Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Bangkinang-Salah satu kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah kegiatan temu lapang. Pada sabtu (17/12/2016) diadakan temu lapang kegiatan bioindustri sawit sapi yang dilaksanakan di Desa Palambaian, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala BPTP Riau (Dr. Kuntoro Boga Andri, SP, M.Agr) dan dihadiri oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar yang diwakili oleh (Anwar), Kepala Desa Palambaian (Supriono), Babinsa, PPL dan peserta berjumlah 70 orang. Usai acara pembukaan kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber yaitu:1) Pengelolaan dan pemberian pakan ternak berbasis produk samping industri sawit oleh Dwi Sisriyenni, S.Pt, M.Si; 2) Pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk organik oleh Eka Novrian Deni, S.Pt dan 3) Budididaya Cabai oleh Suhendri Saputra, SP. Pengembangan pertanian bioindustri merupakan pembangunan pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu, pertanian bioindustri mengandung beberapa prinsip dasar seperti berkelanjutan, berbasis masyarakat, lingkungan alam, pelaku agribisnis, berorientasi pengembangan usaha pertanian rakyat, serta berbasis sumberdaya lokal. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian telah mengembangkan beberapa model pertanian bioindustri yang mengintegrasikan tanaman dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu model terebut adalah integrasi sawit-sapi. Teknologi yang dikembangkan dalam kegiatan bioindusri sawit-sapi di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar untuk bidang peternakan adalah pembuatan pakan. Menurut paparannya Dwi Sisriyenni, S.Pt, M.Si menyampaikan untuk malakukan pengelolaan dan pemberian pakan ternak berbasis produk samping industri sawit dapat dilakukan beberapa langkah diantaranya: memanfaatkan hijauan yang tumbuh diantara gawangan pohon kelapa sawit dengan cara cut and carry. Selain itu dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan limbah dari perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Limbah dari perkebunan yaitu pelepah daun sawit. Satu pohon kelapa sawit menghasilkan 22 pelepah pertahun. Setiap panen buah kelapa sawit per dua minggu akan dipanen juga 2 pelepah kepala sawit. Pelepah ini jika tidak dimanfaatkan dalam 2-3 hari akan busuk dan tidak disukai oleh ternak. Pemberian pelepah daun sawit sebagai pakan ternak harus diiringi dengan pemberian konsentrat karena kandungan gizi dari pelepah daun belum mencukupi kebutuhan nutrisi ternak sapi. Limbah pabrik kelapa sawit dapat kita berikan sebagai pakan tambahan/konsentrat. Teknologi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya tahan dari limbah sawit adalah dengan membuat pakan komplit fermentasi. Probiotik yang digunakan adalah probion. Probion ini merupakan produk balai penelitian ternak (balitnak) Bogor. Probion merupakan kumpulan dari bakteri rumen pencerna serat kasar. Sebagai sumber energy digunakan dedak dan molasses.
Proses pembuatan pelepah daun sawit dicacah menggunakan chopper. Cacahan pelepah dicampur dengan bungkil inti sawit, solid sawit dan bahan-bahan lainnya hingga rata. Kemudian campuran bahan disimpan dalam silo/tong selama 21 hari dalam keadaan hampa udara/anaerob. Seterah 21 hari pakan komplit fermentasi siap dipanen kemudian diangin-angikan sebelum diberikan sebagai pakan ternak sapi. Pakan komplit fermentasi bisa tahan bertahun tahun asalkan tidak dibuka/terkena udara. Formulasi bahan pembuatan pakan komplit fermentasi adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pelepah sawit 45% Bungkil inti sawit 23% Solid decanter 25% Dedak 1% Garam 1% Urea 5% Kapur 5% Molases 3% Probion 5% Menurut Eka Novriandeni, S.Pt pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik berasal dari kotoran sapi atau kotoran kambing. Untuk menghasilkan pupuk organik tersebut diperlukan komposisi bahan-bahan campuran dengan perhitungan matematika sederhana, sehingga petani dan peternak dapat memformulasikan komposisinya secara benar sesuai persentase masing-masing bahan yang telah ditentukan, sehingga pupuk organik yang
dihasilkan dapat maksimal dan bermanfaat bagi tanaman. Selama ini petani/peternak kurang memperhatikan perbandingan campuran masing-masing bahan, sehingga pupuk organik yang dihasilkan belum maksimal. Adapun komposisi untuk membuat pupuk organik adalah sebagai berikut: Bahan: 1. Kotoran Sapi 80-83% 2. Sekam padi / serbuk gergaji 5-7% 3. Abu dapur / abu sekam 10% 4. Probiotik (starbio/stardec) 0,25% 5. Kapur / dolomit 2 % Kelebihan pupuk organik bagi tanaman. 1. Memperbaiki kesuburan fisik tanah (tekstur tanah, warna tanah, dll) 2. Memperbaiki kesuburan kimiawi tanah (unsur hara tanah & zat kimia lainnya) 3. Memperbaiki kesuburan biologi tanah (ph tanah, jumlah mikroorganisme, dll) Nilai ekonomis pupuk organik 1. Lebih Murah (sebagian bahan tidak perlu dibeli) 2. Bahan-bahan mudah didapatkan (Kotoran sapi, sekam padi/serbuk gergaji, abu dapur/abu sekam) 3. Lebih sehat dan aman (bahan-bahan alami yang ramah lingkungan, aman bagi tanaman dan aman bagi konsumsi manusia) Sedangkan menurut Suhendri Saputra, tanaman cabai merupakan salah satu komoditas pertanian paling atraktif. Pada saat-saat tertentu, harganya bisa naik berlipat-lipat. Hal ini membuat budidaya cabe menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Disamping fluktiasi harga, budidaya cabe cukup rentan dengan kondisi cuaca dan serangan hama. Untuk meminimalkan semua resiko tersebut diperlukan teknik budidaya yang baik salah satunya dengan pemberian pupuk organik yang dihasilkan pada kegiatan bioindustri. Usai paparan materi peserta temu lapang juga diberikan pengetahuan langsung melaui praktek lapang pembuatan kompos tandan kosong (tankos) kelapa sawit, kegiatan ini dipandu oleh Nurhayati, SP, M.Si. Menurutnya tankos kelapa sawit (TKS) merupakan limbah yang dihasilkan dari tandan buah segar (TBS). TKS mengandung unsure hara N, P, K dan Mg. TKS sangat potensial dimanfaatkan sebagai kompos karena jumlahnya yang melimpah dan kadar haranya yang tinggi. Dekomposisi tankos kelapa sawit secara
alamisangat lambat, memerlukan waktu yang cukup lama yaitu antara 6-12 bulan. Sehingga untuk mempercepat proses dekomposisinya perlu ditambahkan decomposer yang mengandung mikroorganisme pengurai seperti orligno yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanah Balitbangtan. Cara pembuatan kompos tankos sebagai berikut : Alat dan bahan yang digunakan adalah tankos kelapa sawit, orligno, terpal, parang, air, gembor. Cara membuatnya : cacah tankos menggunakan alat, jika tidak ada bisa dengan cara potong dan belah tankos menjadi 4-8 bagian, bentangkan terpal dan tumpuk tankos yang telah dicacah setinggi ± 30 cm, kemudian taburi dengan orligno secara merata, siram dengan air. Tumpuk lagi tankos yang telah dicacah ± 30 cm, kemudian taburi lagi dengan orligno dan siram lagi dengan air. Lakukan sampai ketinggian tumpukan ± 1 m. Tutup tankos tadi dengan terpal untuk menghindari panas dan hujan. Balik tankos setiap minggu, jika kering siram dengan air menggunakan gembor, tutup kembali dengan terpal. Lakukan pembalikan setiap minggu sampai 3 bulan atau kompos tankos sudah jadi. Ditandai dengan warna yang makin gelap/hitam dan telah melapuk. Dosis orligno 2 kg untuk 1 ton tankos.