BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih luas. Prosa dalam pengertian ini tidak hanya terbatas pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, melainkan juga digolongkan sebagai karya nonfiksi. Secara teoritis karya fiksi dapat dibedakan dengan karya nonfiksi, walaupun tentu saja perbedaan itu tidak bersifat mutlak, baik yang menyangkut unsur kebahasaan maupun unsur isi permasalahan yang dikemukakan. Fiksi merupakan sebuah cerita yang di dalamnya bertujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek & Warren, 1956:212). Fiksi dapat diartikan sebagai cerita rekaan. Fiksi pada dasarnya terbagi menjadi tiga genre, yaitu novel atau roman, cerpen, dan novelet (novel pendek). Ketiga genre tersebut sebenarnya memiliki unsur-unsur fiksi yang sama, hanya takaran unsur-unsurnya berbeda dengan maksud yang berbeda pula. Novel merupakan salah satu hasil dari ekspresi dan jenis karya sastra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:618), novel merupakan karangan

prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dalam sebuah novel terdapat permasalahan utama yang diungkapkan secara keseluruhan tentang fenomena yang terdapat di dalam masyarakat. Sudjiman (1991:53) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur. Sedangkan menurut Esten (1984:12), novel merupakan pengungkapan dari konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antar pelakunya. Novel sebagai sebuah hasil cipta sastra dari satu sisi dan dapat berfungsi sebagai cerminan dari masyarakat pada suatu waktu dan suatu tempat. Pada umumnya, di dalam sebuah novel memuat tentang problem kehidupan masyarakat yang digambarkan oleh pengarang melalui tokoh dan penokohan serta setting yang sengaja dipilih pengarang untuk mewakili ide yang dalam gambarannya terhadap pandangan dalam kehidupan yang dialami yang diapresiasikan dalam wujud tulisan. Novel sebagai bentuk karya sastra merupakan jalan hidup yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (Siswantoro, 2005:29). Novel sendiri merupakan gambaran hidup tokoh yang menceritakan

hampir keseluruhan perjalanan hidup tokoh tersebut. Penokohan serta karakter tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap atau jelas oleh pengarang. Setiap tokoh juga diberi gambaran fisik dan kejiwaan yang berbeda-beda sehingga cerita tersebut seperti nyata atau menjadi hidup. Wisran Hadi adalah seorang pengarang yang banyak bergelut dalam cerita Minangkabau. Sudah banyak novel dan drama yang sudah dikarang oleh Wisran Hadi. Dari karya-karyanya tergambar bahwa pengarang tidak hanya memahami seluk-beluk adat Minangkabau saja, melainkan juga mengikuti dan mencemaskan fenomena yang berkembang di dalam budaya Minangkabau. Salah satu karya Wisran Hadi adalah novel Negeri Perempuan. Dengan membaca novel Negeri Perempuan ini, kita dapat mengetahui fenomena yang terjadi di dalam masyarakat Minangkabau. Perempuan di Minangkabau ditempatkan pada posisi dan kedudukan yang sangat kuat. Naim (2006:51) menyatakan bahwa kedudukan perempuan di Minangkabau dalam gambaran idealnya adalah kukuh, kuat, dan anggun. Pentingnya peran perempuan tidak terlepas dari kodratnya, baik secara agama maupun sebagai seorang penerus keturunan di Minangkabau. Mengingat bahwa masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, dimana ikatan kekeluargaan didasarkan atas hubungan darah yang ditarik dari pihak ibu, maka keberadaan seorang perempuan juga merupakan penentu kehormatan dan keberadaan nyata kaum tersebut di lingkungan adat Minangkabau. Dalam adat Minangkabau, peranan dan kedudukan perempuan ditentukan oleh adat. Sistem kekerabatan, garis keturunan, batas lingkungan pergaulan antara

kerabat, prinsip hubungan keturunan, serta kedudukan harta pusaka dan pewarisannya semua melibatkan perempuan (Boestami, 1992:42). Masyarakat Minangkabau memiliki nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang dijaga sejak dulu. Oleh sebab itu, perempuan dituntut dapat menjaga keseimbangan dan hubungan baik dengan kerabatnya. Novel Negeri Perempuan menceritakan tentang gejolak masyarakat yang sedang mengalami pergeseran budaya dalam usaha pembangunan Rumah Sambilan Ruang yang sudah terbakar. Dalam novel ini, perempuan dijadikan sebagai pusat cerita. Penceritaan novel ini didasari oleh adanya peran dan kekuasaan perempuan yang cukup dominan dalam menentukan segala kebijakan yang menyangkut adat. Karena itu, peran perempuan sangat berpengaruh terhadap jalannya cerita. Sosok perempuan Minangkabau yang ada di dalam novel Negeri Perempuan direpresentasikan oleh Bundo. Bundo selalu didampingi oleh anak perempuannya, Reno. Kehadiran kedua tokoh ini memperlihatkan kekuatan dan kelemahan posisi perempuan yang ada di dalam novel. Bundo dan Reno digambarkan sebagai perempuan yang berusaha menjalankan peranannya sesuai tata cara adat dalam budaya Minangkabau, namun posisi mereka mulai terancam ketika banyak orang-orang yang mengaku sebagai keluarga pewaris kerajaan. Hal inilah yang menyebabkan posisi perempuan Minangkabau di dalam novel mulai melemah. Dari persoalan di atas, novel Negeri Perempuan menarik untuk dikaji karena adanya peran dan posisi perempuan dalam setiap pengambilan keputusan. Dari persoalan-persoalan tersebut, penulis akan membahas tentang kehidupan

tokoh utama perempuan dalam novel. Dan dari hasil tersebut, penulis akan mengemukakan citra perempuan Minangkabau terhadap tokoh utama perempuan dalam novel Negeri Perempuan. Oleh sebab itu, penulis mencoba meneliti mengenai Citra Perempuan Minangkabau dalam Novel Negeri Perempuan Karya Wisran Hadi dengan menggunakan kritik sastra feminis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kehidupan tokoh utama perempuan yang terdapat dalam novel Negeri Perempuan? b. Bagaimana citra perempuan Minangkabau yang terdapat dalam novel Negeri Perempuan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah antara lain: a. Menjelaskan kehidupan tokoh utama perempuan yang terdapat dalam novel Negeri Perempuan. b. Menjelaskan citra perempuan Minangkabau yang terdapat dalam novel Negeri Perempuan. 1.4 Landasan Teori 1.4.1. Unsur Intrinsik

Nurgiyantoro (2002:22) menyatakan bahwa novel merupakan sebuah totalitas yang mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Hubungan antar unsur yang saling berkaitan ini disebut dengan struktur. Mereka secara bersama tidak dapat dipisahkan dan saling menentukan, saling mempengaruhi membentuk suatu kesatuan yang utuh. Unsur intrinsik akan memudahkan dalam menganalisis novel Negeri Perempuan. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Dimulai dengan identifikasi dan deskripsi, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2002:37). Dalam penelitian ini, unsur-unsur yang dikaji terbatas pada tema, tokoh dan penokohan, serta latar. Menurut Nurgiyantoro (2002:25), tema merupakan suatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya. Tema adalah suatu yang menjadi persoalan bagi pengarang. Tema merupakan suatu persoalan yang diungkapkan dalam sebuah karya sastra. Jones (dalam Nurgiyantoro, 2002:165) mengatakan bahwa penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan tokoh. Penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan

bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita. Sedangkan istilah tokoh menunjukkan pada orangnya atau pelaku cerita dalam sebuah karya sastra. Menurut Sudjiman (1991:44), latar merupakan segala keterangan, petunjuk, atau pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. 1.4.2. Kritik Sastra Feminis Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respon atas berkembangnya feminisme di berbagai penjuru dunia. Dalam ilmu sastra, feminisme memiliki hubungan dengan konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada perempuan. Kritik sastra feminisme ingin menunjukkan bahwa pembaca wanita membawa persepsi dan harapan ke dalam pengalaman sastranya. Sugihastuti menyebutkan, feminisme merupakan teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial, atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita (Sugihastuti, 2000:37). Menurut Weedon (Sugihastuti, 2002:6), paham feminis itu menyangkut soal politik, sebuah politik yang langsung mengubah hubungan kekuatan kehidupan antara perempuan dengan laki-laki dalam masyarakat. Kekuatan ini mancakup semua struktur kehidupan, segi-segi kehidupan, keluarga, pendidikan, kebudayaan dan kekuasaan. Segi-segi kehidupan yang menetapkan siapa, apa, dan untuk siapa, serta akan menjadi apa perempuan itu.

Kajian feminisme menitikberatkan pada emosi atau karakter tokoh perempuan dalam memahami kodratnya dan perilakunya. Sebagian besar budaya ini cenderung melibatkan tokoh laki-laki dibandingkan dengan kehidupan tokoh perempuan dibidang karier atau profesinya. Sebagai seorang perempuan, menurut kaum feminisme tidak boleh melupakan kodratnya sebagai seorang ibu dan istri. Tetapi dilain pihak sebagai seorang manusia yang ingin berkembang, haruslah diberi wadah yang tepat agar tidak direndahkan dan juga berguna bagi masyarakat sekitar di luar tanggung jawabnya sebagai ibu dan istri. (Djajanegara, 2000). Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berspektif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra. Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral pembahasan penelitian sastra. Para pelopor melihat bahwa sesungguhnya peran dan status perempuan ditentukan oleh jenis kelamin. Itulah sebabnya, dalam konteks politik seksual, perlu dipertimbangkan hubungan antara teks karya dengan jenis kelamin penulisnya (Sugihastuti, 2000:206). Menurut Yoder (Sugihastuti, 2002:5), kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan atau kritikan tentang perempuan. Arti sederhana kritik sastra feminis adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, bahwa ada jenis kelamin perempuan yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan, dengan kesadaran membongkar praduga dan ideologi kekuasaan lakilaki yang andosentris dan patrialkal yang masih menguasai penulisan dan pembacaan sastra. Perbedaan jenis kelamin pada diri pengarang, pembaca, karya

dan kenyataan itulah yang mempengaruhi situasi sistem komunikasi sastra (Sugihastuti, 2002:21-22). Menurut Sugihastuti (2002:15), kritik sastra feminis berawal dari kenyataan bahwa dari dulu pandangan tentang manusia dalam karya sastra pada umumnya mengalami ketimpangan, dan itu yang sangat mungkin membuat adanya pergerakan untuk menghapus ketimpangan-ketimpangan. Kedudukan peran dan tokoh perempuan dalam karya sastra Indonesia menunjukkan masih didominasi oleh laki-laki. Dengan demikian, upaya pemahamannya merupakan keharusan untuk mengetahui ketimpangan gender dalam karya sastra, seperti terlihat dalam realitas sehari-hari masyarakat. Djajanegara (2000:27) menyatakan bahwa kritik sastra feminisme berasal dari keinginan para feminis untuk mengkaji karya sastra penulis perempuan terdahulu serta untuk mewujudkan citra perempuan dalam karya sastra penulis lakilaki yang menampilkan perempuan sebagai makhluk yang seringkali ditekan, disalahtafsirkan, dan disepelekan oleh tradisi patrialkal yang dominan. Hasrat tersebut didasari oleh perasaan cinta dan setia kawan terhadap penulis-penulis perempuan zaman dahulu, dan hasrat yang didasari oleh perasaan prihatin dan amarah. Menurut Iser (dalam Sugihastuti, 2000:19), dalam mengkongkretkan citra perempuan dalam karya, citra perempuan itu tidak hanya cukup dipandang dalam kedudukannya sebagai unsur struktur karya, tetapi perlu juga dipertimbangkan faktor pembacanya. Pembaca perempuan yang membaca karya sastra sebagai perempuan mempengaruhi kongkretisasi karya karena makna teks, diantaranya

ditentukan oleh para pembaca. Sebuah teks hanya dapat bermakna setelah teks tersebut dibaca. Perbincangan tentang kesamaan perempuan dengan laki-laki adalah salah satu tema pemikiran yang mendapatkan perhatian utama, baik itu di kalangan organisasi kemasyarakatan maupun lingkungan akademik. Dewasa ini, berpartisipasi dalam sektor pembangunan dan menempati posisi dalam jajaran di suatu lembaga masih merupakan kecenderungan baru dalam hubungan kerja antara laki-laki dan perempuan di Indonesia. Hal ini merupakan langkah maju dari segi kualitas laki-laki dan perempuan yang biasanya hanya bergelut dalam bidang domestik. Namun kehadiran perempuan dalam dunia publik, misalnya bidang ekonomi, politik dan birokrasi, selain masih mendapat tanggapan pro dan kontra, tetapi juga dianggap sebagai persoalan yang memprihatinkan oleh para pemikir sosial dan aktivis feminisme hingga akhir-akhir ini. 1.5 Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan penulis, yang membahas citra perempuan dalam novel Negeri Perempuan karya Wisran Hadi dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis pertama kali dilakukan dalam penelitian ini. Sejauh ini, peneliti dapat menelusuri pembicaraan mengenai novel Negeri Perempuan yang sudah dilakukan oleh: Sri Marniati, dalam skripsinya pada Fakultas Sastra Universitas Andalas (2004) yang berjudul Peran Perempuan Kerajaan di Minangkabau dalam Novel Negeri Perempuan Karya Wisran Hadi. Dalam penelitiannya, Marniati membahas

sistem budaya masyarakat Minangkabau dan sistem sosial budaya dalam novel. Selanjutnya dibicarakan mengenai peran perempuan yang terdapat dalam novel serta hubungannya dengan sistem budaya masyarakat Minangkabau. Yasnur Asri (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Refleksi Ideologi Wanita Minangkabau dalam Novel Negeri Perempuan Karya Wisran Hadi. Dalam penelitiannya, Asri mendeskripsikan bentuk ideologi wanita Minangkabau yang terefleksi dalam Novel Negeri Perempuan. Asri menemukan ada dua bentuk ideologi yang terefleksi dalam novel ini, yaitu ideologi sosial dan ideologi politik. Kedua bentuk ideologi ini merupakan pencerminan realitas kehidupan nyata yang terjadi di Minangkabau pada saat ini. Yelmi Andriani, dalam skripsinya di Fakutas Sastra Universitas Andalas (2011) yang berjudul Perubahan Sosial dalam Novel Negeri Perempuan Karya Wisran Hadi. Dalam penelitiannya, Andriani mengungkapkan bentuk-bentuk perubahan dan faktor-faktor penyebab perubahan sosial masyarakat Minangkabau yang terjadi dalam Novel Negeri Perempuan. Perubahan sosial ini berkaitan erat dengan persoalan adat dan budaya Minangkabau yang mengalami perubahan akibat perkembangan zaman dan masuknya budaya asing. Roza Nofiana, dalam skripsinya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (2013) yang berjudul Citra Perempuan Minangkabau dalam Kaba Siti Risani, Siti Baheram, dan Siti Kalasun. Dalam penelitiannya, Nofiana menyimpulkan bahwa ketiga tokoh yaitu Siti Risani, Siti Baheram, dan Siti Kalasun mempunyai konflik dan masalah yang berbeda dalam cerita. Masalah atau konflik

yang terjadi di antaranya konflik fisik dan konflik batin. Dari terjadinya konflik atau masalah ini adanya pencitra terhadap tokoh-tokoh tersebut yaitu citra dalam bentuk fisik, citra dalam bentuk kesetiaan, dan citra dalam bentuk kelemahan (perempuan). Destri Suryana, dalam skripsinya di Fakultas Sastra Universitas Andalas (2008) yang berjudul Pencitraan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Minangkabau dalam Lirik Lagu Minang Modern. Dalam penelitiannya, Suryana menyebutkan apa saja tindak kekerasan yang terdapat dalam lirik lagu Minang modern. Selanjutnya Suryana menyimpulkan bahwa perempuan Minang yang diidealkan dan diposisikan sebagai makhluk yang beruntung ternyata mengalami tindak kekerasan. Hery Nur Hidayat, dkk dalam laporan penelitian di Fakultas Sastra Universitas Andalas (2010) yang berjudul Citra Perempuan Dalam Lagu Minangkabau Modern. Penelitian ini membahas tentang citra perempuan dalam lagu Minangkabau modern, dan sejauh mana pergeseran nilai citra perempuan dalam lagu tersebut dengan citra perempuan dalam tradisi Minangkabau. 1.6 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja untuk memahami dan menelaah objek penelitian yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, atau pemikiran orang

secara individual maupun kelompok. Istilah kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif (Moleong, 2005:5). Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2005:4). Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Membaca dan memahami novel Negeri Perempuan secara keseluruhan; b. Merumuskan masalah dalam novel Negeri Perempuan; c. Melakukan studi pustaka; d. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian; e. Menganalisis data tersebut; dan f. Membuat kesimpulan. 1.7 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan nantinya, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1 merupakan pendahuluan; Bab 2 mengenai kedudukan perempuan Minangkabau; Bab 3 memuat tentang unsur intrinsik; Bab 4 menjelaskan tentang kehidupan tokoh utama perempuan dan citra perempuan Minangkabau dalam novel Negeri Perempuan karya Wisran Hadi; dan Bab 5 berisikan kesimpulan.