BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Program jamkesda Kota Magelang merupakan program yang diselenggarakan untuk memberikan jaminan kesehatan secara universal bagi penduduk Kota Magelang yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Program jamkesda ialah salah satu program prioritas dari pemerintah Kota Magelang yang dirumuskan sebagai respon dari pemecahan permasalahan sistem SKTM yang selama ini diselenggarakan oleh pemerintah Kota Magelang dalam memberikan bantuan pembiayaan kesehatan bagi masyarakat sehingga bisa meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Namun diselenggarakannya sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia mengharuskan pemerintah Kota Magelang untuk merumuskan suatu kebijakan dalam mengintegrasikan jamkesda Kota Magelang ke sistem jaminan kesehatan nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Alur pendaftaran kepesertaan jamkesda sudah menunjukkan perbaikan tiap tahunnya dalam memberikan kemudahan pada masyarakat yang sekarang dilaksanakan secara jemput bola ke masing-masing kelurahan. Jumlah peserta jamkesda mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun penurunan tersebut justru dianggap sebagai keberhasilan pemerintah Kota Magelang dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya jaminan kesehatan sehingga masyarakat secara mandiri membayar iuran jaminan kesehatan, serta keberhasilan
pemerintah dalam mendorong perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya untuk mendaftarkan pekerjanya di BPJS Kesehatan guna memberikan jaminan kesehatan bagi pekerjanya. Prosedur pemberian pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dengan mekanisme rujukan. Pada tahun 2013 dan 2014, pembiayaan jamkesda dilaksanakan secara cost sharing dengan proporsi 40 persen ditanggung oleh pemerintah Kota Magelang dan 60 persen ditanggung oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah. Namun mulai tahun 2015, semua pembiayaan jamkesda ditanggung oleh pemerintah Kota Magelang. Pembayaran pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan sistem kapitasi untuk PPK I dan sistem klaim untuk PPK II dan PPK III. Pada dasarnya pengimplementasian jamkesda Kota Magelang selama tiga tahun ini telah berjalan dengan baik. Meskipun demikian, masih ada beberapa permasalahan yang muncul selama pengimplementasian jamkesda Kota Magelang. Kepesertaan merupakan sumber masalah utama dalam pelaksanaan jamkesda Kota Magelang, tidak tertibnya masyarakat dalam mengikuti kewajiban pendaftaran kepesertaan jamkesda, membuat masyarakat kebingungan saat kartu jamkesda tidak berlaku dan memerlukan bantuan pembiayaan pelayanan kesehatan. Selain itu, permasalahan kepesertaan juga membebani perencanaan anggaran jamkesda di tahun berikutnya. Namun sejauh ini permasalahan yang ada dapat diatasi dengan baik karena evaluasi dan monitoring pelaksanaan jamkesda rutin dilaksanakan selama tiga bulan sekali untuk membahas pelaporan, pelaksanaan dan pemecahan masalah yang muncul dalam pengimplementasian jamkesda.
Terkait dengan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, akses informasi dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat mengenai program jamkesda di masing-masing kelurahan, masalah-masalah yang muncul dalam sosialisasi jamkesda meliputi terhentinya sosialisasi di tingkat perangkat desa, sosialisasi tidak sampai pada masyarakat Kota Magelang yang tinggal di luar kota, dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sosialisasi yang diberikan dalam program jamkesda sehingga berdampak pada permasalahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kemudahan akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dari segi jarak, biaya perjalanan, waktu tempuh dan transportasi sudah bisa terpenuhi bagi peserta jamkesda. Paket manfaat yang diberikan bagi peserta jamkesda lebih mengarah pada upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif. Akses kemudahan biaya bagi peserta jamkesda juga meningkat setelah adanya program jamkesda karena peserta jamkesda yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tidak mengeluarkan biaya pelayanan kesehatan selama sesuai dengan prosedur dan paket manfaat yang berlaku. Berkaitan dengan integrasi jamkesda ke sistem jaminan kesehatan nasional, sikap dari pemerintah Kota Magelang mendukung terhadap pengintegrasian jamkesda karena itu sudah merupakan amanat dari undangundang. Namun ada kekhawatiran dalam diri pemerintah Kota Magelang tentang dampak pengintegrasian jamkesda terhadap perputaran PAD dan kemudahan pengawasan jaminan kesehatan bagi masyarakat Kota Magelang setelah integrasi dilakukan. Saat ini perumusan kebijakan integrasi jamkesda berada dalam tahap persiapan, yaitu untuk menentukan PBI dan anggaran yang dialokasikan untuk
membayar iuran PBI tersebut. Kendala dalam pengintegrasian jamkesda ialah masih ada pertimbangan dalam diri pemerintah apakah semua peserta jamkesda atau hanya sebagian peserta jamkesda yang menjadi PBI pemerintah Kota Magelang di BPJS Kesehatan nantinya. Penentuan PBI akan didasarkan pada kriteria warga miskin dari kementrian sosial dan BPS. Sejauh ini sudah ada sekitar 2000 peserta jamkesda yang masuk dalam golongan warga miskin. Secara keseluruhan, penelitian ini didasarkan pada teori implementasi Edward III, teori akses Aday, tipe mekanisme integrasi Gareth R Jones, kriteria penilaian alternatif kebijakan menurut Patton dan Sawicki. Di dalam teori implementasi Edward III, terdapat empat aspek yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi yang saling berkaitan satu sama lain. Struktur birokrasi penyelenggaraan jamkesda Kota terdiri dari tim pelaksana dan tim koordinasi. Disposisi dalam implementasi kebijakan dapat dilihat dari komitmen dan sikap pelaku kebijakan. Komitmen, sikap dan komunikasi dari tim pelaksana dan tim koordinasi jamkesda yang sejalan dan saling mendukung dapat meminimalisir terjadinya pelanggaran dan sistem birokrasi yang terfragmentasi. Sumber daya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah Kota Magelang dalam pengelolaan jamkesda selama tiga tahun mencapai 35 milyar. Menurut teori akses Aday, terdapat beberapa hal yang bisa digunakan untuk melihat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan seperti ketersediaan layanan kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pemerintah Kota Magelang telah
bekerja sama dengan 5 puskesmas, 1 rumah sakit bersalin tingkat dasar dan 6 rumah sakit rujukan tingkat II dan III sehingga ketersediaan layanan kesehatan sudah mencukupi dalam penyelenggaraan jamkesda. Adanya program jamkesda ini juga telah meningkatkan kunjungan masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diterima dari program jamkesda ini berbeda-beda, namun pada dasarnya kepuasan tersebut tergantung dari penerimaan masyarakat terhadap perhatian pemerintah Kota Magelang yang menyelenggarakan jamkesda untuk membantu masyarakat. Secara umum, pelaksanaan jamkesda ini sudah memberikan dampak bagi peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Tipe mekanisme integrasi jamkesda mencakup penjelasan adanya BPJS Kesehatan sebagai departemen yang memiliki peran pelaksanakan jaminan kesehatan nasional dan koordinasi dengan stakeholder yang terlibat, serta peran pengintegrasian yang membagi peran dan kewenangan dari BPJS Kesehatan dan pemerintah dalam perumusan kebijakan integrasi jamkesda. Perumusan kebijakan integrasi jamkesda dilaksanakan berdasarkan model new public service. Pemerintah Kota Magelang perlu memperhatikan alternatatif kebijakan yang dirumuskan berdasarkan pendapat Patton dan Sawicki yang meliputi kemungkinan finansial dan ekonomi, kelayakan administratif dan kelayakan politik. Kemungkinan finansial dan ekonomi mengarah pada efisiensi anggaran, pemerintah Kota Magelang sesungguhnya memiliki kapasitas fiskal yang mampu membiayai seluruh peserta jamkesda mengingat anggaran jamkesda mencapai 10,02 persen dari anggaran kesehatan pada perubahan anggaran tahun 2015.
Namun efisiensi anggaran akan lebih terlihat apabila pemerintah hanya membiayai peserta jamkesda yang miskin sekaligus untuk meningkatkan kemandirian masyarakat yang mampu dalam membiayai jaminan kesehatannya sendiri. Dari segi kelayakan administratif, pemerintah Kota Magelang memiliki posisi utama dalam perumusan kebijakan integrasi jamkesda karena tidak ada dukungan dari organisasi lain. Komitmen pemerintah yang tinggi terhadap pengintegrasian jamkesda sebagai dukungan dari pencapaian jaminan kesehatan nasional. Sedangkan dari segi kelayakan politik, perumusan kebijakan integrasi jamkesda sudah memenuhi aspek kepantasan dan legal karena dasar perumusan kebijakan ialah undang-undang. Aspek penerimaan dan keadilan dalam masyarakat sangat berkaitan dengan keputusan PBI BPJS Kesehatan yang dibiayai oleh pemerintah nantinya, sehingga keputusan tersebut perlu didasarkan pada kesepakatan bersama antara berbagai stakeholder dan menjunjung ketepatsasaran PBI apabila tidak semua peserta jamkesda akan menjadi PBI BPJS Kesehatan yang dibiayai pemerintah nantinya. 7.2. Saran Terdapat beberapa saran bagi pemerintah dan PPK untuk mengatasi permasalahan dalam implementasi jamkesda dan perumusan kebijakan integrasi jamkesda ke sistem jaminan kesehatan nasional kedepannya. Permasalahan yang muncul dalam implementasi jamkesda Kota Magelang selama ini bersumber pada kepesertaan jamkesda yang juga dipengaruhi oleh akses informasi bagi
masyarakat. Sosialisasi harus terus dilaksanakan oleh pemerintah Kota Magelang agar informasi-informasi yang diberikan benar-benar bisa diterima oleh masyarakat, dan dapat meminimalisir permasalahan yang selama ini terjadi. Pemberi pelayanan kesehatan juga perlu menaati kewajiban pelaporan jamkesda dan tagihan klaim pada waktunya sehingga tidak berdampak pada keterlambatan pendistribusian kapitasi dan pembayaran tagihan klaim jamkesda. Selama ini, peningkatan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah meningkat dengan adanya program jamkesda, namun perlu adanya peningkatan kunjungan petugas kesehatan pada masyarakat yang membutuhkan karena tingkatan kunjungan tersebut masih rendah dan belum begitu terlihat dalam pelaksanaan jamkesda Kota Magelang selama ini. Pemerintah dan pemberi pelayanan kesehatan juga harus melakukan perbaikan dan peningkatan pelayanan kesehatan pada masyarakat, terutama pada pelayanan kesehatan tingkat dasar agar dapat meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan perumusan kebijakan integrasi jamkesda Kota Magelang ke sistem jaminan kesehatan nasional. Pemerintah harus memperhatikan ketepatsasaran PBI agar tidak memunculkan permasalahan yang berkaitan dengan penerimaan dan rasa keadilan dalam diri masyarakat. Selain penentuan PBI, pemerintah juga perlu memperhatikan anggaran yang perlu dialokasikan pemerintah untuk membiayai PBI nantinya. Pemerintah Kota Magelang juga perlu memperhatikan perjanjian kerja sama yang akan dirumuskan antara pemerintah dengan BPJS Kesehatan berkaitan dengan integrasi jamkesda, kerja sama yang nanti akan ditetapkan sebaiknya memberikan keleluasaan bagi pemerintah Kota
Magelang dalam melakukan koordinasi dan pengawasan dalam pelaksanakan jaminan kesehatan bagi masyarakatnya ke depan saat dikelola oleh BPJS Kesehatan. Selain pemerintah dan pemberi pelayanan kesehatan, terdapat beberapa saran pula yang direkomendasikan oleh penulis bagi masyarakat yang selama ini menjadi sasaran jamkesda Kota Magelang. Permasalahan dalam kepesertaan jamkesda selama ini tidak lepas dari sikap masyarakat terhadap sosialisasi dan kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai peserta jamkesda. Keberhasilan sosialisasi dan pemecahan permasalahan kepesertaan selama ini tidak lepas dari peningkatan sikap aktif masyarakat dalam mencari informasi dan kepedulian dalam diri masyarakat terhadap informasi yang diberikan serta menaati seluruh prosedur yang harus dilakukaan dan kewajibannya sebagai peserta jamkesda. Masyarakat juga perlu meningkatkan sikap mental dan kesadaran dirinya, apabila masyarakat tersebut sudah mampu untuk membiayai jaminan kesehatan dirinya dan keluarganya, masyarakat harus mandiri dalam melakukan hal tersebut dan menghilangkan ketergantungan kepada bantuan-bantuan yang selama ini diberikan oleh pemerintah. Masyarakat juga harus menerima keputusan dari pemerintah nantinya berkaitan dengan integrasi jamkesda ke sistem jaminan kesehatan nasional apalagi saat tidak semua peserta jamkesda bisa menjadi PBI BPJS Kesehatan yang dibiayai oleh pemerintah Kota Magelang nantinya. Sedangkan bagi BPJS Kesehatan, penulis memberikan saran bahwa perlu adanya perbaikan sistem informasi dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nantinya. Selama ini, permasalahan sering dialami oleh pemberi pelayanan
kesehatan disaat melayani peserta BPJS Kesehatan namun data peserta tersebut belum masuk dalam sistem informasi yang ada. Berkaitan dengan integrasi jamkesda nantinya, BPJS Kesehatan perlu melakukan verifikasi data yang diajukan oleh pemerintah Kota Magelang dengan database kepesertaan BPJS Kesehatan secara teliti dan akurat agar meminimalisir terjadinya tumpang tindih kepesertaan. Selain itu, BPJS Kesehatan juga harus menjalin keterbukaan dan koordinasi yang baik dengan pemerintah Kota Magelang dalam pelaksanaan jaminan kesehatan bagi masyarakat nantinya setelah integrasi dilaksanakan. Penulis merekomendasikan bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian mengenai jamkesda Kota Magelang ini untuk melihat bagaimana proses pengintegrasian jamkesda berkaitan dengan keputusan PBI yang dibiayai oleh pemerintah Kota Magelang beserta dampak pengintegrasian jamkesda terhadap penerimaan masyarakat dan peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Selain itu, peneliti selanjutnya juga bisa melihat perbandingan keefektifan pelaksanaan jamkesda dengan jaminan kesehatan nasional dalam memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat setelah integrasi jamkesda dilaksanakan sehingga kajian mengenai penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi masyarakat terutama setelah integrasi jamkesda Kota Magelang dilaksanakan bisa lebih berkembang memberikan pemahaman dan makna yang baru bagi kebijakan kesehatan di Indonesia.