BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa usia-usia awal merupakan tahapan penting karena di masa inilah banyak aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Gorontalo, di mana proses pembelajarannya

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM PENINGKATAN FUNGSI MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI DI PAUD Al-FATHONAH

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkambangan jasmani dan rohani. Anak indonesia merupakan tumpuan harapan masa depan, yang perlu kita persiapkan dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan esensi dan titik awal dari upaya yang lebih terarah dan terukur untuk mempersiapkan mereka. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu membangun seluruh potensi kecerdasan manusia sehingga berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan pembangunan nasional. Sebab inilah masa yang paling baik untuk meletakan dasar yang kokoh bagi perkembangan mental emosional dan potensi otak anak. Dewasa ini upaya peningkatan mutu sumber daya manusia indonesia telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Mereka menyadari bahwa usia dini merupakan usia yang paling tepat untuk mulai memberikan berbagai stimulus, agar anak dapat berkembang secara optimal. Apa yang dipelajariseseorang pada usia sini akan berdampak pada kehidupan dimasa datang. pada masa kanak-kanak awal sering juga disebut sebagai masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan motorik, karena pada usia ini tubuh anak lebih lentur dibanding tubuh orang dewasa atau remaja. Hal-hal penting yang dibutuhkan untuk mempelajari keterampilan motorik halus adalah kesiapan belajar dan kesempatan, motivasi, model yang baik dan bimbingan perkembangan motorik dari orang dewasa demi memperoleh keterampilan anak dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak untuk mengendalikan tubuh. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi: pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik-beratkan pada pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi. Dalam mengembangkan kemampuan motorik guru hendaknya memahami karakteristik perkembangan anak agar pengembangan keterampilan motorik tersebut dapat dilaksanakan secara optimal. Moeslichatoen (1999:16) menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan: a) mengalami, anak harus memiliki keterampilan dasar terlebih dahulu sebelum ia mampu memadukannya dengan kegiatan motorik yang lebih kompleks; b) mengingat, keterampilan mengingat merupakan hal yang penting bagi anak dalam memperoleh keterampilan dasar; c) berlatih, pengembangan keterampilan motorik memerlukan berbagai latihan, karena itu anak perlu mendapat kesempatan untuk berlatih. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Koordinasi motorik halus anak usia 4 tahun menjadi lebih matang secara substansial dan menjadi jauh lebih tepat. Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf dan otot. Memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dadam mempelajari motorik halus, anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baik gaerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi. Tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemempuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serts kamatangan mental.

Perkembangan motorik halus pada anak usia dini, diharapkan dapat dimiliki anak, karena sangat berpengaruh pada perkembangan aspek lainnya. Guru dalam hal ini berperan untuk menumbuhkan minat anak terhadap berbagai kegiatan motorik halus. Adapun kegiatan motorik halus pada anak usia dini meliputi menggambar, melipat kertas, menggunting, menempel, mewarnai atau pun melukis. Pengembangan motorik halus pada prinsipnya bertujuan melatih anak ketelitian dan kerapihan. Melalui kegiatan motorik halus, anak diharapkan dapat mengembangkan fantasi dan kreativitas, mengembangkan perasaan estetis, melatih daya ingat, mengembangkan imajinasi. Seefeldt dan Wasik (2008:66) menjelaskan keterampilan gerak motorik halus pada anak-anak usia empat tahun mengalami kemajuan. Perkembangan selama periode ini bisa sangat beragam baik karena tingkat kematangan. Lebih jauh dijelaskan keterampilan gerak motorik halus sudah mulai lebih terarah dan terfokus dalam tindakan mereka. Selanjutnya melalui pengembangan motorik halus yang meliputi menulis, menggambar ataupun melukis, memerlukan bimbingan guru. Kemampuan anak pada motorik halus dapat ditingkatkan melalui upaya guru yang membimbing secara kontinu dan terarah kepada yang benar. Hal ini dimaksudkan guru sebagai pembimbing berjaga-jaga terhadap kemungkinan timbulnya kesalahan dan mereka bersedia membetulkan kesalahan tersebut sebelum akhirnya menjadi kebiasaan yang salah. Melukis memerlukan bimbingan yang terus menerus dari guru, untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Khusus di PAUD Abdi Jaya telah melaksanakan program pengembangan motorik halus melalui menggambar ataupun melukis bagi kelompok B. Dengan memiliki kemampuan dalam mengkoordinasikan mata dan tangan secara cermat maka akan menghasilkan lukisan yang rapih. Namun disadari bahwa pada kenyataannya, kemampuan melukis anak belum siap dengan apa yang diharapkan karena masih banyak anak-anak yang belum memiliki kemampuan dalam melukis. Hal ini di karenakan metode yang di gunakan guru belum tepat dan bimbingan guru belum maksimal dalam melatih anak melukis.

Bertitik tolak dari tujuan pengembangan motorik halus, upaya guru antara lain memfasilitasi anak dengan menyiapkan media berupa gambar dan alat-alat untuk mewarnai (pinsil warna, krayon).di PAUD Abdi Jaya Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango khususnya pada anak kelompok B dari jumlah 22 orang anak terdapat 12 orang anak (55%) anak yang perlu dikembangkan kemampuan motorik halusnya. Adapun gejala-gejala yang nampak yakni: 1) mereka kurang berminat pada kegiatan motorik halus; 2) mengerjakan tugas motorik halus, tetapi tidak selesai; 3) memilih bermain di luar kelas pada pembelajaran motorik halus. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru secara kelompok maupun individual membimbing anak untuk melakukan kegiatan motorik halus, tetapi hasilnya belum seperti yang diharapkan. Selain itu juga, agar perkembangan motorik anak optimal, anak harus memiliki kesiapan mental dan fisik untuk melakukan kegiatan motorik halus. Setiap anak di beri kesempatan untuk belajar serta diberi bimbingan dan model yang baik untuk ditiru. Mendampingi anak anak saat bermain sehingga dapat di berikan contoh menggunakan motorik halusnya. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam bermain yang menstimulasi perkemangan motorik halusnya. Tidak terlalu banyak menuntut di luar batas kemampuan anak serta di beri dukungan bila anak mengalami kesulitan Melihat realitas tentang pengembangan motorik halus yang belum sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik melukis terstruktur. Melukis menurut Seefeldt dan Wasik (2008:66) merupakan salah satu teknik dalam meningkatkan keterampilan gerak motorik halus, terutama peningkatan kembali atas otot-otot halus mereka. Melalui teknik melukis terstruktur, anak secara bertahap akan dibimbing yakni: a) memperkenalkan kepada objek yang akan dilukis; b) memberi contoh cara melukis; c) memperkenalkan kepada jenis-jenis warna yang dapat digunakan dalam kegiatan melukis; d) melatih anak dalam memberi warna pada objek yang dilukis. Dengan teknik melukis terstruktur, anak diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus yang sangat berkorelasi dengan pengembangan aspekaspek lainnya.

Dari uraian yang telah dikemukakan, maka penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Teknik Melukis Terstruktur pada Kelompok B PAUD Abdi Jaya Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, sebagai berikut: 1) Dalam pembelajaran anak kurang berminat pada kegiatan motorik halus 2) Anak tidak dapat menyelesaikan tugas pada kegiatan motorik halus. 3) Anak memilih bermain di luar kelas, apabila pembelajaran motorik halus. 4) Penggunaan pendekatan yang belum optimal dalam mengembangkan motorik halus. 1.3 Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah kemampuan motorik halus anak Kelompok B PAUD Abdi Jaya Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango dapat dikembangkan melalui teknik melukis terstruktur?. 1.4 Cara Pemecahan Masalah Untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, digunakan teknik melukis terstruktur dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru menciptakan kelas yang kondusif dengan menyanyikan lagu yang berhubungan dengan tema pembelajaran. b) Guru memberi contoh melukis dengan menggunakan krayon, cat air. c) Guru membagikan media yang diperlukan anak pada kegiatan melukis. d) Guru menjelaskan tahapan-tahapan melukis, cara memegang krayon, maupun cat air, menyesuaikan warna dengan objek lukisan. e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan melukis.

f) Guru membimbing anak yang mengalami kesulitan dalam melukis. g) Guru memberi penguatan kepada semua anak pada kegiatan melukis. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak melalui teknik melukis terstruktur pada anak Kelompok B PAUD Abdi Jaya Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. 1.6 Manfaat Penelitian Melalui penelitian tindakan kelas, diharapkan dapat memberi manfaat bagi: a) Bagi anak; memberi pengalaman bagi anak dalam kegiatan motorik halus. b) Bagi guru; memberi pengetahuan kepada guru dalam menggunakan teknik yang tepat pada pengembangan motorik halus. c) Bagi peneliti; memberi pengetahuan dan pengalaman dalam merancang pembelajaran bagi anak usia dini. d) Bagi sekolah; sebagai kontribusi dalam peningkatan kualitas pembelajaran, terutama dalam mengembangkan motorik halus.