NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava

MANISAN BASAH BENGKUANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

CABE GILING DALAM KEMASAN

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.

MANISAN KERING BENGKUANG

6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

MANISAN BUAH 1. PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

Amalia Fitri Andriani. Penulis Adalah Dosen Jurusan Biologi, Fakultas Saintek,UIN MMI Malang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

III. METODOLOGI Bahan dan Alat. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang bulu

III. METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O,

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

II. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHA NATA DE COCO

PRODUKSI NATA PINNATA DARI NIRA AREN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG

Transkripsi:

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellules, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acotobacter xylinum pada permukaan media cair yang asam dan mengandung gula. Nata dapat terbuat dari bahan baku air kelapa, dan limbah cair pengolahan tahu Whey tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan nata de coco, dari whey tahu disebut dengan nata de soya, dar cairan lendir kaka disebut nata de cacao. Bentuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis nata tersebut tidak berbeda. Pada proses pengolahan biji kakao dilakukan fermentasi terhadap biji basah yang berlendir. Biji ditumpuk di dalam peti fermentasi yang dasrnya belobanglobang. Selama fermentasi berlangsung, cairan lendir Kakao akan menetes dari bagian bawah peti fermentasi. Cairan ini dapat dijadikan media untuk produksi nata. Pembuatan nata tidak sulit, dan biaya yagn dibutuhkan juga tidak banyak.usaha pembuatan nata ini merupakan alternatif usaha yang cukup menjanjikan (prospektif). Fermentasi Nata Fermentasi nata dilakukan melalui tahap-tahap berikut: 1) Pemeliharaan biakan murni Acetobacter xylinum 2) Pembuatan starter 3) Fermentasi 1) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum Fermentasi nata memerlukan biakan murni Acetobacter xylinum. Biakan murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan. Pemeliharaan tersebut meliputi (1) proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan; dan (2) penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum fermentasi. 2) Penyimpanan a. A. Xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media Hassid dan Barker yang dimodifikasi 2 dengan konposisi sebagai berikut: glukosa (100 g), ekstrak khamir (2,5 g), K 2 HPO 4 (5 g), (NH 4 ) 2 SO 4 (0,6 g), MgSO 4 (0,2g), agar (18 g), dan air kelapa (1 liter). 1

b. Pada agar miring dengan suhu penyimnpanan 4-7 0 C, mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu 3) Penyegaran Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. Xylinum harus dipindahakan kembali pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan harus diuji dengan melakuakan isoalsi biakan pada agar cawan. Adanya koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontamnasi telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan. 4) Pembuatan Starter a. Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yan siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. b. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6 hari). c. Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini akan semakin tebal sehingga ketebalanya mencapai 1,5 cm. Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan murni) tidak dianjurkan digunakan lagi karena kondisi fifiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat kontaminasi mungkin suda cukup tinggi. d. Volume starter disesuaikan denga volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaina starter yang terlalu banyak tidak diajurkan karena tidak ekonomis. 5) Fermentasi a. Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter. Fermen tasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermenrtasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0-1,5 cm). Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari ke 15. Jika fermentasi tetap diteruskan, kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan oleh mikroba pencemar. b. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. c. Lapisan nata mengandung sisa media yanf sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih. 2

2. BAHAN 1) Penyiapan Biakan Murni a. Biakan murni A. Xylinum b. Glukosa, 100 g c. Ekstrak khamir, 5 g d. K 2 HPO 4, 5 g e. (NH 4 ) 2 SO 4, 0,6 g f. MgSO 4, 0,2 g, g. Agar, 18 g, h. Air kelapa, 1 liter i. Asam asetat 25%, untuk mengatur agar ph menjadi 3-4 2) Pembuatan Starter a. Biakan murni A. Xylinum b. Glukosa, 100 g c. Urea, 5 g d. Air kelapa, 1 liter e. Asam asetat 25%, untuk mengatur agar ph menjadi 3-4 3) Fermentasi Nata a. Starter b. Glukosa c. Urea d. Limbah lendir cacao e. Asam asetat 25%, untuk mengatur agar ph menjadi 3-4 3. PERALATAN 1) Alat untuk Pengumpulan Cairan Lendir Cairan lendir menetes dari tumpukkan biji kakao yang sedang difermentasi. Cairan ini mengalir dari celah bagian bawah peti fermentasi. Cairan ini dapat ditampung dengan menggunkan salah satu alat sebagai berikut: a. Lembaran plastik yang di letakkan di bagian bawah peti fermentasi. Pinggiran plastik dibatasi dengan potongan kayu untuk membentuk lekukan di bagian dalam lembaran plastik. Kotak dari aluminium b. Alat untuk Penyiapan Biakan Murni - Alat pensteril. Alat ini digunakan untuk mensterilkan alat dan media. - Autoklav mini, atau press cooker sudah memadai untuk keperluan tersebut. - Tabung reaksi dan kapas. Alat ini digunakan untuk pembuatan agar miring. - Jarum ose. Alat ini digunakan untuk memindahkan biakan ke agar miring baru. 3

- Kotak inokulasi. Alat ini digunakan sebagai tempat untuk memindahkan biakan sehingga kemungkinan kontaminasi. Bisa diminimalkan. - Lampu spritus. Alat ini digunakan untuk membakar jarum ose, dan mengurangi kemungkinan kontaminasi pada saat pemindahan biakan. - Gelas piala. Alat ini digunakan untuk membuat media agar. - Kompor. Alat ini digunakan untuk memasak media agar yang baru dibuat sebelum sterilisasi. - Kotak inkubasi. Alat ini digunakan untuk inkubasi agar miring - Lemari pendingin (kulkas). Alat ini digunakan untuk menyimpan biakan agar miring yang telah selesai diinkubasi. - Timbangan - PH meter. Alat ini digunakan untuk mengatur ph menjadi 3-4 3) Pembuatan starter a. Botol bermulut lebar. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk pembuatan starter. b. Kertas. Kertas digunakan untuk menutup botol bermulut lebar. c. Ruang inkubasi. Ruang ini digunakan untuk inkubasi starter. Ruang harus bersih, telah disuci hamakan, tidak berserangga, dan tidak mudah dimasuki debu, angin, dan serangga. d. Wadah perebus media. Wadah ini digunakan untuk merebus media yang akan diinokulasikan dengan biakan murni. Wadah harus tahan asam, dan mudah dibersihkan. Panci berenamel atau stanless steel paling cocok sebagai wadah perebus media. e. Timbangan. f. PH meter. Alat ini digunakan untuk mengatur ph menjadi 3-4 4) Fermentasi a. Wadah fermentasi. Wadah fermentasi berupa baki-baki yang tahan asam dengan kedalaman 7-9 cm. Kotak plastik, stainless steel, atau aluminium yang diberi enamel dapat digunakan untuk keperluan tersebut. b. Wadah perebus media. Wadah ini digunakan untuk merebus media yang akan diinokulasikan dengan starter. Wadah harus tahan asam, dan mudah dibersihkan. Panci berenamel atau stainless steel paling cocok sebagai wadah perebus media. c. Ruang fermentasi. Ruang ini digunakan untuk fermentasi. Ruang harus bersih, telah disuci hamakan, tidak berserangga, dan tidak mudah dimasuki debu, angin, dan serangga. d. Timbangan e. Kompor f. PH meter. Alat ini digunakan untuk mengatur ph menjadi 3-4 5) Pemanenan Hasil a. Wadah perendam dan perebus. Wadah ini digunakan untuk merendam dan merebus nata dengan air bersih agar hilang rasa dan bau masamnya. Wadah harus dari bahan tahan asam. 4

b. Pemotong nata. Alat ini digunakan untuk memotong nata sehingga berbentuk kubus. Alat paling sederhana adalah pisau. Untuk memotong nata dalam jumlah besar dapat digunakan mesin pemotong yang digerakkan dengan tangan atau digerakkan dengan mesin. 4. CARA PEMBUATAN 1) Penyiapan Biakan Murni 3 a. Agar (15-18 g) dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa, kemidian dipanaskan sampai larut. Setelah itu ditambahkan ekstrak ragi (5 gram) dan diaduk sampai larut (larutan a). b. Gula (75 g), dan asam asetat (15 ml) dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa segar yang lain dan diaduk sampai gula larut (larutan b). c. Larutan (a) sebanyak 3-4 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tutup dengan kapas. Larutan (b) 3-4 juga dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain, kemudian ditutup dengan kapas. Masing-masing disterilkan pada suhu 121 0 C selama 20 menit. d. Setelah selesai sterilisasi dan larutan tidak terlalu panas lagi, larutan (a) dituangkan ke larutan (b) secara aseptis. Setelah itu 1 tabung berisi larutan b diletakkan secara miring untuk membuat agar miring dan ditunggu sampai agar mengeras. e. Inokulum Acetobacter xylinum diinokulasikan pada agar miring di atas. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau pada suhu 30 0 C sampai tampak pertumbuhan.bakteri serupa keloid mengkilat dan bening pada permukaan agar miring. 2) Pembuatan Starter a. Air kelapa diendapkan, kemudian disaring dengan beberapa lapisan kain kassa, kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan (a) asam aseat glasial (10-20 ml asam asetat untuk tiap 1 liter air kelapa, dan (2) gula (75-100,0 g gula untuk tiap 1 liter air kelapa). Campuran ini diaduk sampai gula larut. Larutan ini disebut air kelapa asam bergula. b. Urea (sebanyak 3 g urera untuk setiap 1 liter air kelapa asam bergula yang disiapkan pada no. 1 di atas) dilarutkan di dalam sedikit air kelapa ( setiap 1 g urea membutuhkan 20 ml air kelapa). Larutan ini didihkan, kemudian dituangkan ke dalam air kelapa asam bergula. c. Ketika masih panas, media dipindahkan ke dalam beberapa botol bermulut lebar, masing-masing sebanyak 200 ml. Botol ditutup dengan kapas steril. Setelah dingin, ditambahkan 4 ml suspensi mikroba. Setelah itu, media diinkubasi pada suhu kamar selama 6-8 hari (sampai terbentuk lapisan putih pada permukaan media). 3) Fermentasi Nata a. Penyaringan dan pengenceran. Cairan lendir disaring untuk memisahkan berbagai kotoran seperti pasir, serat kulit, dan daun. Setelah itu cairan lendir 5

diencerkan dengan air bersih. Setiap 1 liter cairan lendir ditambah dengan 14 liter air. Pengenceran ini akan memucatkan warna cairan lendir. Cairan yang sudah diencerkan ini disebut cairan lendir encer. b. Pemanasan dan penambahan zat gizi. Cairan encer dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih, ditambahkan (a) asam asetat glasial (10 ml asam asetat untuk setiap 1 liter cairan lendir encer), (2) KH 2 PO 4 (1 g untuk setiap 1 liter cairan lendir encer), (3) MgSO 4. 7H 2 O (KH 2 PO 4 (1 g untuk setiap 1 liter cairan lendir encer) dan (4) gula (80 g gula untuk setiap 1 liter air kelapa). Campuran ini diaduk sampai gula larut. Pendidihan diteruskan 5-10 menit. Setelah itu ditambahkan urea (sebanyak 5 g urea untuk setiap 1 liter cairan lendir encer) dan diaduk sampai larut. Larutan yang diperoleh disebut sebagai media nata. Larutan ini didinginkan sampai suam-suam kuku. c. Media nata ditambah dengan starter (setiap 1 liter media nata membutuhkan 50-100 ml starter), kemudian dipindahkan ke dalam wadah-wada fermentasi denan ketinggian 4 cm. Wadah ditutup dengan kertas yan gtelah dipanaskan di dalam oven pada suhu 140 0 C selama 2 jam. Wadah berisi media ini disimpan di ruang fermentasi selama 12-15 hari sampai terbentuk lapisan nata yang cukup tebal (1,5-2,0 cm) 4) Panen dan Pencucian Lapisan nata diangkat, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah itu nata direndam di dalam air mengalir atau air yang diganti ganti dengan air segar selama 3 hari. Setalah itu natan dipotong-potong dengan panjang 1,5 dan direbus 5-10 menit, kemudian dicuci, dan direbus lagi selama 10 menit. Hal ini diulangi sampai natan tidak berbau dan berasa asam lagi. 5) Pembotolan a. Pembuatan sirup. Gula yang putih dilarutkan ke dalam air (setiap 2 kg guls dilarutkan ke dalam 4 liter air bersih), kemudian ditambahkan vanile (secukupnya ) dan bezoat (1 gram untuk setiap liter larutan gula). Larutan sirup ini direbus sampai mendidih selama 30 menit. b. Pengemasan. Nata yang masih panas segera dimasukkan ke dalam sirup, kemudian didinginkan sampai suam-suam kuku. Setelah itu nata dikemas di dalam kantong plastik rangkap dua, atau di dalam gelas plasti, dan dikemas ditutup dengan rapat (kantong plastik diikat dengan karet, dan gelas plastik di-seal). 6

5. KONTAK HUBUNGAN Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040 Jakarta, Januari 2001 Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat Editor : Tarwiyah, Kemal 7