BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di jaman modern ini, peran auditor internal sudah berubah menjadi bagian dalam organisasi itu sendiri yang sifatnya membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen resiko, pengendalian dan proses serta pengelolaan organisasi bukan mencari-cari kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya. Pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank dan Lembaga Pemerintah. Perusahaan Publik (Tbk) wajib membentuk komite audit, dan agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif, komite audit itu memerlukan fungsi audit internal. Pemeriksaan internal (audit internal) merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Hasil pemeriksaan internal dapat berupa berbagai temuan, kesimpulan, pendapat, dan rekomendasi. Hasil pemeriksaan yang berkualitas sangat bermanfaat bagi manajemen puncak untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan (Tugiman, 1997). Tujuan adanya internal auditing adalah untuk membantu dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan cara memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar kegiatan yang telah diaudit. Audit internal sangat diperlukan 1
2 bagi organisasi, khususnya organisasi yang cukup besar. Seorang auditor akan mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektifitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Agar dapat menghasilkan suatu hasil pemeriksaan yang berkualitas, ditetapkan kode etik profesi. Kode etik auditor internal memuat standar seragam yang konsisten dalam mengambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab profesinya. Sedangkan standar praktek profesi auditor internal merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas kinerja auditor internal dan kualitas hasil pemeriksaannya (Tunggal, 2008). Kode Etik Auditor Internal menyebutkan bahwa auditor internal harus memperlihatkan kompetensi dalam melaksanakan jasa audit internal. Selain itu, Standar Atribut prinsip kedua yang diatur dalam Standar Praktek Profesi Auditor menyebutkan bahwa fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, aktivitas pemeriksaan harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen yang bebas dari kepentingan atas hasil pemeriksaan tersebut. Kompetensi dan independensi dalam melaksanaan pemeriksaan sangat penting karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan yang nantinya akan digunakan oleh manajemen puncak dalam pengambilan keputusan perusahaan.
3 Salah satu unit yang melakukan pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005). Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan. Terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan (Effendy, 2010). Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten atau Kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten atau Kota mempunyai fungsi sebagai perencanaan program pengawasan, sebagai perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan dan sebagai pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.
4 Kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota Gorontalo saat ini masih menjadi sorotan, karena masih banyaknya temuan audit yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai auditor internal, akan tetapi ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Badan Pemeriksa Keuangan (2007) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Gorontalo tahun anggaran 2006, terdapat 8 (delapan) temuan. Temuan-temuan tersebut berupa ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, serta ketidakpatuhan dalam pelaporan keuangan. Dengan adanya temuan BPK tersebut, berarti kualitas audit aparat inspektorat kota Gorontalo masih relatif rendah. Ada dua hal yang menyebabkan kompetensi aparat inspektorat Kota Gorontalo kurang optimal. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pengawasan hanya diadakan di Manado, Sulawesi Utara. Ini menjadi salah satu faktor mengapa hanya 7 dari 40 aparat Inspektorat kota Gorontalo yang telah menempuh persyaratan untuk menjadi pejabat fungsional auditor. Selain itu, adanya mutasi antar satuan kerja menyebabkan aparat yang berpengalaman tergantikan oleh yang tak berpengalaman. Sebagaimana auditor internal pada umumnya, aparat inspektorat termasuk di kota Gorontalo berada di bawah pengaruh pihak penentu kebijakan. Di samping itu, jumlah penduduk yang hanya 150 ribu menyebabkan dekatnya hubungan interpersonal, baik hubungan kekerabatan atau relasi kepentingan lainnya. Hal ini juga mempengaruhi independensi aparat inspektorat Kota Gorontalo.
5 Akuntabilitas publik merupakan hal yang tak dapat ditawar lagi. Pemahaman akan pentingnya audit yang berkualitas bagi terwujudnya pemerintahan yang akuntabel akan mampu memotivasi aparat inspektorat untuk menggunakan dan meningkatkan kompetensi dan independensi yang dimilikinya. Jadi, dengan pertimbangan di atas, perlu untuk diketahui pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah, khususnya di kota Gorontalo (Effendy, 2010). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review, standar jasa konsultasi dan standar pengendalian mutu. Standar auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Kompetensi dan independensi merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Tingkat kompetensi yang tinggi tanpa diiringi dengan sikap independensi yang melekat pada setiap auditor akan menimbulkan risiko, salah satunya adalah penyalahgunaan keputusan. Begitu pun sebaliknya, sikap independensi yang tinggi yang dimiliki oleh auditor tanpa diiringi kompetensi yang baik akan berdampak pada pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan standar professi auditor internal. Tujuan standar kompetensi auditor adalah untuk memastikan auditor memperoleh dan mempertahankan kemampuan tertentu yang dibutuhkan untuk
6 dapat melaksanakan tugas sebagai auditor yang kompeten, profesional, efektif dan efisien. De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas, di mana auditor dapat menemukan dan melaporkan adanya pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Penelitian ini akan menghubungkan kemampuan untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dengan pengalaman auditor karena dapat mendukung kompetensi teknis butuhkan. Di sisi lain, hal ini juga untuk melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien karena auditor memiliki independensi dan akuntabilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah Tenure (lamanya waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan), jumlah klien, kesehatan keuangan klien, adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit, independen auditor yang efisien, Level of Audit Fees, dan tingkat perencanaan kualitas audit. Dengan tingkat kompetensi dan independensi yang baik diharapkan akan mampu memberikan pengaruh terhadap kualitas dari pemeriksaan yang dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul : Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Internal terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.
7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan diidentifikasi adalah : 1. Bagaimana pengaruh kompetensi dan independensi auditor internal secara simultan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Daerah 2. Bagaimana pengaruh kompetensi dan independensi auditor internal secara parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Daerah 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh kompetensi dan independensi auditor internal terhadap kualitas hasil pemeriksaan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi dan independensi auditor internal secara simultan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Daerah 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi dan independensi auditor internal secara parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Daerah 1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa segmen, antara lain :
8 a. Bagi Pemegang Kebijakan Dapat memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan, sehingga akan dapat dimanfaatkan dalam upaya peningkatan kualitas pemeriksaan. b. Bagi Teoritis Dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan pendidikan akuntansi terutama yang berkaitan dengan audit internal menyangkut pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas pemeriksaan. c. Bagi Praktik Dapat menjadi pemotivasi bagi setiap auditor untuk selalu meningkatkan tingkat kompetensi dan independensinya agar pelaksanaan pemeriksaan menjadi lebih berkualitas. d. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai ada atau tidak adanya pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas pemeriksaan. e. Bagi Pembaca Dapat menjadi sumber informasi yang dapat menambah wawasan pembaca dengan mengetahui apakah kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas pemeriksaan. f. Bagi Peneliti Dapat memberi acuan atau pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut di bidang audit internal.
9 g. Bagi Organisasi Dapat memberikan manfaat kepada setiap organisasi yang memiliki fungsi audit internal agar keberadaan auditor internal dalam perusahaan benarbenar memberikan nilai tambah bagi perusahaaan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Daerah Subang, dengan waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Maret 2013.