut Leon (2008, p5), proses bisnis merupakan kumpulan dari beberapa aktivitas yang melibatkan satu atau beberapa jenis input dan menciptakan suatu output yang mempunyai nilai bagi konsumen. Pemahaman proses bisnis dapat membantu seorang manajer untuk melihat perusahaannya dari perspektif konsumen. 2.1.8 Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2007, p129), ada empat teknik pengumpulan data, dua di antaranya adalah wawancara (interview) dan pengamatan atau observasi. 2.1.8.1 Wawancara (Interview) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Wawancara terdiri dari dua macam, yaitu : 5. Wawancara terstruktur : Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

18 6. Wawancara tidak terstruktur : Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 2.1.8.2 Pengamatan atau Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Menurut instrumen yang digunakan, observasi terbagi menjadi dua yaitu : 1. Observasi terstruktur : Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, di mana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan jika peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. 2. Observasi tidak terstruktur : Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti apa yang akan diamati. Menurut proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi : 1. Observasi berperan serta (participant observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

19 2. Observasi nonpartisipan. Dalam observasi nonpartisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan data dengan observasi independen tidak akan mendapatkan data yang mendalam. 2.1.9 Penjualan (Sales) Dalam buku SAP Business Process in Sales Order Management, proses yang terjadi dalam penjualan dibagi dalam 6 tahap yaitu : 1. Presales Activities Tahap ini dapat digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi strategi pemasaran dan penjualan suatu perusahaan serta sebagai dasar untuk menentukan hubungan bisnis jangka panjang dengan pelanggan, misalnya : 1. Mencatat data pra jual untuk membantu negosiasi kontrak skala besar. 2. Penjualan barang dan jasa ke organisasi besar yang membutuhkan dokumentasi untuk keseluruhan proses. Beberapa contoh kegiatan yang termasuk dalam presales activities antara lain : 1. Mengentry dan melacak data kontak pelanggan. 2. Membuat inquiry atau quotation. 2. Sales Order Processing Sales Order Processing merupakan aktivitas dimana pelanggan ingin memesan barang dan jasa ke suatu perusahaan. Perusahaan akan mencatat pesanan tersebut ke dalam dokumen yang disebut sales order. Suatu sales order umumnya memiliki informasi mengenai data barang dan pelanggan, harga barang pesanan,

20 tanggal pengiriman barang dan jumlah barang yang dikirim, serta data pengiriman dan penagihan. 3. Procurement Pada tahap ini, perusahaan memastikan bahwa barang yang dipesan oleh pelanggan tersedia di gudang. Hal ini berlaku untuk barang yang sifatnya stock. Jika stock barang yang dipesan pelanggan tidak mencukupi, aktivitas ini akan memicu pengiriman dari supplier eksternal (pihak ketiga dalam transaksi bisnis) atau pengiriman barang dari gudang lain. Jika barang pesanan merupakan barang non stock, maka aktivitas ini akan memicu production order. 4. Shipping Tahap ini dimulai ketika perusahaan sudah membuat dokumen pengiriman barang. Dokumen pengiriman akan mengontrol, mendukung, dan mengawasi beberapa sub proses berikut : 1. Memilih dan konfirmasi barang ( picking and confirming ) Dokumen yang dihasilkan pada sub proses ini adalah transfer order. Transfer order digunakan untuk mengontrol perpindahan barang dalam gudang. Data yang tercantum dalam transfer order berasal dari dokumen pengiriman. 2. Pengepakan barang ( packing ) 3. Perencanaan dan pengawasan pengiriman barang 4. Memposting good issue, yang akan mengubah jumlah stock barang.

21 5. Billing Tahap ini dimulai ketika perusahaan membuat dokumen penagihan. Informasi dari dokumen penagihan diambil dari sales order dan dokumen pengiriman. Dokumen penagihan mempunyai fungsi berikut : 1. Sebagai sarana untuk membuat invoice. 2. Sebagai sumber data bagi Financial Accounting perusahaan dalam mengawasi dan memproses pembayaran dari pelanggan. Saat dokumen penagihan dibuat, perusahaan akan memposting debit pada akun piutang pelanggan dan memposting kredit pada akun pendapatan. 6. Payment Tahap ini terjadi saat perusahaan sudah menerima pembayaran atas pesanan pelanggan. Saat pembayaran diposting, akun kas perusahaan akan didebit dan akun piutang pelanggan akan dikredit. 2.2 Teori Teori Khusus 2.2.1 Testing Menurut McGregor dan Sykes (2001, p13), software testing (atau hanya disebut testing ) adalah proses menemukan bukti dari kesalahan kesalahan yang terdapat di dalam software. McGregor dan Sykes mengatakan bahwa beberapa orang yang mengetes software juga bertanggung jawab untuk melakukan debug terhadap software tersebut. Hal ini khususnya benar selama dilakukannya unit testing dan integration testing. Namun, mereka membedakan antara dua aktivitas ini. Testing merupakan proses

22 menemukan kegagalan kegagalan. Debugging adalah proses menelusuri atau melacak sumber dari terjadinya kegagalan kegagalan atau bug tersebut dan melakukan perbaikan. Menurut Black (2007, p21), ada 4 fase pengujian yang umum beserta tujuan dari masing masing fase. Dua di antara fase fase tersebut yakni : Fase pertama, seringkali disebut unit, component atau subsystem test. Pada fase ini, tester menguji bagian bagian dari sistem, mencari bug pada setiap bagian tersendiri dari sistem yang diuji sebelum bagian bagian tersebut diintegrasi. Fase ke dua, seringkali disebut integration test. Pada fase ini, tester menguji sekumpulan unit atau subsistem atau komponen yang saling berhubungan, mencari bug dalam hubungan hubungan dan interface interface antara sekumpulan bagian bagian sistem ketika bagian bagian tersebut disatukan. 2.2.2.1 Grey Box Testing Grey box testing mengacu pada teknik pengujian sistem dengan pengetahuan yang terbatas (limited knowledge) dari internal sistem. Grey box testing memiliki akses ke dokumen desain rinci dengan informasi di luar dokumen persyaratan. Grey box testing yang dihasilkan berdasarkan informasi tersebut sebagai state-based models atau architecture diagrams of the target system (Sumber : www.crosschecknet.com).

23 Gambar 2.1 Grey Box Testing Menurut Saleh (2009, p225) grey box mengasumsikan bahwa arsitektur software dan dokumentasi desain tersedia untuk penguji. Grey box juga berdasarkan design document dan functional specifications. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa grey box testing adalah teknik pengujian sistem dengan pengetahuan yang terbatas (limited knowledge) dari internal sistem yang memiliki akses ke dokumen desain rinci. Pengujian grey box juga berdasarkan design document dan functional specifications dari suatu sistem. 2.2.1.2Component atau Subsystem Test Menurut Black (2009, p5), component testing berlaku untuk beberapa kumpulan dari unit - unit yang menyediakan kemampuan yang terdapat di dalam sistem. Pelaksanaan compoment test biasanya dimulai ketika komponen pertama dari produk menjadi fungsional yang dibutuhkan untuk menjalankan komponen tersebut tanpa melibatkan seluruh sistem.

24 2.2.1.3 Integration atau Product Test Menurut Black (2009, p6), integration atau product testing berfokus pada hubungan dan interface antara pasangan komponen dan kelompok komponen dalam sistem yang diuji. Integration test harus terjadi di dalam koordinasi dengan aktivitas per tingkat level dengan mengintegrasikan seluruh sistem. Integration test harus menempatkan semua komponen secara menyatu dan bersama-sama dalam waktu yang bersamaan. 2.2.1.4 Report Testing Menurut Protiviti, report testing adalah proses menelaah keakuratan dan kelengkapan laporan laporan utama. Akurasi itu sendiri merupakan ketepatan atau kebenaran dari dokumen dokumen sumber yang ada pada laporan misalnya item item yang muncul dalam laporan dapat ditelusuri ke dokumen dokumen sumbernya dan dikonfirmasikan. Kelengkapan memiliki arti dapat dimengertinya dan tersedianya data data yang diinginkan dalam laporan. Report testing dapat dibagi ke dalam tiga fase berbeda yaitu : 1. Fase 1 : recalculation. Jika sistem bisa menghasilkan laporan versi elektronik misalnya ouput data dari query yang menghasilkan laporan, automated tools seperti Ms.Access, Excel atau ACL dapat digunakan untuk menghitung ulang keseluruhan laporan. 2. Fase 2 : accuracy testing. Pengujian ini berfokus pada pengujian apakah query telah menarik data yang sesuai dari database. Accuracy testing melibatkan

25 penelusuran ke belakang (back tracing) dari transaksi transaksi contoh melalui pengujian kinerja ulang dari laporan ke data sumber. 3. Fase 3 : completeness testing. Completeness testing melibatkan penelusuran ke depan (forward tracing) dari transaksi transaksi.contoh, melalui pengujian kinerja ulang dari data sumber ke laporan. Berdasarkan teori teori di atas mengenai fase fase pengujian secara umum, pengertian grey box testing, pengertian component atau subsystem test, pengertian integration test, dan pengertian report testing maka dapat disimpulkan bahwa pengujian Tira S&D ini dilakukan dengan menggunakan metode grey box testing di mana selama pengujian, tahap tahap yang dijalankan mencakup : 1. Functionality testing yang dalam hal ini bisa juga disebut component atau subsystem test karena pada praktek di lapangan, yang diuji pada tahap ini adalah komponen komponen atau submodul submodul dalam sistem secara terpisah pisah. 2. Integration testing di mana pada praktek di lapangan, yang diuji pada tahap ini adalah hubungan antara submodul submodul yang telah diintegrasikan membentuk suatu kesatuan yang utuh. 3. Report testing di mana pada praktek di lapangan, yang diuji pada tahap ini adalah laporan laporan yang dihasilkan dari data data yang dimasukkan pada tahap integration testing. Oleh sebab itu, report testing bisa dikatakan sebagai bagian dari integration testing.

26 2.2.1.5 Component Test Plan McGregor dan Sykes (2001, p111) mengatakan bahwa tujuan dari component test plan adalah untuk menentukan keseluruhan strategi dan test case test case spesifik yang akan digunakan untuk menguji suatu komponen tertentu. Dua tipe informasi pemandu dimasukkan ke dalam kerangka component test plan : kriteria proyek dan prosedur proyek. Kriteria proyek merupakan standar standar yang telah disetujui sebelumnya tentang bagaimana setiap komponen akan diuji secara menyeluruh. Prosedur proyek mengidentifikasikan teknik teknik yang telah disetujui sebelumnya sebagai cara terbaik untuk menangani tugas tertentu. 2.2.1.6 Test Case Menurut Black (2009, p477) test casesebuah urutan langkah langkah, bagian tes, dan tindakan lainnya dilakukan secara serial, paralel, atau kombinasi antar keduanya yang menciptakan kondisi tes yang diinginkan dimana kasus tersebut dirancang untuk dievaluasi. Dalam beberapa format dokumentasi, khususnya untuk IEEE 829, test case disebut juga sebagai test specificationdantest procedures. 2.2.2 Pengertian Kualitas Schulmeyer dan Gordon (2008, p6) mengatakan bahwa kualitas adalah sejauh mana suatu objek (proses, produk, atau jasa) memenuhi suatu atribut atau persyaratan tertentu. Namun, penting untuk menunjukkan bahwa suatu produk tersebut memiliki atribut - atribut dari kualitas yang penting untuk produk tersebut dan dari apa yang diinginkan, ditentukan, atau diukur, dan bergantung pada sifat produk. Dengan demikian, definisi kualitas mencakup dua aspek :

27 1. Konsep dari atribut. 2. Kepuasan atau tingkat pencapaian atribut tersebut. 2.2.3 Pengertian Bug Black (2007, p10) berpendapat bahwa para penguji dapat menganggap suatu kelakuan dari sistem adalah bug jika kelakuan sistem tersebut dapat membuat pelanggan, sponsor, atau pengguna menjadi tidak puas terhadap sistem tersebut. 2.2.4 Pengertian Product Specification Menurut McArthur dan Shepard (2000, p108) product specification meyediakan semua rincian teknis tentang suatu produk yang dihasilkan. Hal ini diberikan kepada orang-orang yang akan memproduksi produk. Ini membantu memastikan bahwa produk tersebut identik dan memiliki kualitas yang diperlukan. Product specification merupakan suatu pernyataan tertulis berisi karakteristik karakteristik yang dibutuhkan dari suatu item yang didokumentasikan sedemikian rupa sehingga bisa memfasilitasi pembelian, pembuatan dan penerimaan item tersebut (Sumber : www.businessdictionary.com). Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa product specification adalah meyediakan semua rincian teknis tentang suatu produk yang dihasilkansecara tertulis.berisi karakteristik karakteristik yang dibutuhkan dari suatu item yang didokumentasikan sedemikian rupa sehingga bisa memfasilitasi pembelian, pembuatan dan penerimaan item tersebut.

28 2.2.5 Pengertian Technical Specification Berkun (2008, p139) mengatakan bahwa technical specification menjelaskan detil gambaran dari komponen yang paling rumit atau komponen yang digunakan kembali oleh programmer lain dan untuk menyediakan petunjuk untuk pekerjaan yang membutuhkan spesifikasi fitur. Terkadang, kedalaman atau sifat teknikal dari suatu spesifikasi fitur dapat menghilangkan kebutuhan untuk technical specification yang terpisiah. Menurut sumber qmsystem.hu, technical specification merupakan suatu dokumentasi teknis yang disetujui dan dipublikasikan oleh organisasi terotorisasi. Dokumentasi ini harus berisi kebutuhan - kebutuhan teknis, tujuan dari suatu produk, kondisi kondisi terkait penggunaannya dan kekonsistenan dari hasil yang dihasilkan oleh produk tersebut. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa technical specification merupakan dokumen yang menjelaskan detil gambaran dari komponen yang pailng rumit atau komponen yang digunakan kembali oleh programmer lain dan untuk menyediakan petunjuk untuk pekerjaan yang membutuhkan spesifikasi fitur. Dokumentasi ini harus berisi kebutuhan -kebutuhan teknis, tujuan dari suatu produk, kondisi kondisi terkait penggunaannya dan kekonsistenan dari hasil yang dihasilkan oleh produk tersebut.

29 2.2.6 Pengertian Quality Control (QC) Schulmeyer dan Gordon (2008, p263) mengatakan bahwa quality controlmengevaluasi atau mengecek kualitas dari suatu produk dan siklus hidup dari suatu produk. Quality control dapat membantu untuk menentukan kualitas dari suatu produk atau jasa yang ditentukan dalam toleransi dan kualitas yang dapat diterima. Quality control bisa didefinisikan secara sederhana sebagai suatu pemeliharaan kualitas pada tingkat yang memuaskan pelanggan dan yang ekonomis bagi produsen atau penjual. Namun demikian, QC biasanya memiliki arti yang lebih formal, berdasarkan pada prosedur prosedur atau spesifikasi spesifikasi tertulis yang telah disetujui yang dirancang untuk mengurangi kesalahan ( Sumber : www.fao.com). Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa quality control adalah kegiatan mengevaluasi atau mengecek kualitas dari suatu produk dan siklus hidup dari suatu produk, berdasarkan pada prosedur prosedur atau spesifikasi spesifikasi tertulis yang telah disetujui yang dirancang untuk mengurangi kesalahan. 2.2.7 Tira S&D Tira S&D adalah suatu sistem ERP yang terintegrasi mulai dari penjualan, permintaan atau pembelian, persediaan,sistem bank dan cash, serta akunting yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan sistem untuk kantor cabang atau Direct Cover dari PT. Tigaraksa Satria Tbk yang terdapat diseluruh Indonesia. Desain dari Tira S&D dirancang dan dibuat oleh team IT Development dari PT. Tigaraksa Satria Tbk sendiri.

30 2.2.8 Modul Sales and Distribution Tira S &D Gambar 2.2 Modul Sales and Distribution untuk TO Sales pada Tira S&D Gambar 2.3 Modul Sales and Distribution untuk Canvas Sales pada Tira S&D

31 Keterangan : : Proses SO dalam kondisi normal. : Proses Cancel (bersifat conditional). : Proses SO setelah proses Cancel. : Proses Sales Return Modul Sales and Distribution pada Tira S&D terdiri dari : a. Sales Order Manual Entry berisikan daftar produk-produk yang dipesan oleh customer (taking order) atau berisi produk-produk yang telah di booking sebelumnya oleh salesman Canvasser (canvas sales) untuk dibawa ke outlet. b. Process Order berisikan real order yang telah dibuat sebelumnya di sales order manual entry yang akan di proses menjadi Order. c. Summary Order Process berisikan rekapan order yang akan diprint menjadi dasar untuk proses picking. Khusus untuk tipe Canvas sales, tidak melewati transaksi ini. d. Summary Prosess Canceled merupakan pembatalan rekapan order (Summary Order) yang telah dibuat. e. Shipment Process and Print berisikan sales order yang sudah siap untuk dikirim ke outlet. Proses ini menghasilkan Surat jalan dan Faktur Delivery Note. f. Shipment Prosess Canceled untuk pembatalan shipment yang memiliki kesalahan dalam pemrosesan. g. POD (Proof of Delivery)/Shipment Validation adalah Shipment process yang berisikan produk-produk beserta jumlah yang diterima oleh customer sebagai

32 dasar untuk invoice. Khusus untuk tipe Canvas sales, tidak melewati transaksi ini. h. POD Prosess Canceled untuk pembatalan POD yang telah diproses. i. Invoice Process berisikan jumlah produk dan jumlah harga yang didapat dari POD yang telah diproses sebagai bukti tagih kepada customer. Selain itu, Invoice Process juga digunakan untuk membuat Invoice Retur yang menandakan bahwa proses retur telah selesai. j. Invoice Prosess Canceled untuk proses pembatalan invoice yang telah diproses. k. Inovoice Print / Reprint untuk pencetakan invoice yang telah dibuat. l. Sales Return Manual Entry berisikan produk-produk yang akan diretur oleh customer.

33 2.3 Kerangka Pikir Berikut adalah kerangka pikir dari Pengujian TIRA S&D modul Sales and Distribution pada PT. Tigaraksa Satria Tbk. : Gambar 2.4 Kerangka Pikir

34 Penjelasan kerangka pikir : 1. Black Box merupakan metode testing dimana testing dilakukan oleh atau dari sisi user. 2. White Box merupakan metode testing dimana testing dilakukan oleh atau dari sisi developer / programmer. 3. Grey Box merupakan metode testing dimana testing dilakukan dengan menggabungkan dua metode yang telah dijelaskan, yaitu Black Box dan White Box. 4. Product Specification menjelaskan karakteristik dari submodul submodul yang dibahas, seperti overview ( data mutlak, data tambahan, price determination, tax determination ), validasi validasi, serta dokumen apa saja yang dapat diakses pada submodul submodul tersebut. 5. Technical Specification menjelaskan konsep dari submodul yang dibahas, fungsi dari button pada user interface, penjelasan fields, serta usecase scenario. 6. Usecase Scenario / Test Item menjelaskan fungsi fungsi utama yang ada di tiap submodul. 7. Sub Test Item menjelaskan kondisi khusus yang mungkin terjadi pada saat user menggunakan suatu submodul. 8. Test Case menjelaskan kemungkinan kemungkinan, berdasar kan subtest item untuk menemukan bugs 9. Functionality Testing merupakan pengujian terhadap suatu submodul, berdasarkan sub test item yang telah ditentukan.

35 10. Integration Testing merupakan pengujian terhadap submodul submodul secara terintegrasi dan pada waktu yang berurutan. 11. Report Testing merupakan pengujian terhadap laporan penting dimana test case dari report testing diambil dari integration testing. 12. Bugs Report berisi dokumentasi bugs yang didapat dari functionality testing, integration testing, dan report testing.