Foto 32. Singkapan batugamping fasies foraminifera packestone yang berlapis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DIAGENESIS BATUGAMPING

4.4.1 Proses dan Produk Diagenesa Proses Mikritisasi Mikrobial

BAB IV TEORI DASAR DIAGENESIS KARBONAT

BAB V DIAGENESIS BATUGAMPING FORMASI CIMAPAG

// - Nikol X - Nikol 1mm

BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT

BAB IV DIAGENESIS BATUGAMPING FORMASI BULU

BAB IV DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING

HUBUNGAN ANTARA EVOLUSI POROSITAS DENGAN KARAKTERISTIK DIAGENESIS FORMASI WONOSARI DI KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DIY

BAB IV FASIES BATUGAMPING FORMASI TENDEH HANTU

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH GUNUNG KROMONG

BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

Studi Model Reservoir Karbonat Menggunakan Analisa Tipe Batuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, batuan karbonat kerap

Mikrofasies dan Diagenesa Batugamping Formasi Klapanunggal Daerah Cileungsi, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

GEOLOGI DAN STUDI FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT KECAMATAN KALIORANG, KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR A

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Dinamika Sedimentasi Formasi Prupuh dan Paciran daerah Solokuro dan Paciran, Lamongan, Jawa Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PETROGRAFI BATUAN KARBONAT

01.Pendahuluan Petrologi Batuan Karbonat

GEOLOGI DAN STUDI FASIES BATUGAMPING DAERAH KALIORANG BARAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR

Ciri Litologi

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH LEPAS PANTAI UTARA MADURA

BAB IV FASIES BATUGAMPING

BAB IV STUDI PASIR NGRAYONG

PEMBENTUKAN RESERVOIR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA. Oleh : Salatun Said Hendaryono

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

Batuan Karbonat adalah batuan yang tersusun dari mineral karbonat, yang terutama batugamping dan dolomit yang berpotensi sebagai reservoar.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert

BAB I PENDAHULUAN. reservoar, batuan tudung, trap dan migrasi. Reservoar pada daerah penelitian

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (sarjana) sebagai syarat yang harus ditempuh supaya mahasiswa dinyatakan lulus

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

GEOLOGI DAN FASIES BATUGAMPING FORMASI CIMAPAG, DAERAH PASIR SALAM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN CILOGRANG, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB 4 Fasies Batugamping Formasi Citarate

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TUGAS AKHIR A. Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

PENELITIAN PENDAHULUAN BATUAN KARBONAT DI DAERAH BOGOR

: Batugamping Kalsilutit-Batulempung : Mudstone (Dunham, 1962)/Batugamping Kalsilutit

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

TUGAS AKHIR A. Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Karakterisasi Reservoar Batuan Karbonat Formasi Kujung II, Sumur FEP, Lapangan Camar, Cekungan Jawa Timur Utara 1

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

batupasir batulempung Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten.

METODE PENDISKRIPSIAN BATUGAMPING UNTUK KARAKTERISASI RESERVOAR HIDROKARBON

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

BAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN

GEOLOGI DAN ANALISIS DIAGENESIS BATUGAMPING FORMASI BULU, DAERAH DESA TINAPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BLORA, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA. Adinegoro, U. dan Hartoyo, P., 1974, Paleogeography of Northeast Sumatera, Proceedings Indonesian Petroleum Association, hal 45.

ANALISIS FACIES DAN SEJARAH DIAGENESA BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA, PADALARANG, JAWA BARAT

Foto Singkapan batulempung-batupasir, batulempung dalam kondisi menyerpih. Lintasan Kali Bluncong (KB-3). Affan Arif Nurfarhan /

// - Nikol X - Nikol 1mm

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK RESERVOAR KARBONAT. 1. Lingkungan Pengendapan 2. Proses Diagenesa

BAB I PENDAHULUAN. Disebutkan oleh Surono, dkk (1992), penyusun Formasi Wonosari-Punung berupa

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

Proses Sedimentasi. Oleh : Muhammad Yusuf Awaluddin

DAFTAR PUSTAKA. Asikin S., 1987, Geologi Struktur Indonesia, Jurusan teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Menggambarkan diagenesa batuan sedimen. Memberikan nama batuan sedimen berdasarkan klasifikasi After Dott (1964).

FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI PARIGI DI DAERAH PALIMANAN, CIREBON

Bab II Tinjauan Pustaka

KARAKTERISTIK BATUPASIR SEBAGAI BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR ABC-1 DAN ABC-2, DI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI PARIGI DI DAERAH PALIMANAN, CIREBON

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUGAMPING FORMASI PARIGI DI DAERAH PANGKALAN, KARAWANG, JAWA BARAT

Lokasi : G.Walang Nama Batuan : Tuf Gelas

Transkripsi:

besar Lepidocyclina spp., Amphistegina spp., Cycloclypeus spp., sedikit alga, porositas buruk berupa interpartikel, intrapartikel dan moldic, berlapis baik. Pada sayatan tipis (Lampiran A-5: analisis petrografi) ditunjukkan dengan kehadiran foraminifera yang cukup melimpah, butiran tersebut masih mengambang dalam matriks, dengan porositas yang cukup berupa porositas vug dan moldic, Berdasarkan model jalur Wilson (1975), fasies ini diendapkan pada jalur Fore slope atau pada jalur nomor 5. Fasies foraminifera packestone, membentuk lapisan. Foto 32. Singkapan batugamping fasies foraminifera packestone yang berlapis. 62

Fosil Foraminifera Foto 33. Memperlihatkan tekstur grain-supported dengan mud cukup yang melimpah, butiran didominasi oleh fosil foraminifera. 4.4.3 Sub Fasies Head Coral Framestone Merupakan bagian dari reef yang secara umum terdiri dari koral pada posisi tumbuh dimana jarak antara koral diisi oleh lumpur karbonat, pecahan koral, foraminifera besar dan sebagainya. Framestone terdiri dari umumnya koloni massive head coral (Foto 34), seperti brain coral, Meandrina (Foto 35), sebagian terdapat pecahan Pelecypoda, kaya akan foraminifera yang umumnya ditemui diantara koloni koral. Batuan ini masif, padat, tetapi pada bagian puncak reef bagian koralnya lepas-lepas dan umumnya berwarna putih dengan bagian luar berwarna hitam akibat proses pelapukan, rekristalisasi sering terjadi. Batuan berwarna putih, abu-abu terang dan umumnya padat, masif, tidak berlapis hingga berlapis buruk, tanpa porositas primer. Pada sayatan tipis (Lampiran A-6: analisis petrografi) dijumpai banyak foraminifera besar terutama dari genus Lepidocyclina spp., Amphistegina spp., Cycloclypeus spp. yang masih mengambang dalam matriks, dengan porositas yang berupa porositas interpartikel dan intrapartikel serta porositas vug dan moldic. 63

Foto 34. Morfolofi build-up batugamping fasies Head coral framestone. Foto 35. Coral pada bagian puncak reef, merupakan bagian dari fasies head coral framestone. 4.4.4 Sub Fasies Branching Coral Bafflestone Fasies ini juga merupakan bagian dari reef, umumnya terdiri dari branching coral (Foto 36), kebanyakan berada pada posisi tumbuh, beberapa fragmennya pecah, dan dilingkupi matriks lumpur karbonat. Framework bafflestone ini terdapat pocket membentuk packestone hingga wackestone. Bafflestone dicirikan berwarna putih kekuningan-abu terang, mengandung fragmen branching coral, foraminifera, porositas buruk, batuan ini umumnya masif dan 64

berlapis buruk. Berdasarkan jalur pengendapan karbonat menurut Wilson (1975), fasies ini diendapkan pada organic build-up atau pada jalur nomor 5. Framework dari branching coral Foto 36. Branching coral bafflestone yang terdiri fragmen branching corals dan foraminifera. 4.5 DIAGENESIS BATUAN KARBONAT Diagenesa merupakan perubahan kimia-fisika dan biologi dari batuan sedimen yang terjadi setelah atau hampir bersamaan dengan proses pengendapan namun tidak termasuk proses pelapukan dan proses lain yang melibatkan temperatur dan tekanan yang tinggi yang disebut metamorfisme (bates dan Jacson, 1980 op.cit. Boggs, Jr., 1992). Diagenesa karbonat meliputi seluruh proses yang mempengaruhi sedimen setelah pengendapan sampai mencapai lingkungan metamorfisme tingkat awal dan tekanan yang dinaikkan (Tucker dan Wright, 1990). Pengontrol utama dari proses diagenesa adalah komposisi dan mineralogi sedimen asal, komposisi cairan pori serta kecepatan aliran fluida. Selain itu, faktor sejarah geologi sedimen tersebut seperti pengangkatan dan perubahan muka air laut juga akan mempengaruhi proses diagenesa. Proses diagenesa tahap dini bila batuan terangkat ke permukaan. Iklim memegang peranan penting pula. Pada iklim kering, sementasi di lingkungan air tawar kemungkinan akan terbatas dari porositas primer akan terawetkan. Sebaliknya pada iklim lembab, umumnya hanya sedikit sekali porositas primer yang 65

terhindar dari proses sementasi, tetapi porositas sekunder seperti moldic dan vug berkembang secara signifikan. 4.5.1 Proses dan Produk Diagenesa Dalam diagenesa terdapat enam proses utama yang meliputi pelarutan, sementasi, neomorfisme, dolomitisasi, mikritisasi mikrobial dan kompaksi. Faktorfaktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah tekanan, temperatur, stabilitas mineral, kondisi kesetimbangan, rate of water influx, waktu dan kontrol struktur (Tucker & Wright, 1990). Di antara proses-proses diagenesa tersebut terdapat tiga proses diagenesa utama, yaitu pelarutan (dissolution), sementasi dan penggantian (replacement). Masingmasing dicirikan oleh kenampakan yang berbeda-beda yang menggambarkan kondisi pembentukan batuan karbonat. Proses diagenesa yang teramati berdasarkan pengamatan dan analisa petrografi pada sayatan tipis conto batuan meliputi : 4.5.1.1 Proses Mikritisasi Proses ini terjadi di lingkungan marine, aktivitas pemboran oleh endolithic algae, fungi dan bakteri. Butiran skeletal dibor di sekitar batas skeletal dan lubang yang terbentuk diisi dengan sedimen berbutir halus atau semen. Kegiatan organisme tersebut menghasilkan micrite envelope, yaitu mikrit yang mengelilingi cangkang. Apabila kegiatan organisme tersebut sangat aktif, maka akan menghasilkan cangkang yang sepenuhnya termikritisasi. Mikritisasi merupakan proses yang penting dalam lingkungan stagnant marine phreatic zone dan active marine phreatic zone (Longman, 1980) dan C.H Moore (2001). Pada sayatan tipis (Gambar 24) ditunjukkan dengan penggantian matriks karbonat menjadi mikrit (mikrokistalin). 66

Gambar 24. Hasil proses mikritisasi dapat dilihat pada sayatan tipis, pada gambar di atas penggantian matriks menjadi mikrit (A1-A2, B1-B2). 4.5.1.2 Proses Pelarutan Proses pelarutan memerlukan jumlah volume air yang kelewat jenuh dalam jumlah banyak dan dipengaruhi oleh selektivitas terhadap matriks, bentuk butir, ukuran butir serta sifat kerangka. Produk dari proses pelarutan banyak dijumpai pada hampir seluruh bagian batugamping gunung Sekerat (Foto 37). Proses pelarutan pada batuan karbonat dapat membentuk porositas sekunder seperti porositas moldic dan vuggy (Gambar 25). Proses pelarutan dapat terjadi pada lingkungan freshwater vadose maupun freshwater phreatic menurut Longman (1980) dan Moore (2001). 67

Foto 37. Memperlihatkan rongga-rongga hasil proses pelarutan pada singkapan, serta munculnya sifat chalky (pengapuran). Gambar 25. Hasil proses pelarutan dapat dilihat pada sayatan tipis yang membentuk porositas sekunder seperti moldic (D7-E4, A4-A3), vuggy (B2-C2, A6). 68

4.5.1.3 Proses Sementasi Proses sementasi dalam sedimen karbonat merupakan proses diagenesis utama dan terjadi ketika pore-fluid supersaturated terhadap fase semen dan tidak ada faktor kinetik yang menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan sirkulasi air tawar ataupun air laut yang besar sekali. Dalam air yang stagnant hampir tidak/sedikit sekali terjadi sementasi (Koesoemadinata, 1984). Mineralogi dan fabric semen yang berbedabeda tergantung pada komposisi pore-fluid, kecepatan supply karbonat dan kecepatan presipitasi, yang dapat menunjukan lingkungan diagenesa yang berbeda pula. Berdasarkan analisa petrografi, mineralogi semen yang teramati berupa high Mg calcite, low Mg calcite, sedangkan tipe-tipe semen yang teramati berupa blocky, drussy, micritic, fibrous (Gambar 26). Gambar 26. Hasil proses sementasi dapat dilihat pada sayatan tipis yang membentuk semen tipe blocky (C6), drussy (A4) Dan micritic (A3). 69

4.5.2 Lingkungan Diagenesis Lingkungan diagenesa merupakan daerah dimana pola diagenesis yang sama muncul, lingkungan diagenesa ini dapat saja tidak ada kaitannya dengan lingkungan pengendapan dan dapat berubah sepanjang waktu. Mempelajari produk-produk diagenesa yang hadir pada lingkungan tertentu merupakan kunci penting untuk memprediksi kecenderungan porositas pada batuan karbonat. Gambar berikut menunjukkan suatu lingkungan diagenesa batuan karbonat. Gambar 27. Lingkungan diagenesa batuan karbonat menurut C.H. Moore (2001) 4.5.2.1 Zona Marine Phreatic Sedimen berada pada lingkungan marine phreatic bila semua rongga porinya terisi oleh air laut yang normal. Umumnya karbonat diendapakan dan memulai sejarah diagenesanya pada lingkungan marine phreatic. Lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air sedikit, dicirikan oleh kehadiran mikritisasi dan sementasi setempat. Lingkungan kedua berupa lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air yang baik dimana tingkat sementasi 70

intergranular dan mengisi rongga lebih intensif. Semen aragonit berserabut dan Mg Kalsit merupakan ciri lain dari lingkungan ini. 4.5.2.2 Zona Meteoric Phreatic Zona ini terletak di bawah zona meteoric vadose dan zona mixing. Semua ruang pori batuan diisi air meteorik yang mengandung material karbonat hasil pelarutan dengan kadar yang bervariasi. Lingkungan ini dicirikan oleh proses pencucian, neomorfisme butir yang diikuti atau tanpa diikuti sementasi kalsit secara intensif. 4.5.2.3 Zona Meteoric Vadose Zona Meteoric Vadose terletak di bawah permukaan dan di atas muka air tanah yang menyebabkan rongga pada batuan terisi oleh udara dan air meteorik. Proses utama yang terjadi di lingkungan ini berupa pelarutan yang menghasilkan porositas sekunder vug dan saturasi yang membentuk semen pendant dan meniskus akibat air yang jenuh kalsit maupun penguapan CO 2. Pada pengamatan megaskopis ditunjukan oleh tingkat pengapuran (chalky appearance) pada batuan inti. Kecenderungan tinggi rendahnya pengapuran menunjukan tingkat rensistensi batuan terhadap pelarutan. 71