Sartika, namun dengan kuatnya iklim yang terdapat di lingkungan SD Dewi Sartika,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menjadi seorang guru membutuhkan persyaratan-persyaratan spesifik di

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIK

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity

TINGKAT ADVERSITY QUOTIENT ATLET DIY M. Yunus Sb, BM Wara K. dkk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru SLB-C Islam di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Seringkali kebutuhan ekonomi menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis perekonomian di Indonesia yang berdampak sangat luas,

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran problem based learning. Hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:43) analisis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Raya Ngebel Semanding, Jenangan, Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

STUDI DESKRIPTIF ADVERSITY QUOTIENT MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA BERDASAR JENIS KELAMIN DAN KEMAMPUAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adversity Quotient merupakan kerangka konseptual untuk memahami dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kemahasiswaan tertua yang berada di lingkungan Universitas X di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bagian ini akan membahas metodologi penelitian, populasi dan sampel, variabel

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini, negara Indonesia sedang mengalami

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data, serta penyajian hasilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Kinerja Guru. performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Alasan Memilih Teori Adversity Quotient. dan tantrum saat orang tuanya telat menjemput.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Studi Deskriptif Adversity Quotient Mahasiswa Berprestasi Rendah Fakultas Psikologi Unisba Angkatan 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Geometri Van Hiele. a) Kemampuan berpikir geometri Van Hiele

Adversity Quotient sebagai Acuan Guru dalam Memberikan Soal Pemecahan Masalah Matematika. Suhartono

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Guru merupakan

IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU

Nur Asyah Harahap 1) dan Ria Jumaina 2) Dosen FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sukabumi Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir tahun 1997, negara-negara di Asia dilanda oleh krisis ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

menyelenggarakan pendidikan dengan setting inklusi dengan pendekatan belajar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Memecahkan masalah merupakan pekerjaan rutin manusia, sebab. dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan pada masalah.

Kedua, dalam percobaan tentang sifat air menempati ruang dan mempunyai berat,

BAB I PENDAHULUAN. tidak memiliki tempat ibadah yang tetap, salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pekerjaan merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan stress. Banyak

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI. didasarkan pada kriteria kecerdasan emosional siswa yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

Transkripsi:

merupakan guru yang terhitung baru berjalan sepuluh tahun mengajar di SD Dewi Sartika, namun dengan kuatnya iklim yang terdapat di lingkungan SD Dewi Sartika, maka rasa pengabdian yang guru-guru rasakan mudah menular pada guru yang terhitung pendatang baru dan mudah menyesuaikan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat derajat Adversity Quotient pada guru-guru Sekolah Dasar Dewi Sartika Bandung, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Guru yang memiliki AQ tinggi sebanyak tiga orang guru, yakni Subyek 1 memiliki 148 poin, subyek 2 memiliki 178 poin, dan subyek 6 memiliki 172 poin. 2) Kemudian kategori AQ sedang ke tinggi sebanyak dua orang guru, di antaranya ; subyek 3 memiliki 137 poin, dan subyek 5 memiliki 172 poin. 3) Serta AQ sedang sebanyak dua orang guru, di antaranya ; subyek 4 memiliki 128 poin, dan subyek 7 memiliki 129 poin. 3. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan tes yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru-guru SD Dewi Sartika, guru-guru menunjukkan kekurangan dan kelebihan AQ nya, dan dapat dilihat berdasar hasil yang didapat melalui ARP.

1) Aspek control atau kendali dari masing-masing guru memiliki tindakan dan strategi tertentu yang dapat diterapkan kepada anak-anak didiknya. Guru dapat mengajar siswa ABK dengan memberikan metode khusus dan waktu yang khusus pula, yakni memberikan waktu lebih khusus untuk siswa ABK yang masih kesulitan memahami dan atau menuntaskan tugas yang diberikan guru. 2) Pada aspek origin and ownership atau asal-usul dan pengakuan. Guru dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan bertoleransi atas keterbatasan kemampuannya mendidik siswa ABK, serta memahami bahwa hambatan juga datang dari kondisi Sekolah yang kurang memenuhi kriteria dalam mendidik siswa ABK. 3) Pada aspek reach atau jangkauan menunjukkan bahwa guru memiliki kemampuan mengatur batasan-batasan permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya, walau sesekali kewalahan dalam menghadapi tiap-tiap masalah yang ada, guru tetap dapat memilah mana kesulitan yang dapat didahulukan dutuntaskan, mana kesulitan-kesulitan yang dapat ditolelir dengan sikap yang tenang dan mana yang harus disegerakan, serta mampu membatasi permasalahan lain masuk ketika sedang fokus menuntasan kesulitan atau permasalahan yang saat itu tengah dihadapi. 4) Terakhir pada aspek AQ adalah endurance atau daya tahan. Kemampuan daya tahan atau sikap yang konsisten dalam bertahan pada niat dan tujuan, ditunjukkan oleh guru-guru SD Dewi Sartika dengan tetap berusaha menjadi seorang guru yang baik dalam mengajar di Sekolah maupun berkepribadian

baik terhadap anak didiknya walau sering kali sulit untuk menerima sikap yang kooperatif dari siswa ABK. 5.2 Saran Guru-guru di SD Dewi Sartika merupakan guru-guru yang memiliki Adversity Quotient yang tergolong dalam kategori sedang, sedang ke tinggi dan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru sudah memiliki kemampuan-kemampuan yang baik pada setiap aspek di dalam AQ, namun masih ada bagian-bagian yang belum terasah. 1. Pada aspek control, guru-guru sebagian berada pada kategori sedang namun sebagian besarnya berada pada kategori tinggi. Hal tersebut akibat dari bahwa sebagian guru sudah sangat paham akan tindakan yang harus dilakukan dan sebagian masih rragu dan kurang pas dalam mengaplikasikan tindakan atau metode yang dilakukan pada siswa ABK. Pada aspek ini agar para guru lebih memantapkan lagi metode yang bisa diaplikasikan terhadap siswa reguler dan terutama ABK. Dapat dengan cara menggali pengetahuan dan pemahaman dari seminar, pelatihan dan perbanyak wawasan mengenai siswa berkebutuhan khusus, untuk lebih mantap dan konsisten dalam pemberian metode dan kegiatan belajar mengajar kepada siswa ABK. Begitupun dengan mengadakannya guru pendamping di SD Dewi Sartika untuk lebih menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif bilamana sarana dan prasarana siswa ABK masih sulit untuk didapatkan pihak Sekolah.

2. Pada aspek origin and ownership sebagian ada pada kategori tengan dan sebagiannya kategori tinggi. Setiap guru memiliki sikap toleransi pada kemampuannya dan kondisi yang terbatas dengan cara yang berbeda-beda. Setiap guru bisa saja merasa bahwa ia tidak mampu dan kerap gagal dan merasa bersalah akan kegagalan yang dialaminya, namun guru tidak selalu menyalahkan diri sendiri, tapi lebih kepada mampu bertoleransi terhadap keterbatasan kemampuan mereka. Hal ini agar guru lebih sering menghadiri seminar mengenai pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, dan lebih saling merangkul atau melakukan diskusi rutin dalam rangka bertukar pikiran satu sama lain yang tujuannya untuk meningkatkan percaya diri dan dapat belajar dari pengalaman guru lainnya, sehingga dapat saling memberi masukan dan memiliki pikiran yang terbuka. 3. Pada aspek reach sebagian memiliki kategori tengah sebagian besarnya memiliki kategori tinggi dalam kemampuannya menjangkau permasalahan menjadi satu hal yang dapat difokuskan dan tidak tercampur aduk oleh permasasalahan-permasalahan lain di luar permasalahan yang sedang dihadapi. Hanya saja tidak semua guru melalui banyaknya permasalahan dengan mulus, sesekali guru-guru juga merasakan stress dan sakit walau tidak sering. Hal ini agar guru dapat mengatur waktu untuk meluangkan diri dalam rekreasi dan program-program pelatihan yang berkenaan dengan kemampuan problem solving, untuk meningkatkan pola berpikir positif dan mampu mengatasi permasalahan dengan cara yang efektif.

4. Pada aspek endurance, sebagian besar guru memang sudah pada kategori daya tahan yang tinggi. Dengan pengalaman yang selalu dilalui dari waktu ke waktu, dan ingin menunjukkan pengabdiannya sebagai guru, mereka mampu bertahan dan tak mengenal rasa lelah atau mudah mengeluh atas kesulitan yang dihadapi. Hal ini agar tetap dan terus dipertahankan. Pendekatan-pendekatan yang lebih dekat secara emosional terhadap siswa ABK mungkin juga dapat membantu guru untu mendapat atensi siswa ABK dan dapat memotivasi dan membangkitkan minat siswa ABK untuk mau mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik dan efektif.