Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5, No. 1, Mei 2013, 43-56

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa transfer pricing dilakukan antara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Harga Transfer

PENENTUAN HARGA TRANSFER

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008

BABl PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG

PMK No. 213/PMK.03/2016

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat arus transaksi perdagangan antarnegara juga semakin mudah dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

PER - 69/PJ/2010 KESEPAKATAN HARGA TRANSFER (ADVANCE PRICING AGREEMENT)

19 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Juni 2014 Training Room Ortax Read More...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat pejorative. Pengertian netral

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong transaksi internasional atau sering disebut dengan cross border

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan nasional atau internasional di perlukan dalam rangka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan investasi, salah satunya adalah transfer pricing. Meskipun beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prinsip Kewajaran Dan Dokumentasi Sebagai Penangkal Kecurangan Transfer Pricing di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTIK TRANSFER PRICING

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Tarif pajak penghasilan atas badan (PPh badan) yang besarnya ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Tax Avoidance OECD sendiri tidak memberikan definisi tax avoidance secara tegas.

07 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Read More...

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar perusahaan bisnis multinasional (MNC) melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Comprehensive Tax Planning 2014

BAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin majunya

19 Juni 2014 Hotel Bidakara, Jakarta Juni 2014 Training Room Ortax Read More...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya General Agreement on Trade and Tariff (GATT) dan World Trade

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh pemiliknya, salah satu tujuan umum didirikan sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham

PENGARUH TRANSFER PRICING TERHADAP PERENCANAAN PAJAK BAGI PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Perpajakan internasional

ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTEK TRANSFER PRICING. Oleh : Abd. Salam, SE, Ak (Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Unismuh Makassar) Abstrak

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

PENENTUAN HARGA TRANSFER UNTUK PERUSAHAAN DOMESTIK Oleh Margono Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

No ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan secara bijak untuk keperluan belanja Negara. Namun daripada itu, banyak

PERPAJAKAN II. Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara

Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara. Oleh: Hadi Setiawan 1

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.03/2015 TENTANG

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

SILABUS MATA AJAR PERPAJAKAN 3 SKS

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting dalam Anggaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Potret Kecil Transfer Pricing dalam Bingkai Besar Perdagangan Dunia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TRANSAKSI TRANSFER PRICING

EVALUASI KEWAJARAN HARGA DAN KESESUAIAN METODE TRANSFER PRICING DENGAN PERDIRJEN PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2011 (STUDI KASUS PADA PT.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.03/2014

ERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125/PMK.010/2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 29/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LAPORAN PER NEGARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PERTUKARAN INFORMASI BERDASARKAN PERMINTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pembangunan yang cukup pesat dalam kehidupan nasional yang

POKOK BAHASAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN BUKU REFERENSI BAB

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Aspek Perpajakan Dalam Transfer Pricing dan Problematika Praktik Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

PENETAPAN HARGA TRANSFER DALAM KAJIAN PERPAJAKAN. Gusnardi Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Riau - Pekanbaru ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena para pedagang merasa pasar dalam negeri tidak lagi

Transkripsi:

Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5, No. 1, Mei 2013, 43-56 PENETAPAN HARGA TRANSFER MULTINASIONAL SEBAGAI STRATEGI PENGHINDARAN PAJAK Ira Novianty Prodi Akuntansi Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK Harga transfer didefinisikan sebagai harga suatu produk atau jasa yang dibebankan dari suatu sub-unit (divisi) ke sub-unit (divisi) yang lain pada organisasi yang sama. Tujuan penetapan harga transfer akan berbeda, tergantung apakah harga transfer tersebut terjadi antar divisi di dalam negeri (domestik) atau antar divisi di luar negeri sebagai perusahaan multinasional (internasional). Pada harga transfer domestik, tujuan utama harga transfer adalah untuk mengoptimalkan kinerja subunit (divisi) dan mengarah pada optimalisasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan pada harga transfer perusahaan multinasional, tujuan utama harga transfer terkait dengan pertimbangan pajak, karena harga transfer seringkali memiliki implikasi terhadap pajak, tidak hanya pajak penghasilan tetapi juga pajak penjualan, pajak pertambahan nilai, bea cukai, dan lain sebagainya. Harga transfer terutama digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar melalui rekayasa harga transfer antar divisi. Dilihat dari sisi pajak, rekayasa pada harga transfer terjadi akibat adanya transaksi hubungan istimewa, sehingga perusahaan memanfaatkannya untuk menghindari pembayaran pajak yang tinggi. Kata kunci : harga transfer, perusahaan multinasional, hubungan istimewa, penghindaran pajak. ABSTRACT Transfer pricing is defined as the price of products or services that charged from a subunit (division) to another subunits (divisions) in the same organization. The goal of transfer pricing will be different, depending on transfer pricing transaction, whether domestic companies transaction or multinational companies (international) transactions. The main goal of domestic transfer pricing is to optimize subunits performance (divisions) and leading to optimize company performance. On multinational companies, the main goal of transfer pricing related to tax considerations, because the transfer pricing has tax implications, not only income tax but also the sales tax, value added tax, customs rate, and etc. Transfer pricing is mainly used by multinational companies to minimize of tax to be paid through the engineering transfer pricing between divisions. For tax consideration, the engineering on transfer pricing caused by related parties transactions, so that companies use it to avoid paying high tax. Keywords: transfer pricing, multinational companies, related parties, tax evasion. 43

Akuntansi Ekspansi LATAR BELAKANG Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini jelas berdampak pada perubahan lingkungan dunia usaha yang sangat cepat. Dalam menjalankan bisnisnya, para pengusaha tidak lagi terhambat akibat jarak atau batas-batas negara. Kemudahan dalam memperoleh akses transportasi dan informasi menyebabkan persaingan tidak lagi di tingkat lokal, tetapi juga membentuk persaingan antar negara (kompetisi global). Kemudahan memperoleh informasi bagi setiap individu memicu pelaku bisnis berlomba-lomba memenuhi keinginan konsumen dengan produk atau jasa terbaik yang dapat dihasilkan perusahaan, baik untuk konsumen di dalam negeri maupun di luar negeri. Jika pelaku bisnis tidak merespon dengan cepat perubahan ini, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan gagal dalam dunia persaingan bisnis. Fenomena ini dapat mempengaruhi pelaku bisnis dalam mengembangkan usahanya dengan melakukan ekspansi, tidak hanya ekspansi di dalam negeri (domestik), tetapi juga di luar negeri. Bisnis tidak lagi bersifat domestik. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya di setiap negara, sehingga memungkinkan perusahaan untuk membuka anak perusahaan di luar negeri. Hal ini berdampak pada terjadinya arus produk atau jasa melalui batas-batas negara melalui kegiatan transfer produk atau jasa. Arus produk atau jasa ini menimbulkan terciptanya praktik harga transfer. Praktik harga transfer yang melibatkan perusahan asing (multinational company) seringkali bertujuan untuk manajemen pajak dimana pihak-pihak yang terkait dalam harga transfer berupaya untuk mengurangi bahkan menghindari kewajiban pembayaran pajak dengan memanfaatkan kebijakan perpajakan dan tarif pajak di setiap negara yang berbeda-beda (Horngreen, 2006). Model penghindaran pajak (tax avoidance) sering mungkin terjadi pada ekspor komoditas. Para eksportir, masih banyak menggunakan kontrak penjualan lama, yang belum direnegosiasi, untuk pelaporan omset pada SPT Tahunan. Pengusaha juga melakukan transfer pricing (TP) dengan mendirikan perusahaan perantara di negara bertarif pajak rendah seperti Hongkong dan Singapura, sebelum menjual ke enduser (Anandita, 2012). TINJAUAN PUSTAKA Definisi Harga Transfer Harga transfer didefinisikan sebagai harga suatu produk atau jasa yang dibebankan dari suatu subunit (divisi) ke subunit (divisi) yang lain pada organisasi 44

Ira Novianty yang sama. Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota /grup perusahaan (Yenni, 2000). Transfer pricing biasanya ditetapkan untuk produk-produk intermediate (intermediate product) yang merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjual kepada divisi pembeli untuk diproses atau diolah kembali. Tujuan Harga Transfer Tujuan penentuan harga transfer dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu harga transfer domestik dan harga transfer pada perusahaan-perusahaan multinasional (international/multinational transfer pricing). Tujuan harga transfer domestik adalah (Garrison: 2000) 1. Mengevaluasi kinerja masing-masing subunit/divisi 2. Meningkatkan motivasi manajer di masing-masing subunit/divisi 3. Mencapai kesesuaian tujuan antara subunit dan perusahaan 4. Otonomi yang lebih besar pada subunit. Sedangkan tujuan harga transfer internasional adalah (Garrison: 2000): 1. Mengurangi tarif, pajak, dan bea cukai 2. Mengurangi resiko nilai tukar 3. Membantu anak perusahaan (subunit) untuk berkompetisi dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya pada anak perusahaan yang rendah. 4. Menjalin hubungan yang lebih baik dengan pemerintah setempat Metode Penentuan Harga Transfer Terdapat tiga metode dalam penentuan harga transfer, yaitu (Horngren:2006): 1. Harga transfer berdasarkan pasar (market-based transfer price), yaitu harga transfer dari produk atau jasa sesuai dengan harga yang terdaftar secara publik, misalkan sesuai dengan situs Web asosiasi perdagangan. Manajemen puncak dapat memilih harga apakah untuk harga internal ataupun harga eksternal dari harga yang dibebankan oleh suatu subunit kepada konsumen luar. 2. Harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price), yaitu harga transfer dari produk atau jasa berdasarkan pada biaya produksinya. Misalnya 45

Akuntansi Ekspansi apakah harga transfer tersebut berdasarkan pada biaya produksi variabel, berdasarkan biaya produksi tetap dan variabel, atau berdasarkan biaya penuh. 3. Harga transfer yang dinegosiasikan (negotiated transfer price), yaitu penentuan harga transfer dari produk atau jasa berdasarkan hasil negosiasi antar subunit itu sendiri, apakah mereka akan membeli atau menjual secara internal atau akan melakukan negosiasi dengan pihak eksternal. Hubungan Istimewa Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 7 tentang Pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan istimewa, diberikan definisi sebagai berikut: Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Dalam penjelasan definisi tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa termasuk sebagai pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah perusahaan dibawah pengendalian satu atau lebih perantara (intermediaries), perusahaan asosiasi (associated company); perorangan yang memiliki hak suara yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat ; karyawan kunci; dan perusahaan yang dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang berpengaruh signifikan. Definisi yang sama juga diberikan oleh International Financial Statement Standar sebagai berikut : A related party is a person or entity that is related to the entity that is preparing its financial statements (referred to as the 'reporting entity') [IAS 24.9]. A related party transaction is a transfer of resources, services, or obligations between related parties, regardless of whether a price is charged. [IAS 24.9] Menurut pemaparan L.Y. Hari Sih Advianto dalam website pusdiklat pajak, transaksi hubungan istimewa dapat terjadi antara pihak-pihak dalam wilayah suatu negara (domestic transaction) atau melewati lintas batas negara (cross border transaction). Transaksi secara domestik terjadi jika terjadi transfer sumberdaya atau kewajiban antara satu pihak dengan pihak yang lain, keduanya masih berada dalam hanya dalam lingkup batas wilayah suatu negara. Karena masih dalam wilayah kedaulatan suatu negara, tentunya masih tunduk pada ketentuan hukum dan 46

Ira Novianty peraturan yang sama. Lain halnya jika transaksi melintasi batas wilayah negara, akan membawa permasalahan yang lebih kompleks, mengingat pada suatu transaksi tersebut akan bersentuhan dengan aturan hukum dan perpajakan dari negara-negara yang berbeda. Aspek Perpajakan dalam Transaksi hubungan istimewa Dalam ketentuan peraturan perpajakan, transaksi hubungan istimewa mendapat perhatian yang khusus, terlebih jika transaksi tersebut disinyalir dilakukan untuk tujuan penghindaran pajak dengan cara melaporkan penghasilan kurang dari yang semestinya atau pembebanan biaya yang tidak wajar (L.Y. Hari Sih A). Transaksi hubungan istimewa dapat juga menyebabkan penentuan harga penyerahan sebagai dasar perhitungan Pajak Pertambahan Nilai menjadi lebih kecil dari yang semestinya. Walaupun sebenarnya ketentuan perpajakan kurang berimbang, karena hanya menitikberatkan pada transaksi yang berakibat berkurangnya potensi penerimaan pajak, akan tetapi tidak mengatur jika transaksi hubungan istimewa tersebut mengakibatkan penghasilan menjadi lebih besar atau pembebanan biaya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan transaksi dengan menggunakan harga pasar wajar. Hubungan Istimewa menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pajak diatur dalam: 1. Pasal 18 ayat (4) UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagai telah diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 sebagai berikut: Hubungan istimewa dianggap ada apabila: Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat. 47

Akuntansi Ekspansi 2. Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 8 tahun 1984 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2010, sebagai berikut: Hubungan istimewa dianggap ada apabila: Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih Pengusaha berada di bawah penguasaan. Penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat 3. Pasal 9 ayat (1) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia dengan mitra perjanjian, antara lain sebagai berikut: Perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa, apabila: (a) suatu perusahaan dari suatu Negara Pihak pada Persetujuan turut berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan dari Negara Pihak lainnya pada Persetujuan, atau (b) terdapat orang/badan yang sama yang turut berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam manajemen, pengawasan, atau modal suatu perusahaan dari Negara Pihak pada Persetujuan dan suatu perusahaan dari Negara Pihak lainnya pada Persetujuan, dan dalam tiap kasus di atas, terdapat kondisi-kondisi yang dibuat atau diberlakukan diantara kedua perusahaan dimaksud dalam hubungan dagang atau hubungan keuangannya yang berbeda dengan kondisikondisi yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang mempunyai kedudukan bebas, maka atas laba yang karena kondisi- kondisi tadi, tidak diakui, dapat ditambahkan pada laba perusahaan tersebut dan dikenakan pajak. METODE PENELITIAN Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui 48

Ira Novianty studi kepustakaan dengan mempelajari sejumlah buku, jurnal, paper, undangundang perpajakan, dan sebagainya untuk mendapatkan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian ini. Strategi Penghindaran Pajak Melalui Penentuan Harga Transfer Aspek pajak internasional dalam penentuan harga transfer pada perusahaan-perusahaan multinasional bagi sebagian besar perusahaan menjadi pertimbangan utama. (Blocher:971). Sebagian besar Negara menerima perjanjian Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm s length.transaction, yaitu harga harga yang diperoleh dari kesepakatan pihak-pihak yang tidak terkait. Hal tersebut bertujuan untuk membatasi usaha-usaha perusahan multinasional dalam mengurangi kewajiban pajak melalui transaksi hubungan istimewa. Menurut L.Y. Hari Sih Advianto, Wajib Pajak dalam melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa harus menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm's length principle). Dalam Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha penetapan harga dan laba transaksi haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, baik menggunakan metode comparable price, resale price, ataupun cost-plus pricing. Meskipun setiap perusahaan diharuskan menerapkan arm s length transacton, tetapi masih banyak perusahaan yang menggunakan mekanisme penentuan harga transfer sebagai strategi untuk mengurangi kewajiban pajaknya (Lo dkk, 2010). Hasil penelitian Klassen (1993) dalam Lo & Wong (2010) menemukan bukti bahwa terjadi pergeseran penghasilan pada perusahaanperusahaan multinasional akibat adanya perubahan tarif pajak di Canada, Eropa, dan Amerika Serikat. Pada saat tarif pajak di Canada mengalami kenaikan, perusahaan-perusahaan multinasional memindahkan penghasilan mereka dari Canada ke Amerika Serikat, kemudian saat tarif pajak di Eropa mengalami penurunan, perusahaan-perusahaan multinasional memindahkan penghasilan mereka dari Amerika Serikat ke Eropa (Jacob, 1996) dalam Lo & Wong (2010). Pemindahan penghasilan ini akan terjadi dari negara yang memiliki tarif tinggi ke negara yang memiliki tarif pajak yang rendah. Di Indonesia ada peraturan mengenai Tax Avoidance yang diarahkan pada upaya menangkal praktik penghindaran pajak, khususnya oleh pihak yang 49

Akuntansi Ekspansi mempunyai hubungan istimewa yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Pajak Penghasilan tentang hubungan istimewa. Praktik penghindaran pajak yang sering dilakukan adalah melalui thin capitalization dimana induk perusahaan lebih banyak membiayai anak perusahaan melalui pemberian utang bukan pemberian modal. Selain melalui thin capitalization juga melalui pemanfaatan tax heaven dimana bekerjasama dengan perusahaan yang didirikan dinegara yang memiliki tarif pajk rendah melalui praktik transfer pricing. Banyak kasus yang ditemukan dari adanya praktik transfer pricing yang bertujuan untuk menghindari kewajiban pajak atau mengurangi nilai kewajiban pembayaran pajak. Berikut diuraikan beberapa contoh kasus yang ditemukan oleh Internal Revenue Service (IRS) di Amerika Serikat dan National Tax Agency (NTA) di Jepang sebagai agen yang paling aktif menyelidiki dalam Permainan Penetapan Harga Transfer internasional (Horngren; 2006): 1. Pada tahun 1993, IRS menyelidiki dan menyimpulkan bahwa Nissan Motor Company telah menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar di Amerika terlalu rendah dengan menetapkan harga transfer untuk jenis mobil penumpang dan truk yang diimpor dari Jepang pada harga yang sangat tinggi (tidak realistis). Nissan menyatakan bahwa perusahaan mempertahankan margin yang rendah di Amerika Serikat untuk meningkatkan pangsa pasar jangka panjang di pasar yang sangat kompetitif. Tetapi pada akhirnya Nissan setuju untuk membayar IRS sebesar $170 juta. 2. Pada bulan Mei 1994, NTA Jepang menuduh Coca Cola Corporation telah melaporkan laba kena pajak di Jepang yang terlalu rendah dengan membebankan harga transfer yang berlebihan kepada anak perusahaan lokal untuk bahan baku dan konsentrat yang diimpor dari perusahaan induk dan dengan memungut royalty yang berlebihan dari anak perusahaan di Jepang untuk menggunakan nama merek serta keahlian penjualan dan pemasaran. NTA menyatakan bahwa royalty yang dibayarkan oleh anak perusahaan Coca Cola di Jepang lebih tinggi daripada yang dibayarkan di perusahaan lain di industri yang sama. NTA juga menyatakan bahwa anak perusahaan di Jepang membayar royalty bahkan untuk produk yang dikembangkannya sendiri. NTA mengenakan pajak dan denda sebesar $150 juta kepada Coca Cola. Coca Cola mengajukan keluhan kepada IRS dan menyatakan bahwa dengan adanya pemungutan pajak di Jepang pada laba yang sama menadikannya membayar pajak dua kali karena Coca Cola telah membayar pajak dari laba tersebut di Amerika Serikat. Keluhan ini mengarah 50

Ira Novianty pada negosiasi antara otoritas pajak di Jepang dan Amerika Serikat untuk memutuskan negar mana yang akan memungut pajak dari Laba Coca Cola di Jepang. Dalam penyelesaian bersama tahun 1998, NTA Jepang mengurangi pungutan pajak terhadap Coca Cola dari $150 juta menjadi $50 juta. 3. Pada tahun 2000, NTA Jepang dan IRS Amerika Serikat harus menyelesaikan perselisihan lain terkait dengan harga transfer. Kali ini anak perusahaan Coca Cola di Jepang harus melaporkan tambahan $450 juta dalam laba kena pajak dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999, yang berarti bahwa perusahaan memiliki hutang pajak dan denda sebesar $170 juta. Untuk menghindari pemungutan pajak ganda, IRS menalangi Coca Cola untuk pajak tyang telah dibayarkan di Amerika Serikat. 4. Pada tahun 2004, IRS mengenakan denda kepada GlaxoSmithKlien, sebuah produsen farmasi yang berpusat di Inggris sebesar $5,2 milyar (jumlah pajak terutang ditambah bunga). Hal tersebut berawal dari perselisihan penetapan harga transfer yang berhubungan dengan laba dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1996. 5. Pada tahun 2004, NTA menuntut $100 juta dalam bentuk pengembalian pajak kepada Honda Motor Company karena menyatakan bahwa Honda Motor Company terlalu rendah menerima royalty dari anak perusahaannya di Brazil dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002. 6. Pada tahun 2004, IRS menemukan masalah dalam perhitungan laba pada Motorola dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 sehinggan menyebabkan Motorola harus membayar pajak tambahan sebesar $500 juta. Masalah ini melibatkan 67 entitas pajak Motorola di seluruh dunia. IRS menyatakan bahwa Motorola memiliki laba yang tinggi di berbagai anak perusahaan di luar negeri tetapi melaporkan laba yang rendah di Amerika Serikat. Pejabat perusahaan bersikeras bahwa mereka telah melakukan praktik akuntansi yang tidak melanggar hukum. Pada dasarnya, penetapan harga transfer dapat dicapai melalui kesepakatan. Kesepakatan ini dinamakan Advanced Pricing Agreement (APA). Tujuan APA ini adalah untuk menghindari perselisihan penetapan harga transfer antara wajib pajak dengan otoritas pajak (Horngreen:2006). Di Indonesia sendiri perihal APA (Advanced Pricing Agreement ) sampai pada tahun 2008 telah tercantum dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan namun belum dapat 51

Akuntansi Ekspansi diimplementasikan dengan baik karena tidak tersedia petunjuk teknisnya (Ning Rahayu, 2010). Menurut Dewiwardhana (2010) di Indonesia Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya. Masalahnya: tidak ada peraturan pelaksanaan lain yang secara tegas mengatur bagaimana koreksi Transfer Pricing dilakukan. Undang-Undang Pajak negara Jerman, Thailand, Amerika, Malaysia telah mengatur bahwa Aparat Pajak dapat mengoreksi harga wajar ke harga wajar rata-rata dalam Arm s Length Range. Di Indonesia, masalah yang terkait dengan praktik transfer pricing sebagai strategi penghindaran pajak telah diatur Pada Pasal 18 ayat (3a) UU PPh (3a) dimana Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir. Masalahnya: tidak ada peraturan pelaksanaan atau petunjuk teknis untuk implementasi dari Advanced Pricing Agreement (APA), meskipun APA sudah diperkenalkan sejak tahun 2001. Aturan-aturan mengenai penghindaran pajak terkait dengan transfer pricing di Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia lainnya. Berikut adalah perbandingannya: Upaya Menangkal Praktik Transfer Pricing UU Tentang Transfer Pricing Ketentuan Tentang Penggunaan Exchange of Information Jepang China India Malaysia Singapura Korea Indonesia X X X X X 52

Ira Novianty Upaya Menangkal Praktik Transfer Pricing Audit Risk atas praktik transfer pricing Penggunaan pembandng rahasia (secret comparable) Kewajiban menyediakan dokumentasi yang terkait dengan transfer pricing) Ketentuan mengenai sanksi terkait dengan transfer pricing) Jepang China India Malaysia Singapura Korea Indonesia high Moderatehigh Moderatehigh Moderate Low High Low X X X X X X X Kewajiban tentang Advance Pricing Agreement (APA) X Sumber: CHH International, International Master Tax Guide (Dalam Ning, 2010) * = belum berbentuk ketentuan yang mengikat ** = belum tersedia petunjuk teknisnya sehingga belum dapat diimplementasikan KESIMPULAN Praktik transfer pricing timbul akibat adanya perkembangan bisnis dan proses bisnis yang semakin komplek sehingga mendorong perusahaan membuka anak perusahaan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga memunculkan praktik harga transfer (transfer pricing). Tujuan utama transfer pricing di dalam negeri adalah untuk mengevaluasi kinerja manajer subunit dan meningkatkan motivasi manajer subunit. Sedangkan tujuan utama transfer pricing pada perusahaan-perusahaan multinasional adalah untuk mengurangi kewajiban pembayaran pajak yang tinggi dengan memanfaatkan tarif pajak yang berbeda- 53

Akuntansi Ekspansi beda di setiap negara dari adanya transaksi hubungan istimewa (induk perusahaan dengan anak perusahaan di luar negeri). Perusahaan cenderung memindahkan penghasilan mereka dari perusahaan di negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi ke perusahaan di negara yang memiliki tarif pajak rendah. Dalam ketentuan peraturan perpajakan, transaksi hubungan istimewa mendapat perhatian yang khusus, terlebih jika transaksi tersebut disinyalir dilakukan untuk tujuan penghindaran pajak dengan cara melaporkan penghasilan yang kurang dari semestinya. Meskipun setiap perusahaan diharuskan menerapkan arm s length transacton, tetapi masih banyak perusahaan yang menggunakan mekanisme penentuan harga transfer sebagai strategi untuk mengurangi kewajiban pajaknya. Banyak kasus yang terjadi pada perusahaan-perusahaan multinasional yang terbukti melakukan transfer pricing untuk penghematan pajak mereka dan tidak sedikit menimbulkan perselisihan antar negara dalam hal penetapan jumlah pajak yang harus dibayar. Kasus seperti ini sebetulnya bisa diatasi dengan membuat kesepakatan dengan otoritas pajak setempat melalui Advanced Pricing Agreement (APA) yang tujuannya untuk menghindari perselisihan penetapan harga transfer antara wajib pajak dengan otoritas pajak setempat. Sayangnya di Indonesia aturan mengenai APA sudah ada dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, hanya petunjuk teknisnya yang belum ada sehingga implemenasinya sulit dilaksanakan. Aturan mengenai pencegahan praktik penghindaran pajak masih lemah sehingga para wajib pajak masih dapat memanfaatkan celah penghindaran pajak ini sehingga kerugian potensi negara melali praktik ini dapat terus bertambah. DAFTAR PUSTAKA Agnes W. Y. Lo, Raymond M. K. Wong, and Michael Firth (2010), Tax, Financial Reporting, and Tunneling Incentives for Income Shifting:An Empirical Analysis of the Transfer Pricing Behavior of Chinese-Listed Companies, Journal of the American Taxation Association Vol. 32, No. 2, pp. 1 26 Anandita Budi Suryana.2012. Menangkal Kecurangan Transfer Pricing. www.pajak.go.id Blocher, Chen, & Lin (2001), Manajemen Biaya Dengan Penekanan Stratejik, Penerbit: Salemba Empat Dewiwardhana. 2010.Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing. Politik.compasiana.com Garrison & Noreen (2000), Managerial Accounting, McGraw-Hill Companies,Inc. 54

Ira Novianty Horngren, Charles T ; Datar, Srikant M & Foster George (2006), Akuntansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Penerbit: Erlangga. Komaruddin Ahmad (2005), Akuntansi Manajemen: Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan, Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada L.Y. Hari Sih Advianto (2012), Transaksi Hubungan Istimewa, website bppk.depkeu. go.id, Pusdiklat Pajak Badan Pndidikan Dan Pelatihan Keuangan Ning Rahayu (2010), Evaluasi Regulasi Atas Praktik Penghindaran Pajak Penanaman Modal Asing, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 7, No.1 Yenni Mangoting (2000), Aspek Perpajakan Dalam Praktek Transfer Pricing, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 1, 69-82 Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan Undang - undang Pajak Penghasilan. Undang - undang PPN dan PPn BM Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER - 43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 69/PJ/2010 Tentang Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 48/PJ/2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement Procedure) Berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. 55

Akuntansi Ekspansi Halaman ini Sengaja Dikosongkan. 56